Khamis, 27 Julai 2023

Sistem Bacaan Al Quran Qiroati Dari Indonesia sampai ke Patani, Thailand.

Oleh Nik Abdul Rakib Bin Nik Hassan

                                     KH. Dahlan Salim Zarkasyi 

Sistem bacaan Al-Quran yang popular sekali di Thailand pada masa ini ialah sistem bacaan Al-Quran Qiro’ati. Sistem Kiraati ini telah mengatasi beberapa sistem yang ada sebelum ini. Kerana sistem Kiraati ini sangat senang untuk membaca Al Quran bagi kanak kanak. Walaupun begitu sesetengah ibu bapak kanak kanak masih belu tahu lagi di manakah lahirnya system Kiraati ini. Di sini saya kemukakan riwayat hidup Kyai Haji Dahlan Salim Zarkasyi, pengasas sistem bacaan Al-Quran Kiraati. Isinya diambil dari Biografi KH. Dahlan Salim Zarkasyi, Laman web Layanan Dokumentasi Ulama dan KeIslaman. Isinya seperti berikut:-

Kyai Haji Dahlan Salim Zarkasyi

lahir pada tanggal 28 Agustus 1928 di Semarang, Indonesia. Dan meninggal tanggal 20 Januari 2001 di Semarang, Indonesia.

 

Pendidikan

KH. Dahlan Salim Zarkasyi adalah ulama yang jarang didapatkan sekarang, ilmunya insya Allah tergolong laduni sebab ilmu yang beliau dapat hanya sampai kelas V SD dan pesantren selama satu tahun, sedangkan bobot tulisan serta kepeloporannya di bidang pendidikan dan pengajaran al-Qur’an ada pada kelas nasional bahkan insya Allah internasional.

Mendapat ilham

KH. Dahlan Salim Zarkasyi pada awal mendirikan pengajian anak-anak di Kebonarum tahun 1963, beliau mengajar ngaji al-Qur’an dengan menggunakan metode Baghdadiyah.


Tanpa sedikitpun beliau menganggap bahwa metode Baghdadiyah itu tidak berhasil, namun ketika dalam sekejab saja anak-anak sudah banyak yang hafal abjadnya, maka dengan perasaan “syok” beliau mencoba bertanya kepada beberapa murid, eh ! hasilnya ternyata mereka tidak bisa membacanya kecuali harus diurut dahulu dari muka. Maka kesimpulan beliau bahwa metode Baghdadiyah ini terlalu gampang dihafal.

Mulai saat itu beliau mencoba beralih, bebrapa buku penuntun membaca al-Qur’an di toko dibelinya lalu disimak satu demi satu, malu-mula yang ada gambarnya disisihkan kemudian sisanya juga diteliti, karena kebanyakan buku yang ada mengarah ke belajar bahasa Indonesia dengan tulisan Arab, contoh (بِ سْ كُ دُ سْ) semua buku ditinggal.


Akhirnya, tiada jalan lain kecuali beliau harus menulis sendiri, maka dimulailah pada tahun 1963 itu.


Apabila tulisan mudah diterima murid, tulisan disimpan, dan apabila sulit langsung disobek, begitu seterusnya simpan-sobek, simpan-sobek sampai terkumpul jadi buku.


Beliau ingin sekali agar bukunya nanti bisa bermanfaat dann beliau juga mengajak para guru al-Qur’an agar tidak ikut mewariskan kepada para santrinya.


Segala upaya dilaksanakan, dengan mujahadah lahir-batin dan hasilnya alhamdulillah, Allah SWT. Berkenan memberikan inayahnya, suatu keistimewaan telah terjadi dalam sejarah penulisan Qiro’ati ini.


Pada suatu malam (tidak dalam tidur) beliau mendapatkan Ilham, melihat tuntunan mengajar Al Qur’an yang langsung tartil, isinya bisa dilihat pada jilid 4,5,6 (TK). Itulah sebabnya beliau sering berkata : “hebatnya Qiro’ati adalah bukan hasil karangan manusia tetapi hidayah langsung dari Allah”. Saya tidak ikut mengarangnya, jadi tidak bisa menjawab jika ditanya tentang susunan didalamnya, mengapa terkesan tidak lazim. Namun nyatanya dengan buku Qiro’ati ini:


Anak-anak merasa mudah belajar Al Qur’an.

Boleh membaca Al Qur’an dengan tartil walau belum diajar ilmu tajwid.


Guru dan Santri nampak bersemangat.

TK Al Qur’an cepat tersebar kemana-mana dalam tempo amat singkat.


Buku-buku yang ciplak Qiro’ati pun merasakan yang sama meski tak sempurna.


Penemuan Metode Bacaan Qira'ati

Salah satu metode yang popular digunakan untuk mempelajari al-Qur'an pada saat ini yaitu metode Qiraati. Saat ini, buku panduan metode Qiraati telah menjadi pegangan wajib bagi ribuan TPQ maupun lembaga nonformal lainnya di nusantara ini.

Qira’ati adalah salah satu dari sekian banyak metode dalam mempelajari Al-Qur'an. Qiraati merupakan metode dalam mempelajari bacaan Al-Qur`an yang berorientasi kepada hasil bacaan siswa secara "mujawwad murattal" dengan memperhatikan dan mempertahankan mutu pengajaran dan mutu pengajar melalui mekanisme sertifikasi/syahadah (Ijazah).


Hanya pengajar yang telah mendapatkan sertifikat/syahadah yang diijinkan untuk mengajar di lembaga/TPQ Qiraati, dan hanya lembaga yang memiliki sertifikat/syahadah yang diijinkan untuk mengembangkan Qiraati.


Para santri belajar dari dasar hingga tingkat mahir secara bertahap dengan menggunakan beberapa jilid buku panduan yang terdiri dari beberapa tingkatan yang harus dilalui oleh santri. Total ada enam jilid buku panduan yang harus dipelajari oleh santri, ditambah dengan buku panduan mempelajari Tajwid dan Gharib. Seusai menyelesaikan pembelajaran melalui tingkatan-tingkatan tersebut, santri sudah bisa membaca Al-Qur'an dengan mahir dan secara tartil.


Akhirnya para ulama’ al-Qur’an di Jawa Tengah banyak yang memberikan restu atas buku Qiro’ati ini, antara lain KH. Arwani Kudus beliau setelah mestashih lalu menganjurkan untuk diajarkan disetiap pengajian al-Qur’an, maka atas restu tersebut buku Qiro’ati lalu disebarkan.

Pada tahap awalnya Qiro’ati dicetak dalam 10 jilid, selanjutnya demi kebutuhan maka sekarang tersedia dalam beberapa paket antara lain :


Paket PRA TK  : 1 jilid dan mainan huruf (usia 3 s/d 4 th)

Paket TKQ        : 6 jilid, buku Ghorib dan Tajwid (4 s/d   6 th)

Paket TPQ       : 6 jilid, buku Ghorib dan Tajwid (5 s/d 12 th)

Paket SD          : 4 jilid, buku Ghorib dan Tajwid (7 s/d 12 th)

Paket SMP/A    : 3 jilid, buku Ghorib dan Tajwid (Remaja)

Mahasiswa       : 2 jilid, buku Ghorib dan Tajwid (Remaja)

 

Karya-karya KH. Dahlan Salim Zarkasyi

sebagai berikut:

1. Buku Qiro’ati: buku penuntun membaca al-Qur’an. Istimewanya buku ini mengajarkan al-Qur’an langsung dengan petunjuk tartilnya, sehingga setelah anak tamat buku Qiro’ati akan otomatis bisa membaca al-Qur’an tartil, meski belum diajari membaca al-Qur’an sama sekali.


2. Taman Kanak-Kanak al-Qur’an: suatu lembaga pendidikan model baru tentang pengajaran  al-Qur’an untuk usia kanak-kanak (4/5 th). Lembaga ini awalnya dirintis oleh beliau pada tahun 1986, dan sekarang telah menjamur sampai ke manca negara, sehingga lembaga ini merupakan yang pertama di dunia, sebab belum pernah terdengar sebelum tahun 1986. Dan hasilnya “luar biasa” kini banyak anak usia 6/7 telah khatam al-Qur’an.


3. Ahli baca al-Qur’an huruf BRAILE: hanya dengan mempelajari abjadnya, beliau dapat mengoreksi al-Qur’an BRAILE yang sudah beredar di SLB. Sehingga pembuatnya terpaksa membakar al-Qur’an braile yang ada, dan membuatkan yang baru sebagai gantinya.


4. Mengajar al-Qur’an bagi TUNA RUNGU: beliau pernah membuat percobaan dalam bentuk privat dan berhasil sampai pada jilid 3 buku Qiro’ati, artinya si bisu telah bisa membaca huruf arab gandeng, bacaan yang panjang dan pendek. Sayang percobaan ini belum sempat tuntas murid yang bersangkutan pindah ke kota. Dari sini lalu beliau bercita-cita ingin mendirikan pesantren al-Qur’an khusus bagi tuna rungu. Semoga niat ini berhasil.

Tiada ulasan: