Sabtu, 22 Julai 2023

Aksara Dunging, aksara lokal yang dimiliki oleh masyarakat Dayak Iban, Negeri Sarawak, Malaysia.

Oleh Nik Abdul Rakib Bin Nik Hassan

Aksara aksara lokal di Alam Nusantara sangat banyak. Disini akan bicara tentang aksara yang dimiliki oleh masyarakat pribumi di Negeri Sarawak, Malaysia. Aksara Dunging ini dibuat oleh seorang suku Dayak Iban iaitu Dunging Anak Gunggu. Dengan itu aksara ini adalah aksara miliki Negeri Sarawak. Sepatutnya Negeri Sarawak wajib membantu dalam perkembangan aksara Dunging ke seluruh masyarakat Dayak Iban. Kerana aksara Dunging adalah khazanah bangsa yang menunjukkan masyarakat pribumi Sarawak adalah masyarakat bertamadun.


Disini saya kemukakan sebuah Tesis BA atau Skripsi dari Christopher Kenneth Yansen, tajuknya “Perancangan Typeface Latin Adaptasi Aksara Dunging Dayak Iban” di  Universiti Multimedia Nusantara, Tangerang, Banten, Indonesia, pada 2021. Isinya secara ringkas adalah seperti seberikut:-

Prof Dr Bromeley Philip, Universiti Teknologi Mara, Sarawak, Malaysia. Pengarang buku “Iban Alphabet / Abjad Iban / Urup Iban”

Sejarah dan Perkembangan Aksara Dunging

Sejarah Aksara Dunging didapatkan dari buku Bromeley Philip yang berjudul “Iban Alphabet / Abjad Iban / Urup Iban” Buku ini menjelaskan sejarah dan kegunaan serta arti dari Aksara Dunging.

Sistem tulis merupakan sebuah salah satu peninggalan sejarah dalam peradaban manusia. Sistem tulis juga memberikan sebuah pemikiran bukan hanya interaksi antar individu tetapi juga melibatkan gaya hidup, hukum, dan pendidikan. Tidak dipungkiri bahwa sistem tulis merupakan kemajuan bagi sebuah peradapan manusia. Tidak semua peradaban didunia memiliki sebuah sistem tulis sendiri.


Masyarakat Iban sendiri mengetahui bahwa telah diwujudkannya satu sistem tulis iaitu Aksara Iban yang diterbitkan oleh Yayasan Tun Jugah sebagai kajian ensiklopedia Iban. Sistem tulis ini dikenal dengan nama Aksara Dunging. Aksara Dunging merupakan sebuah warisan yang sangat berharga didalam masyarakat Iban. Nilai yang berharga bukan hanya dilihat dari sistem tulis akan tetapi juga dilihat dari sebuah kegunaan tulisan yang sangat praktis sebagai alternatif menulis dan mengeja Bahasa Iban.



Perkembangan Aksara Dunging memiliki bentuk simbol yang melambangkan hubungan antara manusia dan alam sekitarnya. Perancangan huruf pada abjad ini berada dalam konteks modern harus dijadikan sebagai pedoman kajian dimasa yang akan datang. Perekaan Aksara Dunging dirancang oleh Dunging anak Gunggu. Aksara ini bukanlah sistem tulisan purba kerana perancangannya dimulai pada tahun 1980-an. Sebaliknya Aksara Dunging bercirikan unsur-unsur modern. Aksara Dunging mengandung tulisan berbentuk suku kata dan juga alphabetic yang merujuk kepada bentuk huruf konsunan dan vokal.

                                   Dunging anak Gunggu

Dunging anak Gunggu lahir pada tahun 1904 hingga 1985. Beliau dilahirkan di Rumah Panjang Nanga Ulai didaerah hulu sungai Rimbas, Debak. Daerah kecil bagian Betong berjarak 300 kilometer dari Kuching. Beliau merupakan anak kelima diantara lima saudara lainnya. Beliau meninggal pada tahun 1985 pada tanggal 20 Juni di Rumah Panjang Nanga Ulai. Pada masanya Dunging tidak pernah merasakan duduk dibangku sekolah dikarenakan pendidikan pada zaman tersebut hanya ditawarkan didaerah perkotaan saja. Dalam masyarakat Iban, Dunging dikenal oleh banyak orang pada zamanya sebagai seorang pemikir, filsafat, dan juga seorang perancang.


Pada masanya Dunging menghasilkan beberapa perancangan kreatif. Rancangan-rancangan kreatif yang telah dihasilkan yaitu tenaga hidro, pipa bambu yang disambung untuk mengumpulkan getah. Rancangan yang amat ditakjubkan iaitu sebuah cincin yang terbuat dari perpaduan empat lingkaran cincin.

Namun, dari segala perancangan yang pernah dihasilkan rancangan yang begitu penting. Perancangan yang tercatat dalam ensiklopedia Kajian Iban yang diterbitkan Yayasan Tun Jugah pada tahun 2001. Seorang individu yang memiliki otak yang berkelana dalam berpikir dan menciptakan sistem penulisan abjad yang pernah ia ajarkan kepada kerabat dan teman. Aksara Dunging merupakan satu-satunya sistem penulisan Bahasa Iban yang pernah ada dan dikenali serta dicatat dalam ensiklopedia penelitian Iban 2001.


Aksara tersebut masih baik dalam bentuk asal dan disimpan dengan baik oleh Bapak Bagat anak Nunui. Bagat Nunui merupakan seorang guru besar yang pada masa kini telah menjadi ketua dari Rumah Panjang Nanga Ulai. Penulisan ini telah digunakan oleh

beberapa orang sebagai suatu Aksara yang begitu komprehensif sehingga tidak dipungkiri lagi bahwa perancangan ini bersifat intelektual.

Menurut legenda masyarakat Iban memang memiliki sistem penulisannya sendiri. Tulisan tersebut telah hilang dilanda oleh banjir besar. Seorang bernama Renggi mengikat segulung kulit kayu yang mengandung tulisan tersebut pada ujung kain cawatnya. Sangat disayangkan sekali Renggi tidak begitu cepat untuk menghindari banjir besar tersebut sehingga gulungan kulit kayu tersebut terkena air. Tulisan tersebut pun menjadi pudar. Merasa sedih dan marah Renggi pun memakan kulit kayu tersebut. Maka generasi Iban mulai mengingat dan bisa membuat susunan kata seperti pantun dan puisi. Keturunan Renggi memiliki ingatan yang kuat terhadap puisi dan pantun tersebut terutama pada mereka yang buta huruf. Dengan penghafalan yang kuat ini terus diturunkan kepada generasi selanjutnya.


Legenda tersebut membuat Dunging percaya bahwa masyarakat Iban memang memiliki sistem tulisan sendiri. Dunging percaya jika benar masyarakat Iban telah kehilangan surat tulisan sewaktu banjir besar tidak berkemungkinan untuk tulisan tersebut kembali lagi. Sudah semestinya sesuatu yang hilang dapat dicari lagi jika dilakukan dengan sungguh- sungguh. Dunging menanggapi penjelasan tersebut untuk mencari tulisan Iban yang telah hilang dengan kegigihannya. Dunging merancang ulang tulisan Aksara tersebut. Dunging memulai pencarianya dengan berawalkan rangkaian bunyi seperti pantun.

Dunging menyadari bahwa suatu bahasa tidak akan kokoh jika tidak memiliki alfabet atau sistem penulisannya sendiri. Kemungkinan bahasa tersebut akan pudar dengan perkembangan zaman. Aksara sangat penting untuk memperkokoh seuatu bahasa baik dalam penggunaan maupun dalam perkembangan zaman. Aksara juga melambangkan suatu identitas suatu bangsa. Perancangan Aksara Iban merupakan suatu pencapaian terbaik Dunging dalam usaha selama 15 tahun. Bermula pada tahun 1947 hingga 1962 Dunging telah menciptakan 77 huruf yang melambangkan berbagai bunyi. Sebanyak 77 huruf tersebut disederhanakan lagi sehingga menjadi 59 huruf. Sangat disayangkan setiap perancangan yang telah dibuat tidak didokumentasikan dan hanya Dunging sendiri yang mengetahui akan maksud dari setiap hurufnya.


Dunging menggangap pengalaman dalam perancangan Aksara tersebut sebagai suatu perjalanan hidup yang dipenuhi berbagai rintangan selama 15 tahun. Sepanjang pengalaman Dunging hampir kehilangan kewarasannya dikarenakan memikirkan huruf-huruf Aksara dengan sungguh-sungguh. Setelah berusaha keras untuk menghasilkan Aksara Iban dikepala Dunging cuma memikirkan satu pertanyaan kepada masyarakat Iban. 


Tiada ulasan: