Sabtu, 30 September 2023

Kronologi Bentrok Warga dan Aparat di Pulau Rempang Batam

Oleh Nik Abdul Rakib Bin Nik Hassan

Konflik diantara penduduk 16 kampung tua Melayu dengan pihak berkuasa Pulau Batam telah mencetus kesedaran etnik Melayu baik di Indonesia sendiri dan di mana saja. Disii saya ketengahkan sebuah artikel bertajuk “Kronologi Bentrok Warga dan Aparat di Pulau Rempang Batam” tulisan Suci Amaliyah di NU Online. Inilah isinya:

Kerusuhan pecah di Rempang, Kota Batam, Kepulauan Riau pada Kamis (7/8/2023) siang. Petugas gabungan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), Tentara Nasional Indonesia (TNI), Direktorat Pengamanan (Ditpam) Badan Pengusahaan (BP) Batam, dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) terlibat bentrok dengan warga Rempang. Bentrok terjadi saat pengukuran untuk pengembangan kawasan tersebut oleh Badan Pengusahaan (BP) Batam.


Keributan pecah saat petugas gabungan tiba di lokasi. Keributan itu bermula dari adanya aksi demonstrasi warga menolak pengembangan kawasan tersebut. Cekcok warga dengan petugas keamanan membuat aparat menembakkan gas air mata.  Situasi semakin tidak kondusif, warga berlarian, dan tolak menolak antara petugas dan warga terjadi. Dari kejadian itu, dikabarkan beberapa siswa sekolah dibawa ke rumah sakit akibat terkena gas air mata yang terbawa angin, karena lokasinya yang tidak jauh dari tempat terjadinya keributan.


Dalam video yang diturunkan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) melalui akaun Twitter, tampak armada kepolisian menyemprotkan water cannon di lokasi bentrokan. Aparat berseragam dan warga tampak berkerumun. Terdengar suara dari toa agar warga mundur. Di akhir video yang beredar, ada sejumlah warga yang ditangkap. Ketua YLBHI Muhammad Isnur mengatakan video itu didapatkan YLBHI dari warga setempat. Konflik agraria bermula dari rencana relokasi  Konflik agraria di Pulau Rempang bermula ketika Badan Pengusaha (BP) Batam berencana merelokasi seluruh penduduk Rempang. Hal itu dilakukan untuk mendukung rencana pengembangan investasi di Pulau Rempang.


Menurut Badan Pengusahaan (BP) Batam, kawasan Pulau Rempang masuk Projek Strategis Nasional (PSN) pada 2023 sebagai Rempang Eco City. PSN 2023 tertuang dalam Permenko Bidang Perekonomian RI Nomor 7 Tahun 2023 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perubahan Daftar Projek Strategis Nasional.


Kawasan ini diestimasikan memperoleh investasi sebesar Rp381 triliun hingga tahun 2080. Dalam rencana pembangunannya, Pulau Rempang yang luasnya sekira 17,000 hektar akan dibangun menjadi kawasan industri, perdagangan dan wisata. Tujuannya mendongkrak pertumbuhan perekonomian dan peningkatan daya saing Indonesia dengan Malaysia dan Singapura. Tujuh zon yang nanti akan dikembangkan antara lain zona industri, zona agro-pelancongan, zon pemukiman dan komersial, zon pelancongan, zon hutan dan pembangkit listrik tenaga surya, zon hidupan liar dan alam serta zon cagar budaya.

Bahkan Pemerintah Republik Indonesia menargetkan pengembangan Kawasan Rempang Eco City dapat menyerap hingga 306,000 tenaga kerja hingga tahun 2080 mendatang. Dalam keterangan tertulis, BP Batam mengatakan pengembangan Pulau Rempang diawali dengan investasi produsen kaca terkemuka dari China sejak akhir Juli. Perusahaan yang berkomitmen berinvestasi sekira Rp175 triliun akan membangun fasilitas hilirisasi pasir kuarsa dan pasir silika serta ekosistem rantai pasok industri kaca dan kaca panel surya. "Penandatanganan kerja sama dengan Xinyi Group pun disaksikan langsung oleh Presiden RI, Joko Widodo, dan Presiden Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Xi Jinping," kata Kepala BP Batam-medan dilansir Antara.

Masyarakat adat menolak PSN Rempang Eco City Masyarakat adat Pulau Rempang yang bertempat tinggal di 16 kampung tua menolak relokasi pembangunan Eco City. Warga menilai kampung mereka memiliki nilai historis dan budaya yang kuat, bahkan sebelum Indonesia merdeka. Mereka dengan tegas menolak wilayah tersebut direlokasi. Ketua Kekerabatan Masyarakat Adat Tempatan (Keramat) Rempang dan Galang, Gerisman Ahmad dalam beberapa kesempatan menegaskan warga kampung tidak menolak pembangunan, tetapi menolak direlokasi. Warga mempersilakan pemerintah melakukan pembangunan di luar kampung-kampung warga. "Setidaknya terdapat 16 titik kampung warga di kawasan Pulau Rempang ini, kami ingin kampung-kampung itu tidak direlokasi," katanya. Ia mengklaim warga Rempang dan Galang terdiri dari Suku Melayu, Suku Orang Laut dan Suku Orang Darat, telah bermukim di pulau setidaknya lebih dari satu abad lalu. "Kampung-kampung ini sudah ada sejak 1834, di bawah kerajaan Riau Lingga," kata Gerisman.

Sejak 1834 itu kata Gerisman, negara tidak pernah hadir untuk masyarakat adat Tempatan di Rempang. Mereka tidak kunjung mendapatkan legalitas tanah meskipun sudah diajukan. "Tiba-tiba sekarang kampung kami mau dibangun saja," tandasnya. Penjelasan Kapolri Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menjelaskan mengenai peristiwa bentrokan yang terjadi antara aparat gabungan dengan warga di Pulau Rempang, Batam, Kepualauan Riau.


Menurut Kapolri, sebelum terjadi bentrokan, BP Batam sudah melakukan langkah-langkah sebagaimana mestinya yakni mulai dari musyawarah, mempersiapkan relokasi hingga ganti rugi. Ia menyebut BP Batam sudah menyiapkan ganti rugi bagi warga di Pulau Rempang, Batam, terkait rencana pengembangan di kawasan tersebut. "Tentunya langkah-langkah yang dilaksanakan oleh BP Batam sudah sesuai berjalan, mulai dari musyawarah, mempersiapkan relokasi, termasuk ganti rugi kepada masyarakat yang mungkin telah menggunakan lahan atau tanah di Rempang," kata Kapolri di Jakarta pada Kamis (8/9/2023). Sigit mengatakan pengukuran lahan di Rempang bertujuan untuk pengembangan kawasan, namun kemungkinan lokasi tersebut dikuasai oleh beberapa kelompok masyarakat. "Di sana, ada kegiatan terkait dengan pembebasan atau mengembalikan kembali lahan milik otoritas Batam yang saat ini mungkin dikuasai beberapa kelompok masyarakat," ujar Sigit. 

Pengukuran tersebut, lanjut Sigit, dilakukan lantaran pihak BP Batam akan menggunakan lahan tersebut untuk aktivitas investasi. "Kerana memang ada kegiatan yang akan dilakukan oleh BP Batam (pada lahan di Rempang)," kata Sigit. Lebih lanjut, Sigit menegaskan bahwa penyelesaian konflik tersebut diselesaikan melalui musyawarah mufakat antara pihak-pihak terkait. "Namun demikian, tentunya upaya musyawarah, upaya sosialisasi penyelesaian dengan musyawarah mufakat menjadi prioritas, sehingga kemudian masalah di Batam, di Rempang itu bisa diselesaikan," tutur Sigit. Sampai saat ini, petugas gabungan masih berjaga di lokasi sampai situasi benar-benar kondusif dan proses pengerjaan pengukuran lahan untuk proyek strategis nasional tersebut bisa diselesaikan.

Jumaat, 22 September 2023

Brunei Permai, Syair pendek dari Brunei Darussalam.

Oleh Nik Abdul Rakib Bin Nik Hassan

Disini saya kemukakan sebuah syair pendek atay syapen dari seorang tokoh masyarakat Brunei. Dan kita mengenali beliau dari laman web rasmi kerajaan Brunei, Jabatan-Jabatan Majlis Mesyuarat, Jabatan Perdana Menteri seperti berikut:

Yang Berhormat Pehin Orang Kaya Putera Maharaja Dato Paduka Awang Haji Abdul Ghani bin Pehin Datu Pekerma Dewa Dato Paduka Hj Abdul Rahim telah dilahirkan pada 8 Oktober 1946 di Kampung Puni, Temburong, Negara Brunei Darussalam. Beliau pernah belajar di Madrasah Al-Junied, Singapura pada tahun 1959. Pada tahun 1965,


beliau melanjutkan pelajaran di Kolej Islam Klang, Selangor, Malaysia dan pada tahun 1968 di Kolej Islam Petaling Jaya, Selangor, Malaysia. Beliau juga pernah belajar di Universiti Lancaster, United Kingdom untuk latihan dalam perkhidmatan di Jabatan Bahasa Arab dan Pengajian Islam, Fakulti Sastera dari tahun 1975 hingga 1978. Beliau memulakan kerjaya di jabatan kerajaan pada tahun 1973,


pernah memegang jawatan Daerah Temburong Pegawai pada 1996 hingga 1997 sebelum dilantik sebagai Pegawai Daerah Tutong dari 1997 hingga 1999 dan Pegawai Daerah Belait dari 1999 hingga 2001. Pada 2002, beliau dilantik sebagai Pengarah Urusan Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah serta Ketua Pegawai Eksekutif Tabung Pengiran Muda Mahkota Al-Muhtadee Billah Anak-anak Yatim sehingga 2005.


Beliau pernah terlibat dalam bidang penulisan dan mula menulis puisi pada tahun 1966 di Kolej Islam Klang dan karya beliau telah diterbitkan di Restu, majalah tahunan Kolej Islam Klang dan terpilih. untuk menerima Hadiah Kreatif Bahana 2002 (Kategori Puisi). Beliau telah dilantik sebagai Ahli Majlis Perundangan (Di Bawah Kategori Antara Orang Bergelar) semenjak pada 13 Januari 2017.                                                            

              

Brunei Permai


01-Dengan Bismillah

kumulakan madah,

Sambil berselawat

keatas Rasulullaah,

Disertai bertahmeed

Alhamdu lillaah,

Mensyukuri rahmat kebesaran Allah.


02-Hari Sabtu

hening dan indah,

Di Negara Brunei

bumi bertuah,

Bersyukur kita

kehadzrat Allah,

Rahmat-Nya luas

melimpah ruah.


03-Salam sayang

Temanku budiman,

Moga selalu

didalam aman,

Sihat ceria

dihiasi senyuman,

Mantap 'aqidah

taqwa beriman.


04-Pencen 'tuha'

baru saja diterima,

Dengan keluarga

kongsikan sama,

Yang paling elok

Ngopi bersama,

Saudara mara dan

teman lama.


05-Ayuhai paradianku

di Grup ani,

Amalkan cara

hidup yang murni,

Sesama keluarga

hidup harmoni,

Bersama canggihnya

Teknologi terkini.


06-Ingat selalu

pesanan indung,

Hidup kita

amat beruntung,

Ada kerajaan

tempat bergantung,

serba serbinya

kerajaan menanggung.


07-Kita syukuri

ne'mat Rabbani,

Keperluan rakyat

kerajaan santuni,

Kebajikan mereka

sentiasa dipantuni,

Dalam negara

makmur harmoni.

 

08-Selamat temanku

berhujung minggu,

Hari istirahat

yang ditunggu-

tunggu,

Usahlah temanku

bimbang dan ragu,

Ceriakan harimu

dengan berlagu.


09-Lihatlah mantari

bersinar cerah,

Sebagai bukti

kebesaran Allah,

Dialah Tuhan

Yang berhak disembah,

Mari ucapkan

la ilaaha

illallaah.


10-Sampai disini

syair karangan,

Kunukil buat

teman kesayangan,

Moga mahabbah

akan berpanjangan,

Terpahat erat

dalam kenangan.

 

Nukilan pena,

iar 🌹🐝

Ibnu 'abdir-raheem.   

Rabu, 20 September 2023

Rempang-Galang : Tanah terluka, sebuah puisi dari Patani, Selatan Thailand.

 Oleh Nik Abdul Rakib Bi Nik Hassan

Dari krisis Pulau Rempang-Pulau Galang yang terhangat berpunca dari Syarikat dari China ingin mengambil Pulau Rempang-Pulau Galang sebagai Rempang Eco-City Project.


Dari Rempang Eco-City Project ini penduduk Melayu di Kampung-Kampung tua sebanyak 16 kampung tua akan dipindah dari Pulau Rempang.  Dengan itu penduduk Pulau Rempang-Puau Galang menolak pemidahan mereka ke tempat baru. Dan terdapat beberapa organisasi termasuk oraganisasi sastra budaya seperti juga Majelis Sastra Riau mengadakan acara Bincang Rempang Aksi Solidaritas penyair Dunia. Acara ini diadakan di Anjung Kampar, Pekanbaru, Provinsi Riau.


Dan sebuah puisi dari Patani, Selatan Thailand untuk acara tersebut. Puisi itu tajuknya “Rempang-Galang : Tanah Terluka”

Rempang-Galang Tanah terluka.


Rempang-Galang bumi pusaka Melayu.

Dari turun temurun desa-desa tua Melayu.

Sejak nenek moyang beranak-pianak di Rempang-Galang.

Rempang-Galang permata tersembunyi Kepri.


Rempang-Galang yang ku semtuhi

Bakit bakau dedaun kehijauan.

Pantai Mirota surga pasir putih.

Air terjun Tembat  indah dan damai.


Kini Rempang-Galang tanah terluka.

Rempang Eco-City menggantikan Rempang-Galang.

Jeritan Rempang-Galang tidak didengari.

Bukankah bayang bayang itu dari Benua Besar.


Jeritan Rempang-Galang jangan berdiam diri.

Anak-anak Rempang-Galang menjerit.

Ibu-ibu Rempang-Galang menangis.

Ayah-ayah Rempang-Galang mengalirkan darah.


Jambatan barelang simbolik perpaduan Batam-Rempang-Galang.

Krisis Rempang-Galang simbolik perpaduan Nusantara.

Bangkitkanlah saudaraku Serumpun Se-Nusantara

Kembalikanlah Kedamaian Rempang-Galang.


Hamra Hassan

Patani, Selatan Thailand.

10 September 2023

                   Foto-foto konflik Pulau Rempang-Pulau Galang





Selasa, 19 September 2023

Tomy Winata di balik Projek Investasi China Rempang Eco City Project

Oleh Nik Abdul Rakib Bin Nik Hassan

Dari konflik Rempang kita ketengahkan pemilik projek yang yang dinamakan Rempang Eco-City Project. Pemilik projek itu adalah seorang ahli bisnis Indonesia keturunan Cina. Dan beliau juga termasuk dalam ahli bisnis Indonesia yang disebut 9 Naga. Dari beberapa sumber seperti Wikipedia, CNBC Indonesia dll. Saya akan muatkan maklumat pemilik Rempang Eco-City Project seperti berikut:

Tomy Winata kadang kadangg juga disebut Tommy Winata. Nama cinanya, Guo Shuo Feng (說鋒). Beliau dilahirkan pada 23 Julai 1958 di Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia.


Tomy Winata adalah pemilik Grup Artha Graha atau Artha Graha Network. Usahanya terutama bergerak dalam bidang perbankan, properti dan infrastruktur. Disamping usaha bidang komersial, Tomy Winata juga dikenal sebagai pendiri Artha Graha Peduli, sebuah yayasan sosial, kemanusiaan dan lingkungan.


PT Makmur Elok Graha, pemegang hak eksklusif untuk mengelola serta mengembangkan Rempang Eco City Project adalah anak perusahaan Grup Artha Graha, yang dimiliki oleh Tomy Winata.


Perseroan tersebut mendapatkan sertifikat hak guna bangunan seluas 16,583 hektar selama 80 tahun dari Otoritas Batam dan Pemerintah Kota Batam.

Sejatinya, rencana pengembangan Pulau Rempang sudah ditandatangani melalui perjanjian yang berlaku sejak ogos 2004. Kala itu rencana projek tersebut bernama Kawasan Wisata Terpadu Eksklusif (KWTE).


Namun, rencana itu sempat mandek kerana dugaan korupsi.


Belasan tahun kemudian, projek ini kembali hidup dan masuk daftar Projek Strategis Nasional dari pemerintah pusat.


Perusahaan kaca dan panel surya asal China, Xinyi Group, disebut akan membangun pabrik di Kawasan Industri Rempang dengan nilai investasi sebesar Rp172 triliun.


Tomy Winata adalah pengusaha berpengaruh sejak era Orde Baru. Dia memiliki sejumlah bisnis dari berbagai sektor di bawah payung Grup Artha Graha atau Artha Graha Network.

Bisnis grup tersebut mencakup properti, keuangan, agro industri, perhotelan, pertambangan, media, hiburan, ritel, serta IT dan telekomunikasi.


Pengusaha keturunan Tionghoa ini memulai bisnisnya pada 1972 dalam projek pembangunan kantor Koramil di Singkawang, Kalimantan Barat.


Dari situ dia mulai dekat dengan sejumlah kalangan militer dan dipercaya memegang projek-projek lain seperti barak hingga sekolah tentara.


Tomy Winata juga berada di balik pembangunan kawasan perkantoran SCBD, Jakarta.


Pada 2016 namanya tercatat dalam daftar 40 orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan mencapai Rp1.6 triliun.


Merujuk pada profil PT Makmur Elok Graha yang tercatat di Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (Ditjen AHU), tertera bahawa perusahaan tersebut beralamat di Gedung Artha Graha di kawasan Sudirman, Jakarta Selatan, sejak 2010.

Pada 2023, perusahaan itu pindah ke kawasan Orchard Park Batam.


Dugaan korupsi di proyek Rempang

Laporan Tempo menyebutkan dalam perjanjian pada 26 Agustus 2004, PT Makmur Elok Graha akan membangun berbagai macam sarana di Pulau Rempang, Pulau Setokok, dan Pulau Galang.


Sebut saja sarana perdagangan, jasa, hotel, perkantoran, serta kawasan permukiman.


Ada juga gelanggang permainan, panji pijat, klub malam, diskotek, dan tempat karaoke.


Rencananya, Pemerintah Kota Batam dan PT Makmur Elok Graha  bakal menerapkan sistem bagi hasil.


Namun, rencana itu tak segera terlaksana.

 

Bahkan projek tersebut sempat tersandung kasus dugaan korupsi pada 2007.

Bisnis Tomy Winata

Disebutkan dalam berbagai sumber, Tomy Winata merupakan seorang yatim-piatu yang hidupnya dulu serba kekurangan. Ia memulai bisnisnya benar-benar dari nol. Pada tahun 1972, Ia mulai merintis bisnisnya dengan mengerjakan proyek dari angkatan militer. Pada saat itu, ia dipercaya oleh pihak militer untuk membangun kantor koramil di kawasan Singkawang.


Setelah projek tersebut, hubungan bisnisnya dengan pihak militer pun terus berjalan, terutama dengan sejumlah perwira menengah hingga perwira tinggi. Bisnisnya kian menggeliat usai dirinya membangun perusahaan kongsi bersama dengan Sugianto Kusuma atau Aguan dalam membentuk grup Artha Graha atau Artha Graha Network.


Seperti diketahui, cakupan bisnis sang Aguan meluas ke berbagai industri dan sektor di seluruh Indonesia. Mulai dari sektor properti, keuangan, Agro industri dan perhotelan yang menjadi 4 pilar utama bisnisnya. Selain 4 bisnis inti tersebut, AG Network juga melakukan diversifikasi ke bidang usaha lain termasuk pertambangan, media, hiburan, ritel, IT & telekomunikasi, dan lain-lain.


Tomy Winata juga merupakan sosok di balik pemilik kawasan perkantoran SCBD yang dikelola oleh PT Danayasa Arthatama yang dikembangkan sejak tahun 1987 silam. Saat ini dia menjabat sebagai Komisaris bersama dengan Sugianto Kusuma sebagai Komisaris Utama.


Sebelumnya, perusahaan tersebut sempat melantai di bursa. Danayasa Arthatama pertama kali menggelar initial public offering (IPO) pada 2002 dengan mengeluarkan 100 juta lembar saham. Saat itu, Tomy Winata menempati posisi sebagai Presiden komisaris PT Danayasa Arthatama.


Namun, pada April 2020 lalu Danayasa Arthatama dinyatakan resmi hengkang dari lantai bursa setelah otoritas bursa merestui voluntary delisting perusahaan.


Selain itu, Tomy Winata juga memiliki PT Jakarta International Hotels & Development Tbk. (JIHD) PT Jakarta International Hotels and Development Tbk. (JIHD) yang didirikan pada November 1969 dan mulai beroperasi pada bulan Maret 1974 dengan pembukaan Hotel Borobudur.

JIHD diketahui pertama kali melantai di bursa pada 1984, dan menjadi salah satu dari 24 perusahaan pertama yang terdaftar di Indonesia. Mengutip laporan porsi kepemilikan saham JIHD periode Juni 2023, Tomy Winata duduk sebagai salah satu pemegang saham mayoritas dengan menggenggam kepemilikan sebanyak 306.24 juta saham atau 13.15% dari total saham beredar.


Selanjutnya, Bank Artha Graha Internasional Tbk. (INPC) Tak hanya di sektor properti, Tomy Winata juga terjun ke bisnis sektor keuangan melalui PT Bank Artha Graha Internasional Tbk. (INPC).


Sebagai informasi, Bank Artha Graha pertama kali berdiri pada 1973 dengan nama PT Inter-Pacific Financial Coorporation. Perusahaan ini kemudian melakukan merger dengan PT Bank Artha Graha pada 14 April 2005.


Namun, status kepemilkan Tomy Winata di INPC merupakan kepemilikan tidak langsung usai sejumlah perusahaan miliknya menggenggam porsi kepemilikan saham di bank ini.


Setelahnya tak ada kelanjutan apa-apa hingga Batam dijadikan kawasan perdagangan bebas atau free trade zone.


Belasan tahun kemudian, PT Makmur Elok Graha kembali menghidupkan proyek mati suri ini dengan tajuk Batam-Rempang Eco City Project.


 

Jumaat, 15 September 2023

Percetakan Kitab Jawi di Patani, Selatan Thailand.

Oleh Nik Abdul Rakib Bin Nik Hassan

Kali ini akan bicara tentang Percetakan Kitab Jawi. Dalam pembelajaran agama Islam mesti ada kitab Jawi sebagai bahan pengajaran. Disini akan ketengahkan tentang percetakan kitab yang dimuatkan dalam tesis Sdr. Zawawee Pakda Ameen, pensyarah di Prince of Songkla University, Kampus Pattani. Tesis MA ini dituju kepada Akademi Pengajian Melayu, Universiti Malaya. Isi kandungan tentan Sekolah Tadika adalah seperti berikut :


Percetakan Kitab Jawi

Sebelum sebutan “percetakan” digunakan, istilah-istilah lain pernah digunakan seperti “matbaah”, “press” dan “drukery” (Wan Muhammad Shaghir Abdullah 1992: 95). Kitab Jawi yang dibaca di institusi pondok sekarang tidak akan disebar dengan pesat dan berterusan sekiranya tidak dicetak. Percetakan mempunyai hubungan rapat dengan kitab Jawi dan institusi pondok. Kitab Jawi tidak akan diulang cetak jika tidak mendapat sambutan daripada penduduk tempatan, dan institusi pondok memainkan peranan penting dalam memberi kepercayaan dan sambutan terhadap kitab Jawi.

Ulama Patani pada zaman dahulu amat berwawasan, mereka sangat mengambil berat terhadap percetakan. Justeru itu mereka menciptakan hubungan baik dengan sesiapa yang terlibat dalam bidang percetakan sehingga berjaya mencetak kitab Jawi di beberapa tempat. Pada ketika itu Mekah dan Kahirah berperanan sebagai pusat percetakan kitab Jawi yang ditulis oleh ulama Patani semasa mereka tinggal di Mekah. Kebanyakan karangan ulama Patani disemak semula oleh sarjana-sarjana lepasan al-Azhar seperti, al-Haji Ilyas Ya’kub al-Azhari dan Usman Saleh al-Azhari. Mereka ini memainkan peranan penting sebagai penyemak dan penyunting kitab Jawi. (Hasan Madmarn 2001: 60-61).


Syeikh Ahmad bin Muhammad Zain al-Fatani adalah antara ulama yang berwawasan tinggi dalam bidang percetakan. Beliau menyebut dalam kitab Hadiqat al-Azhar (1936) seperti berikut:


“Hingga bersungguh-sungguh mereka itu mengecap segala kitab yang boleh keluar beberapa banyak ribu naskhah di dalam masa yang sedikit sekira-kira jikalau ditulis dengan tangan di dalam masa itu nescaya belum lagi sudah satu naskhah jua.”

Pemikiran ke arah ini wujud setelah beliau mengunjungi beberapa negeri, sama ada di Asia Tenggara mahupun negeri-negeri lain. Sambil mengembara, beliau memerhatikan dalam berbagai-bagai bidang seperti ekonomi, sosial, psikologi, pendidikan, sains teknologi yang termasuk juga dalam aspek percetakan.


Kitab Jawi dicetak dengan meluas sama ada di Timur Tengah mahupun di Nusantara. Ia dicetak berulang-ulang kali untuk menampung keperluan penuntut Melayu yang dahagakan ilmu agama. Dengan itu tidak menjadi keanehan lagi apabila didapati bahawa kitab Jawi yang memiliki tajuk yang sama dicetak di tempat berlainan atau kitab-kitab tersebut dicetak di luar tanah Melayu seperti di Mekah, Mesir, India dan sebagainya. Wan Muhammad Shaghir Abdullah (1992: 97-99) telah menyenaraikan lebih daripada 30 percetakan yang berfungsi mencetak kitab Jawi pada waktu itu. Percetakan-percetakan tersebut adalah seperti berikut:

“Percetakan yang berada di Timur Tengah adalah seperti, Al-Kasymiri (berdekatan masjid al-Azhar, Mesir), Daruth Thiba’ah al-Mishriyah al-Kubraa (Mesir), Daru Ihyail Kutubil Arabiyah (Mesir), Mustafa al-Babaaby al-Halaby (Mesir), At-Taqaddumul Ilmiyah (Mesir), Al-Khairiyah (Mesir dan Istanbul, Turki), Al-Anwar (Mesir), Darul Mashir (Mesir), Al-Miriyah (Mekah), At-Taraqqil Majidiyah al-Usmaniah (Mekah), Al-Makkiyah (Mekah), Al-Amiratul Islamiah (Mekah), Al-Muhammadi (Bombay, India), Al-‘Alawiyah (Bombay, India), dan lain-lain.”


Sementara percetakan di Nusantara yang mencetak kitab Jawi adalah seperti, Al-Ahmadiyah (Singapura), Al-Imam (Singapura), Haji Muhammad Amin (Singapura), Melayu Tanjung Pagar (Singapura), Sulaiman Mar’i (Singapura dan Surabaya, Indonesia), Al-Kamaliyah (Kota Bahru, Kelantan), Majlis Ugama Islam (Kota bahru, Kelantan), Islamiyah (Kota Bahru, Kelantan), Al-Ahliyah (Kota Bahru, Kelantan), Zainiyah (Pulau Pinang), Persama (Pulau Pinang), Al-Mu’arif (Pulau Pinang), Patani (Pattani), Sahabat (Jala), An-Nabhani (Surabaya), Staqafah (Surabaya), Petamburan (Betawi, Jakarta), Sayid Ali Alaydus (Betawi, Jakarta), Al-Ma’arif (Bandung), De Volharding (Padang), dan lain-lain.

                                      Kitab-kitab Jawi di Mesir.

Wawasan para ulama dalam bidang percetakan sehingga kitab Jawi dapat dicetak telah mempermudahkan penyebaran ilmu pengetahuan ke alam Melayu. Percetakan kitab Jawi dilakukan di Timur Tengah dan Asia Tenggara. Kegiatan-kegiatan tersebut telah membantu menyuburkan peranan institusi pondok. Ini adalah model yang mendorong penduduk Melayu generasi seterusnya yang menerima pendidikan daripada institusi pondok mengamalkan kegiatan percetakan.

 

Kini terdapat 3 buah percetakan di wilayah Pattani (salah satu dari tiga dominan masyarat Melayu di Patani, Selatan Thailad.) yang dimiliki oleh orang Melayu dan masih berfungsi iaitu Saudara Press di jalan Charenpradit, daerah Muang, Muslim Press di jalan Phiphit, daerah Muang dan Pattani Press di jalan Ruedi, daerah Muang. Percetakan tersebut masih mencetak karya-karya agama oleh ulama tempatan, terutamanya buku-buku teks untuk sekolah agama. Selain itu, kalendar Islam, iklan-iklan, kad perkahwinan dan sebagainya juga dicetak. Karya-karya agama dicetak dalam bahasa Melayu bertulisan Jawi atau Rumi, sementara percetakan lain seperti kalendar Islam, iklan, kad perkahwinan dan lain-lain pesanan pelanggan juga dicetak dalam tulisan Jawi atau tulisan Rumi, tetapi akan diiringi dengan bahasa Thai. 


Percetakan adalah satu perniagaan yang mesti mengikut kemahuan pelanggan, dengan itu segala bentuk, corak, bahasa dan tulisan adalah dilakukan mengikut tuntutan pelanggan. Bagaimanapun percetakan yang dimiliki oleh orang Melayu adalah salah satu faktor penting yang membantu mempertahankan identiti Melayu Patani.

Sebahagian daripada hasil percetakan akan diedar ke toko-toko kitab untuk dijual. Antaranya seperti kitab Jawi, buku-buku teks sekolah agama dan khutbah Jumaat. Ini dapat membuktikan hubungan antara percetakan dan toko kitab, di mana kedua-duanya berfungsi menyumbang peranan pondok.