Pertemuan Penyair Nusantara kali pertama diadakan di Kota Medan, Indonesia dan Pertemuan Penyair Nusantara bergilir gilir dari Indonesia ke Malaysia, Brunei, Singapura dan Thailand. Kemudian Pertemuan Penyair Nusantara ke XI kembali ke Indonesia sekali lagi.
Dari : Kompasiana.
PPN atau Pertemuan Penyair Nusantara adalah forum tahunan yang lahir dari Pertemuan Penyair Indonesia The 1st International Poets Gathering di Medan pada tahun 2007 dan diadakan secara bergilir di Negara-negara peserta.
Event PPN XI yang akan diadakan di Kudus, Jawa Tengah pada tanggal 28-30 Juni 2019 ini, akan
melibatkan ratusan penyair dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunai
Darussalam, dan Thailand . Dengan
rincian 46 penyair dari Jawa Tengah, 32 penyair Nasional, 6 penyair dari
Malaysia, 7 penyair dari Singapura, 6 penyair dari Thailand dan 4 penyair dari
Brunai Darussalam.
Perlehatan Pertemuan Penyair Nusantara akbar ini sudah
diawali sejak bulan oktober 2018 pada saat
menjaring penyair yang akan terlibat dengan acara ini, mulai dari
pengumpulan puisi sampai tahap kurasi puisi oleh para kurator yang handal.
Peserta dari PPN XI ini adalah para penyair yang puisinya lolos dari meja
kurasi. Selain para penyair yang lolos pusinya, perlehatan akan dihadiri oleh
para peninjau dari Negara Malaysia dan sejumlah tokoh sastra Indonesia.
Adapun kurator yang berjumlah 10 orang, yakni Ahmadun Yosi
Herfanda, Kurnia Effendi, dan Chavchay Syaifullah ( kurator nasional), Mukti
Sutarman Espe, Sosiawan Leak dan Jumari Hs ( kurator Jateng ), Mohamad Saleeh
Rahamad ( kurator Malaysia), Djamal Tukimin (kurator Singapura), Mahroso Doloh
( kurator Thailand), dan Zefri Ariff ( kurator Brunai Darussalam).
Perlehatan PPN
XI kali ini mengusung tema "Puisi
untuk Persaudaraan dan Kemanusiaan". Menurut Mukti Sutarman Espe sebagai
ketua panitia Penyelanggara PPN XI.
" Pertemuan Penyair Nusantara tidak hanya menjadi
peristiwa sastra, atau peristiwa budaya rutin tahunan, tapi juga bertujuan
untuk menjalin komunikasi antar penyair Nusantara, guna membahas perkembangan
sastra dan kebudayaan Nusantara, membuat antologi puisi bersama serta membaca
sajak di atas panggung yang sama. Mengusung tema 'Puisi untuk Persaudaraan dan
Kemanusian, kami sebagai penyair Kudus sangat bangga Kudus dipercaya menjadi
penyelenggara PPN XI tahun ini. Kami harap, acara yang juga didukung oleh Bakti
Budaya Djarum Foundation ini dapat memberikan dampak positif bagi para penyair
Kudus, serta menghidupkan kembali perkembangan sastra di kalangan masyarakat
Kudus".
Bakti Budaya Djarum Foundation berkomitmen untuk terus
mendukung perkembangan sastra Indonesia melalui berbagai kegiatan, seperti
bekerja sama dengan Yayasan Lontar dalam meluncurkan seri buku ' Modern Library
of Indonesia', dan juga mendukung acara tahunan penghargaan kesusastraan
Indonesia.
Seperti ' Kusala Sastra Khatulistiwa Award' dan Penghargaan
Sastra Litera. Sebagai upaya mengangkat karya Sastra Indonesia ke panggung seni
pertunjukan, beberapa yang pernah ditampilkan seperti ' Bunga Penutup Abad', '
Perempuan-Perempuan Chairil' dan yang terbaru dan akan segera digelar adalah '
I La Galigo', sebuah pertunjukan yang diangkat dari Sastra Klasik Bugis.
Pada tahun 2008, Kudus pernah sukses menggelar Kongres
sastra Indonesia, dan pada tahun ini kami mendukung kegiatan PPN, sebuah event
Sastra Internasional dimana Kudus mendapat kehormatan menjadi tuan rumah.
Kami berharap dengan diselenggarakannya PPN tahun ini, dapat
memotivasi para penyair muda Kudus dan sekitarnya untuk terus berkarya dan
mencintai sastra Indonesia," Ujar
Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundatioan.
Kehadiran penyair dari berbagai daerah di tanah air dan dari
negara-negara tetangga diharapkan bisa menviralkan Kudus yang terkenal sebagai
Kota Kretek dan Kota Wali menjadi tujuan wisata yang mengesankan.
Tidak hanya tentang kesenian dan budaya Kudus yang eksotis,
melainkan juga aneka ragam kulinernya, yang diharapkan dapat mengajak mereka
kembali ke kota ini.
Acara pembukaan PPN XI berlangsung di Hotel Gripta Kudus,
dimeriahkan oleh kesenian khas Kudus dari kelompok Terbang Papat Menara,
musikalisasi puisi oleh kelompok music Sang Swara, dan pembacaan puisi oleh
penyair perwakilan negara-negara peserta.
Pada hari kedua, 29 Juni 2019, panitia menggelar
seminar 'Sastra dan Kebubudayaan' dengan menampilkan enam pembicara, yakni
Mamam S, Mahayana (Indonesia), Dr. Moh. Saleeh Rahamad (Malaysia), Prof. Zefri
Arif ( Brunai Darussalam), Dr. Rakib Bin Nik Hasan ( Thailand), Djamal Tukiman,
MA ( Singapura), dan Dr. Tirto Suwondo, M. Hum. (Balai Bahasa Jawa Tengah,
Indonesia).
Seminar yang dimoderatori oleh Sihar Ramses Simatupang ini,
diharapkan dapat memberikan wawasan baru tentang perkembangan Sastra dan Budaya
Nusantara dan membahas isu-isu terkini tentang sastra dan kebudayaan.
Acara dilanjutkan dengan bedah buku antologi berjudul
'Sesapa Mesra Selinting Cinta' yang
berisi karya-karya penyair yang lolos kurasi. Pembicara dalam bedah buku ini
adalah Prof. Suminto A. Sayuti yang akan membawakan makalah berjudul "
Puisi sebagai Sarana Tegur Sapa Budaya ". Acara akan dimoderatori oleh Dr.
Mohammad Kanzunuddin, M. Pd.
Kegiatan PPN XI hari kedua dengan workshop pembacaan puisi
yang disampaikan oleh Sosiawan Leak dengan moderator Jimat Kalimasadha.
Peserta workshop ini adalah guru Bahasa Indonesia perwakilan
dari SMP, Mts, SMA, MA, dan SMK se-Kabupaten Kudus.
Di hari yang sama, akan berlangsung kegiatan utama yaitu
Panggung Penyair Asean. Para penyair akan unjuk kebolehan di atas ' Panggung
Penyair Asean' yang digelar di pelataran timur Menara Kudus.
Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri, bersama
Kyai Mustofa Bisri ( Gus Mus), D. Zawawi Imron, Thomas Budi Santoso, dan
Sosiawan Leak ikut memeriahkan panggung tersebut.
Selain itu, sejumlah penyair dari Malaysia, Singapura,
Thailand, Brunai Darussalam, dan penyair dari berbagai daerah di Indonesia,
antara lain Emy Suy, Fikar W. Eda, Taufiq Ikram, Didid Endro, Rini Intama,
Warih Wisatsana, Imam Maarif juga terlibat di panggung yang sama.
Pada hari terakhir, peserta akan melakukan wisata budaya ke
Menara Kudus untuk berziarah ke makam Sunan Kudus dan melihat dari dekat Menara
Kudus yang merupakan situs sejarah simbol akulturasi budaya Hindu dan Islam,
simbol toleransi umat beragama, simbol semangat persaudaraan yang dibawa oleh
Sunan Kudus, Sayyid Ja'far Shadiq Azmatkhan.
Wisata budaya dilanjutkan dengan mengunjungi Museum Jenang
atau yang juga dikenal dengan sebutan Gusjigang X-Building. Di museum tersebut,
pengunjung dapat menyaksikan proses pembuatan jenang Kudus, miniature Kudus,
dan sejarah Kudus. Secara umum, museum ini memperlihatkan Kudus dan sejarahnya,
serta aktivitas perekonomian Kudus
pada masa lampau hingga sekarang.
Penutupan PPN XI dilaksanakan di Museum Kretek Kudus sebagai
tempat terakhir rangkaian wisata budaya.
Selama berlangsungnya acara PPN XI di Kudus para peserta
akan disuguhi makanan-makanan khas Kudus yang hanya ada di kota Kudus. Seperti soto kerbau, sate kerbau, lontong
tahu, nasi pindang, lenthok tanjung, dan tak lupa mencicipi jenang Kudus. Serta
menginap di Hotel Gripta Kudus.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan