Sabtu, 28 Disember 2019

JEJAK DARA PORTUGIS DI ACEH

Oleh Tengku Puteh (https://tengkuputeh.com/)

   
Menurut catatan sejarah ketika armada Portugis dibawah pimpinan Alfonso Alberqueque hendak menaklukkan kota Malaka tahun 1511 M, Raja Portugis mengirimkan pasukan untuk membantu namun sayang pasukan tersebut tidak pernah sampai karena terdampar dipesisir Barat Sumatera tepatnya kota Lamno, Aceh dan kehilangan kontak dengan pasukan induknya di Goa/ India (pusat koloni Portugis saat itu) maupun dengan pasukan Portugis di Malaka. Dengan segera pasukan Portugis tersebut ditawan oleh Sultan Aceh saat itu, dan pasukan Portugis itu segera dimanfaatkan oleh Sultan Aceh saat itu yaitu Sultan Ali Mogayatsyah untuk mengembangkan armada perang Aceh meliputi pembuatan meriam, kapal perang, mesiu sehingga nantinya Kesultanan Aceh dapat memerdekakan diri dari Kerajaan Pedir Hindu (didaerah Aceh Pidie sekarang). Fakta sejarah tidak tercatat secara resmi, sehingga lebih meyerupai sebuah legenda.


Tak pelak keturunan bangsa Portugis tersebut ada yang tetap tinggal di Aceh dan berbaur dengan penduduk lokal, sehingga di Aceh terkenal sebuah idiom yaitu Bule Lamno, yaitu orang hasil perkawinan campur antara bekas keturunan Portugis dengan penduduk lokal (kebanyakan bermata coklat) namun bercakap-cakap dengan bahasa lokal.
Daerah tersebut juga terdapat sebuah suku eksklusif (Sebagian keturunan Eropa tersebut menutup diri yang tidak berkawin campur dengan penduduk lokal) bernama “suku mata biru” namun jumlahnya relativif sangat sedikit. Bahkan banyak pemuda dari dalam dan luar Aceh terkadang sengaja mencari jodoh kepesisir Barat, siapa tahu mendapatkan “Dara Portugis” tersebut.


Sedangkan menurut cerita penduduk lokal, kaum keturunan Eropa tersebut adalah rombongan keturunan dari umat Muslim yang melarikan diri dari Renquista dari Ratu Isabella dan Ferdinand dari Castilla/Arragorn (Spanyol sekarang) hingga keujung dunia ketika Andalusia ditaklukkan oleh pasukan Salib.

Ketika mudik kemarin ke pesisir Barat setelah sekian lama Abu tidak menjejakkan kaki dipesisir Barat, Abu secara iseng ingin melihat apa yang dinamakan “Dara Portugis.” Ketika melewati kota Lamno (Sekitar 80 Km dari kota Banda Aceh), maka Abu menanyakan kepada penduduk lokal mengenai ilwal keberadaan Dara Portugis tersebut (Siapa tahu………?).

Menurut SBR (32 tahun) penduduk kota Lamno “Setelah Tsunami menghantam pesisir Barat Aceh Desember 2004 suku mata biru tidak pernah terlihat lagi, sedangkan yang yang bermata coklat masih ada namun sudah banyak yang meninggalkan kota tersebut kebanyakan menikah dengan pendatang dan meninggalkan kampung halaman.

Cerita penduduk itu mengingatkan kepada nenek Abu, beliau pernah bercerita kalau ibu beliau yaitu nenek buyut Abu memiliki mata biru, dan satu kaitan lagi ketika Abu masih kecil ada satu lagu yang popular yaitu lagu ISABELLA yang dinyanyikan oleh Grup Band SEACH asal Malaysia, waktu itu lagu tersebut sangat popular sehingga Abu yang masih kecil sangat menyukai lagu tersebut. Tapi ketika Abu menyanyikan lagu tersebut didepan nenek, beliau sangat marah dan menyuruh Abu untuk tidak pernah lagi menyanyikan lagu tersebut.

Ketika Abu menanyakan korelasi antara kedua hal tersebut kepada ibu Abu, beliau hanya angkat bahu. Dan ketika Abu menanyakan apakah ada kemungkinan bahwa Abu memiliki keturunan muslim Eropa yang diusir oleh Ratu Isabella, beliau hanya tersenyum. Dan ketika Abu menanyakan mengapa Abu ini tidak memiliki kemiripan dengan keturunan Portugis tersebut, ibu Abu menjawab dengan santainya “Mungkin kamu terlalu banyak kandungan lokalnya!”

Terlalu banyak kandungan lokal? Memangnya Abu produk Assembling githu? Memangnya orang bisa dirakit apa?

Isnin, 23 Disember 2019

Situs Benteng Iskandar Muda di desa Berandeh Kecamatan Masjid Raya Kab. Aceh Besa

 Oleh Nordin (https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/)


Situs Benteng Iskandar Muda

BPCB Aceh – Situs Benteng Iskandar Muda adalah salah satu peninggalan Kerajaraan Aceh yang berada di desa Beurandeh, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar. Benteng ini di bangun pada abad 16 masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda  untuk melindungi  wilayah kekuasaannya dari serangan Belanda dan Portugis.

Situs Benteng Iskandar Muda berbatasan  sebagai berikut :

Sebelah Utara : Jalan Raya lintas Pelabuhan Malahayati
Sebelah Selatan : Kebun kelapa dan rumah penduduk
Sebelah Barat : Perkampungan  penduduk
Sebelah Timur : Perkampungan  penduduk
Untuk mencapai ke Benteng ini dengan menempuh jarak sekitar 30 Km dari Kota Banda Aceh atau Ibukota Provinsi, benteng ini tidak begitu jauh dari  Pelabuhan Malahayati  hanya menempuh jarak sekiktat 1 Km ke arah Utara.

Benteng Iskandar Muda berbentuk empat segi /bujur sangkar yang dibangun di pinggir sungai Krueng Raya., struktur pondasi   terbuat dari batu kali berwarna hitam dan berpori-pori,  bahan perekat susunan batuan menggunakan campuran lempung dan kapur. dinding luar dan dalam ditutup dengan plester dari bahan campuran pasir, lempung dan karbonat. Benteng ini  terdiri dari tiga lapisan dinding yang bagian terluar tampak lebih tinggi dibandingkan dua dinding bagian dalam,  bagian atas dan bawah dinding benteng dan dalamnya berbentuk oyief., juga pada bagian tengah atas benteng terdapat pula dinding yang diduga bekas ruangan. 
 Benteng Iskandar Muda tampak dari arah timur



Benteng Iskandar Muda tampak dari arah utara

Benteng sejarah ini termasuk dalam trail Aceh Lhee Sagoe (tiga kerajaan Hindu yang meliputi Banda Aceh dan Aceh Besar) dan saat ini menjadi lokasi ojek wisata yang ramai dikunjungi oleh wisata lokal maupun mancanegara, pengujung yang sanagat padat umumnya pada hari libur tahun. (nrd)