Oleh Nik Abdul Rakib Nik Hassan
Saya tertarik dengan sejarah Indonesia
khususnya Pulau Sumatra. Dan saya sempat berjumpa dengan Tuanku Luckman Sinar
Basarshah II. Almarhum adalah tokoh Melayu Serdang yang memiliki pemikiran dan
mempertahankan Kebudayaan Melayu di Sumatra Utara. Dan sempat membeli bukunya “Bangun
dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur”
Dari situ tertariklah dengan Sumatra Timur
yang pernah menjadi Negara Sumatra Timur di dalam Federasi Indonesia.
Dan juga sempat dapat kontak dengan Tengku
Mansoer Adil Mansoer di Belanda. Beliau adalah cucu kepada Dr. Tengku Mansur, Wali
Negara Negara Sumatra Timur (NST) pada 28 Januari 1948 – 17 Agustus 1950.
Disini saya akan bicara tentang Negara
Sumatra Timur dan Wali Negaranya, Dr. Tengku Mansur.
Negara Sumatra Timur (NST) adalah salah satu
negara bagian Republik Indonesia Serikat Republik Indonesia dan Kerajaan
Belanda yang bertahan cukup lama di lingkungan diluar Hindia Belanda selain
Negara Indonesia Timur, yakni 25 Desember 1947 hingga 1950. Negara ini terbentuk
kerana banyak faktor kompleks yang membentuk persekutuan anti-republik.
Persekutuan tersebut terdiri atas kaum bangsawan Melayu, sebagian besar
raja-raja Simalungun, beberapa kepala suku Karo dan kebanyakan tokoh masyarakat
Tionghoa. Bumiputera Melayu dengan kekuasaan Islam-nya beserta Simalungun dan
Karo merasa terancam dengan berdirinya negara baru, yang akan mendudukkan
mereka sebagai bawahan dari Republik Indonesia di Yogya. Dalam banyak buku
sejarah disebutkan Republik Indonesia Serikat merupakan gabungan dari berbagai
negara-negara bebas di Indonesia saat itu. Meski demikian, negara-negara itu
disebut sebagai negara boneka yang dibentuk oleh Belanda.
Dr. Tengku Mansur atau Tengku Mansoer (17
Januari 1897 – 6 Oktober 1953) adalah Wali Negara Sumatra Timur, sebagai bagian
dari Republik Indonesia Serikat. Ia juga tokoh pendiri dan Ketua Jong
Sumatranen Bond (1917–1919).
Biografi
Pelantikan Tengku Mansur sebagai Wali Negara
Sumatera Timur
Tengku Mansur lahir di Tanjungbalai,
Kesultanan Asahan, 17 Januari 1897. Ia merupakan anak dari Tengku Muhammad Adil
(Tengku Babul) dengan Raden Ayu Sariah (berasal dari Cianjur). Tengku Muhammad
Adil dan saudara-saudaranya dikenal sangat gencar dalam menentang dan melawan
Belanda. Hingga pada tahun 1859 Tengku Muhammad Adil dibuang oleh Belanda ke
Buitenzorg (Bogor) untuk menghentikan perlawanannya. Ayahnya menikah dengan
empat orang istri dan dikaruniai 12 orang anak.
Tengku Mansur merupakan sehabagian dari
keluarga bangsawan, kerana Sultan Saibon (Sultan Asahan) merupakan
keponakannya.
Pelantikan Tengku Mansur sebagai Wali Negara
Sumatera Timur
Tengku Mansur memulai pendidikan tinggi di
Inlandsch Artsen School (STOVIA) di Batavia tahun 1911. Tengku Mansur dicatat
sebagai satu-satunya siswa bergelar Tengku saat itu. Satu angkatan dengan
Mansur (tingkat satu) adalah Abdoel Moenir Nasution. Kakak kelas mereka di
tingkat dua (masuk 1910) adalah Ma’moer Al Rasjid Nasution. Di tingkat tiga
(masuk 1909) ada Sjoeib Paroehoeman Harahap dan Soeleman Hasiboean.
Ia mulai berorganisasi dan bergabung dengan
pemuda-pemuda nasionalis dan mereka mendirikan organisasi Jong Sumatranen Bond
yang mana ia terpilih sebagai ketua (1917). Ia melanjutkan sekolah ke
Universitas Leiden, Belanda.
Saat berkuliah di Leiden, ia menikah dengan
gadis Belanda bernama Amalia Gezina Wempe (1893-1967). Istrinya kemudian
mengganti nama menjadi Siti Akmal.
Dari pernikahan itu, Tengku Mansur dikaruniai
sepasang anak. Anak pertama seorang putri bernama Tengku Sariah lahir di Leiden,
14 Januari 1925 dan meninggal di Medan, 15 April 1994. Anak kedua seorang putra
bernama Tengku Dr. Adil Mansoer lahir di Leiden, 24 April 1927 dan meninggal di
Den Haag, 30 November 1979.
Setelah mendapat gelar dokter di Belanda,
Tengku Mansur bekerja sebagai dokter ahli bedah di Medan. Pada bulan November
1947, ia diangkat sebagai Wali Negara Sumatra Timur.
Tengku Mansur meninggal dunia di Medan pada 6
Oktober 1953.
Penghargaan
Namanya diabadikan sebagai nama jalan di Medan dan nama rumah sakit umum di Tanjungbalai.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan