Oleh Nik Abdul Rakib Bin Nik Hassan
KH. Dahlan Salim Zarkasyi
Sistem bacaan Al-Quran yang popular sekali di Thailand pada masa ini ialah sistem bacaan Al-Quran Qiro’ati. Sistem Kiraati ini telah mengatasi beberapa sistem yang ada sebelum ini. Kerana sistem Kiraati ini sangat senang untuk membaca Al Quran bagi kanak kanak. Walaupun begitu sesetengah ibu bapak kanak kanak masih belu tahu lagi di manakah lahirnya system Kiraati ini. Di sini saya kemukakan riwayat hidup Kyai Haji Dahlan Salim Zarkasyi, pengasas sistem bacaan Al-Quran Kiraati. Isinya diambil dari Biografi KH. Dahlan Salim Zarkasyi, Laman web Layanan Dokumentasi Ulama dan KeIslaman. Isinya seperti berikut:-
Kyai Haji Dahlan Salim Zarkasyi
lahir pada tanggal 28 Agustus 1928 di
Semarang, Indonesia. Dan meninggal tanggal 20 Januari 2001 di Semarang,
Indonesia.
Pendidikan
KH. Dahlan Salim Zarkasyi adalah ulama yang jarang didapatkan sekarang, ilmunya insya Allah tergolong laduni sebab ilmu yang beliau dapat hanya sampai kelas V SD dan pesantren selama satu tahun, sedangkan bobot tulisan serta kepeloporannya di bidang pendidikan dan pengajaran al-Qur’an ada pada kelas nasional bahkan insya Allah internasional.
Mendapat ilham
KH. Dahlan Salim Zarkasyi pada awal mendirikan pengajian anak-anak di Kebonarum tahun 1963, beliau mengajar ngaji al-Qur’an dengan menggunakan metode Baghdadiyah.
Tanpa sedikitpun beliau menganggap bahwa metode Baghdadiyah itu tidak berhasil, namun ketika dalam sekejab saja anak-anak sudah banyak yang hafal abjadnya, maka dengan perasaan “syok” beliau mencoba bertanya kepada beberapa murid, eh ! hasilnya ternyata mereka tidak bisa membacanya kecuali harus diurut dahulu dari muka. Maka kesimpulan beliau bahwa metode Baghdadiyah ini terlalu gampang dihafal.
Mulai saat itu beliau mencoba beralih,
bebrapa buku penuntun membaca al-Qur’an di toko dibelinya lalu disimak satu
demi satu, malu-mula yang ada gambarnya disisihkan kemudian sisanya juga
diteliti, karena kebanyakan buku yang ada mengarah ke belajar bahasa Indonesia
dengan tulisan Arab, contoh (بِ سْ كُ دُ سْ)
semua buku ditinggal.
Akhirnya, tiada jalan lain kecuali beliau
harus menulis sendiri, maka dimulailah pada tahun 1963 itu.
Apabila tulisan mudah diterima murid, tulisan
disimpan, dan apabila sulit langsung disobek, begitu seterusnya simpan-sobek,
simpan-sobek sampai terkumpul jadi buku.
Beliau ingin sekali agar bukunya nanti bisa
bermanfaat dann beliau juga mengajak para guru al-Qur’an agar tidak ikut
mewariskan kepada para santrinya.
Segala upaya dilaksanakan, dengan mujahadah
lahir-batin dan hasilnya alhamdulillah, Allah SWT. Berkenan memberikan
inayahnya, suatu keistimewaan telah terjadi dalam sejarah penulisan Qiro’ati
ini.
Pada suatu malam (tidak dalam tidur) beliau
mendapatkan Ilham, melihat tuntunan mengajar Al Qur’an yang langsung tartil,
isinya bisa dilihat pada jilid 4,5,6 (TK). Itulah sebabnya beliau sering
berkata : “hebatnya Qiro’ati adalah bukan hasil karangan manusia tetapi hidayah
langsung dari Allah”. Saya tidak ikut mengarangnya, jadi tidak bisa menjawab
jika ditanya tentang susunan didalamnya, mengapa terkesan tidak lazim. Namun
nyatanya dengan buku Qiro’ati ini:
Anak-anak merasa mudah belajar Al Qur’an.
Boleh membaca Al Qur’an dengan tartil walau
belum diajar ilmu tajwid.
Guru dan Santri nampak bersemangat.
TK Al Qur’an cepat tersebar kemana-mana dalam
tempo amat singkat.
Buku-buku yang ciplak Qiro’ati pun merasakan
yang sama meski tak sempurna.
Penemuan Metode Bacaan Qira'ati
Salah satu metode yang popular digunakan
untuk mempelajari al-Qur'an pada saat ini yaitu metode Qiraati. Saat ini, buku
panduan metode Qiraati telah menjadi pegangan wajib bagi ribuan TPQ maupun
lembaga nonformal lainnya di nusantara ini.
Qira’ati adalah salah satu dari sekian banyak
metode dalam mempelajari Al-Qur'an. Qiraati merupakan metode dalam mempelajari
bacaan Al-Qur`an yang berorientasi kepada hasil bacaan siswa secara
"mujawwad murattal" dengan memperhatikan dan mempertahankan mutu
pengajaran dan mutu pengajar melalui mekanisme sertifikasi/syahadah (Ijazah).
Hanya pengajar yang telah mendapatkan
sertifikat/syahadah yang diijinkan untuk mengajar di lembaga/TPQ Qiraati, dan
hanya lembaga yang memiliki sertifikat/syahadah yang diijinkan untuk
mengembangkan Qiraati.
Para santri belajar dari dasar hingga tingkat
mahir secara bertahap dengan menggunakan beberapa jilid buku panduan yang
terdiri dari beberapa tingkatan yang harus dilalui oleh santri. Total ada enam
jilid buku panduan yang harus dipelajari oleh santri, ditambah dengan buku
panduan mempelajari Tajwid dan Gharib. Seusai menyelesaikan pembelajaran
melalui tingkatan-tingkatan tersebut, santri sudah bisa membaca Al-Qur'an
dengan mahir dan secara tartil.
Akhirnya para ulama’ al-Qur’an di Jawa Tengah
banyak yang memberikan restu atas buku Qiro’ati ini, antara lain KH. Arwani
Kudus beliau setelah mestashih lalu menganjurkan untuk diajarkan disetiap
pengajian al-Qur’an, maka atas restu tersebut buku Qiro’ati lalu disebarkan.
Pada tahap awalnya Qiro’ati dicetak dalam 10
jilid, selanjutnya demi kebutuhan maka sekarang tersedia dalam beberapa paket
antara lain :
Paket PRA TK
: 1 jilid dan mainan huruf (usia 3 s/d 4 th)
Paket TKQ : 6 jilid, buku Ghorib dan Tajwid (4
s/d 6 th)
Paket TPQ : 6 jilid, buku Ghorib dan Tajwid (5 s/d
12 th)
Paket SD : 4 jilid, buku Ghorib dan Tajwid (7
s/d 12 th)
Paket SMP/A
: 3 jilid, buku Ghorib dan Tajwid (Remaja)
Mahasiswa : 2 jilid, buku Ghorib dan Tajwid (Remaja)
Karya-karya KH. Dahlan Salim Zarkasyi
sebagai berikut:
1. Buku
Qiro’ati: buku penuntun membaca al-Qur’an. Istimewanya buku ini mengajarkan
al-Qur’an langsung dengan petunjuk tartilnya, sehingga setelah anak tamat buku
Qiro’ati akan otomatis bisa membaca al-Qur’an tartil, meski belum diajari
membaca al-Qur’an sama sekali.
2. Taman Kanak-Kanak al-Qur’an: suatu lembaga
pendidikan model baru tentang pengajaran
al-Qur’an untuk usia kanak-kanak (4/5 th). Lembaga ini awalnya dirintis
oleh beliau pada tahun 1986, dan sekarang telah menjamur sampai ke manca
negara, sehingga lembaga ini merupakan yang pertama di dunia, sebab belum
pernah terdengar sebelum tahun 1986. Dan hasilnya “luar biasa” kini banyak anak
usia 6/7 telah khatam al-Qur’an.
3. Ahli baca al-Qur’an huruf BRAILE: hanya
dengan mempelajari abjadnya, beliau dapat mengoreksi al-Qur’an BRAILE yang
sudah beredar di SLB. Sehingga pembuatnya terpaksa membakar al-Qur’an braile
yang ada, dan membuatkan yang baru sebagai gantinya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan