Oleh
Nik Abdul Rakib Bin Nik Hassan
Terdapat
sebuah artikel kajian tentang Antropologi di dalam simpanan Nusantara Astudies
Center. Dengan itu saya akan kemukakan artikel kajian ini supaya kita masing
masing mendpat manfaat dari kajian ini.
Tajuk :
Manfaat Ilmu Antropologi Bagi Indonesia
Pengkajia
: Irfan Rakhman Hidayat
Program Studi Administrasi
Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik
Universitas Indonesia
1.Definisi
Ilmu Antropologi
Antropologi adalah suatu studi ilmu yang
mempelajari tentang manusia baik dari segi budaya, perilaku, keanekaragaman,
dan lain sebagainya. Antropologi adalah istilah kata bahasa Yunani yang berasal
dari kata anthropos dan logos. Anthropos berarti manusia dan logos memiliki
arti cerita atau kata.
Objek dari antropologi adalah manusia di dalam masyarakat suku bangsa,
kebudayaan dan prilakunya. Ilmu pengetahuan antropologi memiliki tujuan untuk
mempelajari manusia dalam bermasyarakat suku bangsa, berperilaku dan berkebudayaan
untuk membangun masyarakat itu sendiri.
Menurut William A Haviland seorang antropolog amerika.antropologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari keanekaragaman manusia dan budayanya.dengan
mempelajari kedua hal tersebut antroplogi adalah study yang berusaha
menjelaskan berbagai bentukperbedaan dan persamaan dalam aneka ragam kebudayaan
manusia.
Koentjaraningrat bapak antropologi Indonesia
mendukung definisi yang diberikan oleh haviland tersebut.ia menyatakan bahwa
antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusiapada umumnya dengan
mempelajari aneka warna bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang
dihasilkan (koentjaraningrat,1996:4)
Macam-Macam Jenis Cabang Disiplin Ilmu Anak
Turunan Antropologi :
1.1
Antropologi Fisik
1. Paleoantrologi adalah ilmu yang
mempelajari asal usul manusia dan evolusi manusia dengan meneliti fosil-fosil.
2. Somatologi adalah ilmu yang
mempelajari keberagaman ras manusia dengna mengamati ciri-ciri fisik.
1.2.
Antropologi Budaya
1. Prehistori
adalah ilmu yang mempelajari sejarah penyebaran dan perkembangan budaya
manusia mengenal tulisan.
2. Etnolinguistik antrologi adalah
ilmu yang mempelajari suku-suku bangsa yang ada di dunia / bumi.
3. Etnologi adalah ilmu yang
mempelajari asas kebudayaan manusia di dalam kehidupan masyarakat suku bangsa
di seluruh dunia.
4. Etnopsikologi adalah ilmu yang
mempelajari kepribadian bangsa serta peranan individu pada bangsa dalam proses
perubahan adat istiadat dan nilai universal dengan berpegang pada konsep
psikologi.
Di samping itu ada pula cabang ilmu antropologi terapan dan antropologi
spesialisasi. Antropology spesialisasi contohnya seperti antropologi politik,
antropologi kesehatan, antropologi ekonomi, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Dari penjelasan singkat diatas,dapat dilihat
bahwa secara umum antropologi erat kaitanya dengan segala aspek budaya yang
melekat dengan manusia.antropologi mempelajari semuanya secara
menyeluruh.disini terlihat peran penting antropologi di Indonesia,hal ini
karena mengingat indonesia merupakan suatu negara dengan ratusan budaya.artinya
ada peluang untuk antropologi dalam mengkaji budaya di indonesia yang
beranekaragam tersebut.
2.Fase
Perkembangan Antropologi
llmu Antropologi tidak
muncul begitu saja di dunia ini. Akan tetapi, ilmu antropologi berkembang
melalui beberapa fase, antara lain:
a) Fase Pertama
Fase ini terjadi sebelum tahun
1890, yang diawali dengan kedatangan bangsa Eropa Barat untuk melihat suku-suku
bangsa penduduk pribumi Afrika, Asia dan Amerika selama 4 abad. Akibatnya,
beberapa daerah di Bumi ini terkena pengaruh negara-negara Eropa Barat.
Ekspansi bangsa Eropa Barat ke
berbagai daerah di bumi ini ternyata menghasilkan suatu laporan tentang dunia
luar Eropa barat. Laporan tersebut diperoleh dari para musafir, pelaut, pendeta
agama Nasrani dan lain-lain. Didalam laporan tersebut terdapat suatu ilmu
pengetahuan tentang diskripsi adat-istiadat, bahasa dan ciri fisik dari
suku-bangsa Afrika, Asia, Oseania serta suku Indian yang terdapat di Amerika.
Laporan tadi disebut Etnografi, atau diskripsi tentang bangsa-bangsa.
Selain itu, laporan yang
diperoleh para musafir tersebut sangat menarik orang-orang Eropa Barat karena
didalamnya mengandung beberapa kebudayaan yang sangat berbeda dengan kebudayaan
yang dimiliki bangsa Eropa. Akan tetapi beberapa laporan yang diperoleh sering
kali bersifat kabur. Dengan adanya kekurangan pada laporan yang dibuat oleh
para pelaut itu, justru menarik perhatian kaum terpelajar di Eropa Barat untuk
mempelajari lebih dalam. Hal ini menimbulkan 3 macam pandangan orang Eropa
Barat terhadap bangsa-bangsa di Afrika, Asia, Oseania dan orang-orang Indian di
Amerika, antara lain:
· Beberapa Orang eropa menganggap bahwa bangsa-bangsa asing itu bukan manusia
sebenarnya melainkan keturunan iblis. Kemudian munculah istilah primitives untuk
menyebut bangsa asing tersebut.· Beberapa orang eropa memandang
bahwa bangsa-bangsa asing tadi adalah contoh dari masyarakat yang masih
murni(belum kemasukan kejahatan dan keburukan).·Beberapa orang eropa justru
tertarik akan kebudayaan bangsa-bangsa asing tadi.
b). Fase Kedua
Fase yang kedua ini muncul kira-kira pertengahan abad
ke-19. Didalam fase ini, orang-orang eropa mulai menyusun karangan-karangan
etnografi berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat. Menurut cara berpikir
mereka, masyarakat beserta kebudayaannya telah berevolusi dalam jangka panjang,
dari tingkat kebudayaan yang rendah ke tingkat kebudayaan yang lebih tinggi.
Yang dimaksud dengan kebudayaan tinggi misalnya kebudayaan bangsa Eropa,
sedangkan bangsa-bangsa diluar Eropa dianggap kebudayaannya masih rendah atau
sering disebut primitif.
Oleh karena itu, dengan munculnya karangan yang
mengklasifikasikan data tentang keanekaragaman kebudayaan di seluruh dunia,
maka timbulah suatu ilmu pengetahuaan yang disebut antropologi. Ilmu ini
bertujuan untuk mempelajari masyarakat beserta kebudayaannya untuk mengetahui
sejarah perkembangan dan penyebaran kebudayaan manusia.
c). Fase Ketiga
Fase ini muncul pada permulaan abad ke-20, bersamaan
dengan berkembangnya penjajahan di daerah-daerah luar Eropa. Pada fase ini,
Ilmu Antropologi banyak dibutuhkan oleh bangsa penjajah, untuk
kepentingan pemerintah jajahannya. Hal ini dikarenakan, pemerintah kolonial
tadi mengalami permasalahan dengan penduduk pribumi. Dengan demikian ilmu
antropologi pada fase ini memiliki tujuan mempelajari masyarakat dan kebudayaan
suku-suku bangsa di luar Eropa untuk kepentingan pemerintah kolonial.
d). Fase Keempat
Fase ini berlangsung sesudah tahun 1930. Pada waktu
itu ilmu antropologi mulai mengalami perkembangan yang pesat pada jumlah
bahan pengetahuan yang jauh lebih valid, maupun pada ketajaman dari metode
ilmiahnya. Hal ini kemudian mengalami hambatan ketika timbulnya antipati
terhadap kolonialisme pasca Perang dunia ke II. Akan tetapi para antropolog tidak
putus asa dalam menghadapi kendala tersebut. Mereka mulai mengembangkan
lapangan-lapangan penelitian dengan pokok dan tujuan yang baru, yaitu sasaran
dari penelitian tidak lagi hanya suku-suku bangsa primitif yang berada di luar
benua eropa,
melainkan sudah beralih ke daerah pedesaan di eropa.
Didalam fase ini, tujuan ilmu antropologi yang baru dibagi menjadi 2, yaitu
tujuan akademikal dan tujuan praktisnya. Tujuan akademikal adalah
mengetahui pengertian tentang manusia pada umumnya dengan mempelajari berbagai
macam bentuk fisik, masyarakat dan kebudayaannya. Sedangakan tujuan praktisnya
yaitu mempelajari berbagai macam bentuk masyarakat, guna membangun
masyarakat tersebut.
3. ANTROPOLOGI MASA KINI
Meskipun ilmu antropologi telah
berkembang pesat di kalangan bangsa-bangsa besar di dunia ini, masih ada saja
perbedaan tujuan dan ruang lingkup ilmu antropologi. Hal ini terjadi terutama
pada negara Amerika, Inggris, Eropa Utara, Uni soviet dan beberapa negara
berkembang.
a. Amerika serikat
Di negara ini, ilmu antropologi telah menyatukan
seluruh warisan bahan dan metode ilmu antropologi dari fase pertama sampai
ketiga. Selain itu, timbulnya berbagai spesialisasi yang telah dikembangkan
secara khusus guna mencapai pengertian tentang keanekaragaman kebudayaan suatu
masyarakat. Kemudian fase keempat ilmu antropologi berkembang luas di
universitas-universitas Amerika serikat.
b. Inggris
Di negara ini, ilmu antropologi pada fase ketiga masih
dilakukan, akan tetapi dengan lepasnya beberapa jajahan negara Inggris,maka ilmu
antropologi pun mengalami perubahan sifat. Dulunya negara inggris menggunakan
ilmu antropologi untuk keperluan pemerintah-pemerintah jajahannya. Namun,
sekarang ilmu antropologi digunakan untuk memperhatikan berbagai masalah
mengenai dasar-dasar masyarakat dan kebudayaan manusia pada umumnya.
c. Eropa Utara
Para sarjana di Beberapa negara Skandinavia,
menggunakan metode antropologi yang telah dikembangkan di Amerika. Ilmu
antropologi di negara ini bersifat akademikal. Selain itu, mereka juga
mempelajari daerah-daerah di luar Eropa dan mempunyai keistimewaan akan hasil
penelitian mereka terhadap suku Eskimo.
d. Uni Soviet
Perkembangan ilmu antropologi di Uni Soviet tidak
terlalu menonjol dikalangan dunia luar. Hal ini disebabkan karena, Uni Soviet
seakan-akan menutup diri dari pengaruh dunia luar, terutama terhadap negara
barat. Akan tetapi, beberapa tulisan menyebutkan kegiatan penelitian di Uni
soviet sangatlah besar. Para antropolog di negara ini menganut konsep K. Marx
dan F. Engels yang membicarakan tentang tingkat-tingkat evolusi masyarakat.
e. Indonesia
Saat ini ilmu antropologi di
indonesia baru dikembangkan secara khusus. Di dalam menentukan dasar-dasar dari
antropologi, antropolog indonesia belum terikat oleh suatu tradisi, sehingga
kita dapat memilih dan mengombinasiakan beberapa unsur dari berbagai aliran
antropologi yang sudah ada. Dengan demikian kita dapat menentukan dasar ilmu
antropologi yang sesuai dengan kondisi kebudayaan yang beraneka ragam di
Indonesia.
4.Manfaat
Disiplin Ilmu Antropologi bagi Indonesia
Sebenarnya ketika kita melihat kebudayaan
Indonesia yang begitu beranekaragam,jumlah suku,ras,agama,etnis dll berbagai
kompenen kebudayaan lainya yang begitu bervariasi
ada di indonesia.Multikulturalisme merupakan objek kajian yang tersedia sebagai
laboratorium alami bagi para antropolog untuk meneliti.namun apakah peran ilmu
antropologi hanya sebatas penelitian suku suku terasing atau kebudayaan
purbakala saja?tentunya tidak,objek kajian antropologi seperti yang telah
sebutkan adalah manusia dan kebudayaanya yang mengandung konsekuensi,manusia
jaman sekaranpun dengan segala bentuk kompleksitasnya dipelajari oleh para
antropolog.
Disinilah dilema mulai terjadi,ilmu antropologi yang
seharusnya berperan dalam menjelaskan tentang manusia dan kebudayaannya
nampaknya sedang mengalami krisis.tanpa bermaksud menyinggung rekan mahasiswa
antropologi,statement saya menyitir kata kata guru besar Antropologi UI yaitu
Prof Dr Amri Marzali,beliau berkata begini “Masalah
yang nyata menghadang di depan mata para mahasiswa terutama adalah masalah perut,
masalah karir, masalah masa depan diri, dst. Dan masalah ini adalah juga
masalah negara bangsa. Bukankah negara dibangun untuk memberikan masa depan
yang baik bagi setiap rakyatnya? Bukankah satu Fakultas, Jurusan atau Program
Studi selayaknya memikirkan dengan serius lapangan kerja yang dapat dimasuki
dan jaminan karir masa depan lulusannya? Sehubungan dengan hal itu, kembali
saya pertanyakan, apa yang bisa diperbuat dengan keahlian dalam bidang
antropologi untuk mengisi perut, untuk meningkatkan karir, dan menjamin masa
depan yang cerah bagi diri lulusannya? Baik ketika saya masuk menjadi mahasiswa
pada tahun 1962 sampai ke masa saya sudah menjadi profesor tahun 2002 sekarang
ini, jawabannya masih sama,yaitu ‘tidak meyakinkan’”.
Dari kata kata beliau apa yang saya tangkap adalah kurang
marketablenya disiplin Ilmu Antropologi di Indonesia,hal ini terbukti dengan
sedikitnya Universitas Negeri di Indonesia yang membuka jurusan ini di
fakultasnya. Hanya beberapa universitas saja yang sudi mengajarkan ilmu ini
secara khusus yaitu Universitas Indonesia (UI), Universitas Padjadjaran
(UNPAD), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Udayana (UNUD), Universitas
Hasanuddin (UNHAS), Universitas Sam Ratulangi (UNSRAT) dan Universitas
Cendrawasih (UNCEN).(file:///G:/SarjanaAntropolog”SukuTerasing”diTengahMasyarakat(Refleksi50TahunAntropologiUI)AbsurditasBlog.htm).
Hal ini membuktikan bahwa perkembangan ilmu antropologi tidaklah sepesat
disiplin ilmu lainya seperti halnya Manajemen,Akuntansi,Komunikasi atau bahkan
Administrasi Negara.
Sebelum kita membahas mengenai peranan ilmu Antropologi
bagi Indonesia ada baiknya kita melihat dulu bagaimana paradigma ilmu
Antropologi di Indonesia.saya melihat bahwa antropologi mengalami masalah yang
sama dengan Ilmu politik ketika masih menggunakan pendekatan kelembagaan,ketika
itu ilmu politik hanyalah suatu studi normatif tentang struktur
kekuasaan,pembicaraan yang dibahas adalah bagaimana struktur itu dll yang pada
dasarnya semua normatif dan kurang bisa menjawab tantangan jaman.hal inilah
yang saya lihat juga terjadi pada bidang studi antropologi terutama di
Indonesia.Kebanyakan para antropolog hanya berusaha meneliti atau memahami
kebudayaan suku suku pedalaman dan terlalu asik dengan penelitian terhadap
budayanya.para sarjana antropologi kurang bisa membawa ilmu antropologi keranah
yang lebih faktual,dalam hal ini adalah budaya modern.
Memang diakui bahwa salah satu cabang antropologi terapan
adalah antropologi perkotaan,antropologi ini mempelajari budaya perkotaan dan
manusia perkotaan.Namun seperti yang telah saya jelaskan tadi semua study
mengenai kebudayaan baru ini selalu bersifat normatif.Memang disadari bahwa
Studi Antropologi menggunakan pendekatan positivisme yang salah satu prinsipnya
adalah value free (bebas nilai),namun bukan berarti bidang studi antropologi
menjadi bidang studi yang tidak aplikatif.kesalahan terbesar para antropolog
adalah terlalu terlena dalam dunia penelitian budaya eksotik suku pedalaman dan
melupakan kajian mengenai masyarakat modern yang ada disekitar kita.
Jika kita ingin melihat manusia seutuhnya,sebenarnya ada
3 ilmu seperanakan yang bisa kita pakai untuk membedah manusia yaitu
“Antropologi.Sosiologi dan Psikologi” ketiganya memiliki peran yang sama
pentingnya dalam hal meneliti manusia dari semua aspeknya.Namun kenapa kita
lebih sering mendengar seorang ibu yang datang ke seorang psikolog karena ada
masalah dengan kelakuan anaknya yang menyimpang,kenapa si ibu tidak melihat
kemungkinan ada budaya yang salah disekitarnya dan berkonsultasi dengan seorang
antropolog?”
Pertanyaan tersebut sebenarnya agak menyindir
bagaimana antropologi tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan
jaman yang kian pesat.pada dasarnya ilmu antropologi,sosiologi dan psikologi
adalah 3 bayi kembar ajaib yang bertugas menyelidiki manusia.namun,ketika
revolusi industri terjadi,psikologi dengan cepat mengalihkan pusat perhatianya
pada psikologi pekerja dan bergandengan dengan industri untuk masalah
rekruitmen karyawan .
Kembali menyitiri kata kata Prof Amri,tentang masalaha
yang dihadapi oleh antropologi.menurut beliau krisis relevansi itu mencakup
tiga hal. Pertama, berkaitan dengan konsep utilitas dalam ilmu ekonomi atau
kurang lebih asas manfaat seperti dalam ilmu ekonomi. Hal ini berhubungan
dengan keadaan bahwa saat ini antropologi berkembang dalam masyarakat yang
berorientasi pasar. Kedua, berkaitan dengan kekuatan explanatory, sampai
seberapa jauh antropologi dapat menjelaskan masalah-masalah sosial di
lingkungannya secara ilmiah. Ketiga, berhubungan dengan moral significance yang
menyangkut cara dan tujuan penggunaan antropologi. Tentu saja ini berhubungan
dengan etika keilmuan, yang menyangkut untuk apa dan siapa kegiatan keilmuan
dilakukan, untuk kejahatan kemanusiaan atau kemaslahatan.
Kalo kita mengkaji kata kata prof Amri
Marzali satu persatu,maka dapat disimpulkan bahwa memang terjadi perubahan orientasi
dikalangan mahasiswa dimana orientasi pemilihan jurusan lebih pada nilai
ekonomisnya atau dengan kata lain prospek kerja yang ditawarkan oleh program
studi tersebut.Orientasi terhadap
lapangan pekerjaan merupakan suatu hal yang realistis karena memang di era
sekarang lapangan pekerjaan yang semakin sulit didapat mendorong mahasiswa
untuk memilih jurusan yang cepat kerja,suatu alasan yang sama kenapa fenomena
SMK menjamur diseluruh Indonesia,disinilah antropologi nampaknya kurang dapat
beradaptasi pada perubahan yang telah terjadi karena asosiasi untuk seorang
antropolog adalah para pakar,pengajar dan peneliti bukan profesi.
Kedua,adalah masalah yang sama dengan yang
dialami oleh para ahli politik jaman behavioralisme,yaitu terlalu terpaku pada
penelitian ilmiah dilapangan tanpa menghiraukan fenomena yang menggejala
dimasyarakat.hal ini dapat terlihat jelas,dimana sebagian besar karya karya
antropologi tidak ubahnya sebuah penggalian masa lalu,penelitian suku terasing
dan kebudayaan purbakala namun jarang karya karya antropologi yang menjelaskan
fenomena sehari hari misalkan fenomena gisi buruk dilihat dari sudut pandang
antropologi.disini walaupun pokok pembahasan adalah kasus gizi buruk
misalnya,pendekatan yang dipakai untuk melihatnya tidak harus selalu pendekatan
medis saja namun juga multidisplin dari kesejahteraan sosial,sosiologi dan
antropologi dan saya sangat jarang melihat antropologi memainkan peran
strategis ini untuk beradaptasi dengan perkembangan jaman.
Ketiga,adalah masalah bagaimana antropologi
digunakan,hal yang menarik adalah ketika saya membaca tentang pengalaman
profesor Amri Marzi ketika ditanya dosenya tentang hendak jadi apa jika kuliah
antropologi,dan prof Amri Marzi hanya bisa menjawab “ingin meneliti kebudayaan
primitif” saja.hal ini saya lihat bahwa
ilmu antropologi belum bisa masuk dalam kajian multidisipliner dengan ilmu
lainya semisal sosiologi dan psikologi dalam memecahakan berbagai macam
fenomena kemasyarakatan misalnya tentang lunturnya semangat nasionalisme lebih
cenderung dibahas oleh para ahli sejarah,fenomena hilangnya kebudayaan daerah
cenderung dibahas justru oleh sosiologi dan lain lain.penggabungan
multidisipliner inilah yang saya rasa tidak atau belum terjadi pada bidang
antropologi,namun alih alih demikian justru ketiga disiplin ilmu baik
antropologi,sosiologi dan psikologi lebih berjalan sendiri sendiri dibandingkan
beriringan.
Akibat dari kesemuanya itu jelas,ilmu
antropologi yang secara idealnya dapat membantu pemecahan masalah di indonesia
menjadi mangkrak.Sumbangsih ilmu antropologi hanya sebatas penelitian
penelitian mengenai budaya budaya eksotik yang ada di Indonesia.kata kata yang
sering dipakai dalam tiap pengajaran antropologi tidak jauh dari kata kata
“kearifan lokal,multikulturalisme,kelompok budaya” dan lain sebagainya namun
signifikasinya kurang begitu dirasakan.Misalkan seperti ini,jika saya sudah tau
tentang semua budaya tersebut,lalu apa manfaat yang akan saya dapat?ini adalah
pertanyaan yang saya ajukan kepada dosen saya suatu hari ketika mata kuliah
pengantar antropologi berlangsung.jawaban dosen saya sangat teoritis,ketika
selesai belajar antropologi,diharapkan saudara tau tentang posisi saudara
sebagai individu (I/saya),tau posisi saudara sebagai individu dalam kelompok
(me/saya tapi kolektif) dan posisi kelompok saudara yang sama dengan kelompok
lain yang berbeda (they/mereka).jawaban dosen saya ini mengingatkan saya akan
teori seft concept milik hebert mead.sebenarnya jika saya ingin lanjut ngotot
bertanya,saya ingin kembali bertanya “setelah tau itu semua,apa signifikasinya
dalam dunia kerja?”.hal inilah yang para antropolog kurang antisipasi,bahwa
suatu saat semua disiplin ilmu harus memiliki sumbangan dan korelativitas
dengan perkembangan masyarakat modern.
Sebenarnya masalah antropologi yang tidak
berkembang dan memberi sumbangsih besar dalam pembangunan Indonesia tidaklah
sepenuhnya salah para antropolog.Jika ingin melihat fenomena ini secara
adil,maka harus dilihat juga masalah lapangan kerja yang tersedia bagi lulusan
antropologi.pemerintah pada dasarnya tidak cukup memberikan lapangan pekerjaan
yang sesuai dengan status keilmuan seseorang.jika ingin jujur,lapangan
pekerjaan untuk antropologi itu banyak,namun lulusan antropologi kurang
dipercaya untuk masuk didalamnya.sebagai contoh,untuk masalah budaya budaya
asia eropa misal,itu sebenarnya merupakan lahan antropologi namun Hubungan
internasional lebih dipercaya untuk menanganinya.Untuk masalah CSR (Corporate
Sosial Resposibilities) yang pada dasarnya menggunakan pendekatan antropologi didalamnya
namun lebih dikuasai oleh anak anak ekonomi dan manajemen dan lain
sebagainya.hal inilah yang berakibat pada kurangnya peran para antropolog
karena pekerjaan yang mereka miliki mungkin tidak sesuai atau telah diambil
lahanya oleh jurusan lain.Namun,kalau ingin jujur antropologi sebenarnya
memiliki peran besar dalam hal mengatasi masalah degradasi moral dan kebudayaan
akibat globalisasi yang sekarang berimbas pada lunturnya budaya asli dan secara
tidak langsung terganti dengan budaya asing,disini harusnya peran para
antropolog sangat diharapkan bagi kemajuan Indonesia,namun ketiadaan
antropologi sebagai suatu profesi khusus membuat fenomena ini hanya dikaji
sebatas penelitian lapangan oleh para ahli antropologi.
Demikianlah terjadi dualisme antara idealnya
antropologi sebagai ilmu yang seharusnya memiliki kontribusi penting dalam
pembangunan di Indonesia dan kenyataan dilapangan yang ternyata kontribusi ilmu
antropologi dalam masalah kontemporer di Indonesia masih sangat minim.disini
saya selaku penulis tidak ingin menjelek jelekan,menuduh atau memandang rendah
jurusan lain.saya berharap tulisan saya ini dapat menjadi semacam cambuk
pelecut bagi kawan kawan saya di Jurusan Antropologi untuk dapat memberikan
kontribusinya bagi pembangunan di Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
1.Amri Marzali,”Ilmu antropologi bagi indonesia yang sedang membangun”,Naskah pidato 6
mei 2002
2. Jurnal Antropologi « Antropologi
Sosial.htm
3.Galeh Prabowo,Azas azas dan ruang lingkup
antropologi
4.Farid Aulia,Menguraikan Antropologi dalam
Wacana Kekinian.Opini
5. PERAN ANTROPOLOGI DALAM MEMECAHKAN MASALAH
SOSIAL BUDAYA DI INDONESIA (Penyembuhan Krisis Kebudayaan Kekerasan di
Indonesia) « herykita.htm
6.Shaifudin Bahdum.Peran kebudayaan dan suku
etnis dalam Pembangunan Bangsa
Tiada ulasan:
Catat Ulasan