Rabu, 31 Mei 2023

Siapakah Snouck Hurgronje ?

Oleh Nik abdul Rakib Bin Nik Hassan

Dr.  Christiaan Snouck Hurgronje

Di dalam kelas semasa penulis masih memberi kuliah kepada pelajar di Jurusan Pengajian Melayu di Prince of Songkla University, Kampus Pattani. Beberapa subjek di Jurusan Pengajian Melayu di universiti tersebut penulis akan kemukakan cerita peranan Dr.  Christiaan Snouck Hurgronje terhadap Aceh. Ini adalah supaya pelajar sedar bagaimanakah penjajah dapat mengalahkan pemerintah pribumi di Aceh dan mungkin juga penjajah di lain lain tempat di Nusantara memainkan perana seperti Dr. Christiaan Snouck Hurgronje. Dr. Christiaan Snouck Hurgronje ataupun nama Islam (pura puranya) nya Haji Abdul Ghaffar.

Dr. Christiaan Snouck Hurgronje semasa di Makkah

Siapakah Dr. Christiaan Snouck Hurgronje, Dia adalah seorang Belanda yang berbagai peranan seperti seorang ahli akademi, seorang penulis, seorang agent penjajah atau spy dan juga seorang penasihat kepada penjajah. di sini penulis ambil sebuah artikel asli orang Aceh, Tengku Puteh. Artikelnya “Siapa Snouck Hurgronje” yang disiarkan di blognya Tengkuputeh.com.


Dr. Christiaan Snouck Hurgronje lahir di Tholen, Oosterhout, 8 Februari 1857  dan meninggal di Leiden, 26 Juni 1936 pada umur 79 tahun. Dia adalah seorang sarjana Belanda budaya Oriental dan bahasa serta Penasihat Urusan Pribumi untuk pemerintah kolonial Hindia Belanda ataupun sekarang Indonesia. Pada tahun 1889 dia menjadi profesor Pengajian Melayu di Universitas Leiden dan penasihat rasmi kepada pemerintah Belanda untuk urusan kolonial. Dia menulis lebih dari 1,400 makalah tentang situasi di Aceh dan posisi Islam di Hindia Belanda, serta pada layanan sipil kolonial dan nasionalisme.

Anak anak Dr.  Christiaan Snouck Hurgronje dengan isteri orang Sunda

Antara 1891-1892, Dr. Christiaan Snouck Hurgronje yang saat itu telah fasih berbahasa Aceh, Melayu dan Jawa akhirnya pergi ke Aceh yang hancur oleh Perang Aceh yang berkepanjangan. Dia masih terus berkorespondensi dengan ulama-ulama Serambi Mekkah. Jabatan lektornya dilepas pada pertengahan Oktober 1887. Proposal penelitian kepada Gubernur Jenderal segera diajukan pada 9 Februari 1888. Niatnya didukung penuh oleh Direktur Pendidikan Agama dan Perindustrian (PAP), juga Menteri Urusan Negeri Jajahan. Proposal pun berjalan tanpa penghalang. Di bawah nama “Haji Abdul Ghaffar”, ia membangun sebuah hubungan kepercayaan dengan unsur agama penduduk di wilayah ini. Dalam laporan tentang situasi agama-politik di Aceh, Dr. Christiaan Snouck Hurgronje sangat menentang penggunaan taktik teror militer terhadap rakyat Aceh dan sebaliknya menganjurkan spionase terorganisir sistematis dan memenangkan dukungan dari elit aristokrat. Namun Ia melakukan dengan mengidentifikasi sarjana radikal Muslim (Ulama) yang akan menyerah dengan menunjukkan kekuatan.

                          Anak Dr.  Christiaan Snouck Hurgronje

Selama tujuh bulan Snouck berada di Aceh, sejak 8 Julai 1891 dia dibantu beberapa orang pelayannya. Baru pada 23 Mei 1892, Dr. Christiaan Snouck Hurgronje mengajukan Atjeh Verslag, laporannya kepada pemerintah Belanda tentang pendahuluan budaya dan keagamaan, dalam lingkup nasihat strategi kemiliteran Snouck. Sebagian besar Atjeh Verslag kemudian diterbitkan dalam De Atjeher dalam dua jilid yang terbit 1893 dan 1894. Dalam Atjeh Verslag-lah pertama disampaikan agar kotak kekuasaan di Aceh dipecah-pecah. Itu berlangsung lama, karena sampai 1898, Snouck masih saja berkutat pada perang kontra-gerilya.


Dr. Christiaan Snouck Hurgronje mendekati ulama untuk boleh memberi fatwa agama. Tapi fatwa-fatwa itu berdasarkan “politik Divide et impera”. Demi kepentingan keagamaan, dia berkotbah untuk menjauhkan agama dan politik. Selama di Aceh Dr. Christiaan Snouck Hurgronje meneliti cara berpikir orang-orang secara langsung. Dalam suratnya kepada Van der Maaten (29 Jun 1933), Dr. Christiaan Snouck Hurgronje mengatakan bahwa dia bergaul dengan orang-orang Aceh yang menyingkir ke Penang.


Sebagai penasihat J.B. van Heutsz, ia mengambil peran aktif dalam bagian akhir (1898-1905) Perang Aceh (1873-1913). Dia menggunakan pengetahuannya tentang budaya Islam untuk merancang strategi yang secara signifikan membantu menghancurkan perlawanan dari penduduk Aceh dan memberlakukan kekuasaan kolonial Belanda pada mereka, mengakhiri perang 40 tahun dengan perkiraan korban sekitar 50,000 dan 100,000 penduduk mati dan sekitar satu juta terluka.


Pada tahun 1898 Dr. Christiaan Snouck Hurgronje menjadi penasihat terdekat Kolonel Van Heutsz dalam “menenangkan” Aceh dan nasihatnya berperan dalam membalikkan keberuntungan Belanda  dalam mengakhiri Perang Aceh yang berlarut-larut. Hubungan antara Heutsz dan Snouck memburuk ketika Heutsz terbukti tidak mau menerapkan ide Snouck untuk administrasi dan etika tercerahkan.

Makam Dr.  Christiaan Snouck Hurgronje

Pada 1903, kesultanan Aceh takluk. Tapi persoalan Aceh tetap tak selesai. Dr. Christiaan Snouck Hurgronje terpaksa membalikkan metode dengan mengusulkan agar di Aceh diterapkan kebijakan praktis yang dapat mendorong hilangnya rasa benci masyarakat Aceh karena tindakan penaklukkan secara bersenjata. Ini menyebabkan sejarah panjang dan ambivalensi dialami pemerintah Kolonial Belanda dalam menyelesaikan Aceh. Dr. Christiaan Snouck Hurgronje pula yang menyatakan bahawa takluknya kesultanan Aceh, bukan berarti seluruh Aceh takluk. Di tahun yang sama, Dr. Christiaan Snouck Hurgronje menikahi wanita pribumi lain dan memiliki seorang putra pada tahun 1905. Kecewa dengan kebijakan kolonial, ia kembali ke Belanda tahun depan untuk melanjutkan karier akademik yang sukses.


Tiada ulasan: