Prasasti
Vo Cahn adalah sebuah prasasti dalam bahasa Sanskerta yang tertua di Asia
Tenggara, yang ditemukan pada tahun 1885 di desa Vo Cahn, sekitar 4 km dari
kota Nha Trang, Vietnam. Prasasti ini berbentuk tugu batu setinggi 2,5 m,
dengan tiga sisinya yang tak rata bertuliskan baris-baris kalimat isi prasasti.
Pada
prasasti ini disebutkan nama Raja Sri Mara, yang menurut analisis paleografi
diperkirakan dibuat oleh penguasa keturunannya pada sekitar abad ke-2 atau ke-3
Masehi. Masih terdapat perdebatan apakah prasasti ini merupakan peninggalan
Lin-yi, Champa, ataukah Funan. George Coedès menyebutkan kemungkinan
identifikasi Sri Mara dengan Fan Shih Man (k. 230 M), yang menurut kronik
Tiongkok adalah salah seorang penguasa Funan.[1] Namun prasasti Vo Canh ini
menurut Coedès adalah bukti atas proses Indianisasi gelombang pertama di Asia
Tenggara.
Saat
ini, prasasti Vo Canh tersimpan di Museum Nasional Sejarah Vietnam di kota
Hanoi, Vietnam
Teks
prasasti
Teks
bahasa Sanskerta yang tertulis pada prasasti ini telah banyak mengalami
kerusakan. Dari ketiga sisi prasasti, pada sisi pertama setidaknya enam baris
pertama sudah hampir hilang sama sekali, dan demikian pula delapan baris
pertama pada sisi kedua. Pada sisi ketiga, bahkan hanya beberapa aksara saja
yang masih terbaca.
Bagian-bagian
teks yang masih dapat terbaca mengandung kalimat-kalimat sbb.:
"karunia
untuk para makhluk"
"para
pendeta, tentu saja, yang telah meminum amerta dari beratus-ratus sabda
raja"
"hiasan...
yang karenanya merupakan sukacita keluarga putri dari cucu Raja Sri Mara...
telah dinobatkan"
"mereka
yang duduk di atas singgasana"
"yaitu
yang harus dikerjakan dengan perak atau emas"
"harta
benda"
"semua
yang disediakan oleh ku sebagai seorang yang baik dan berguna"
"menteri
saya Vira"
"perintah
yang membawa kesejahteraan para makhluk, dari yang terbaik di antara dua karin,
kepergian dan kedatangan dunia ini"
Penyebutan
".. sukacita keluarga putri dari cucu Raja Sri Mara.." mungkin
mengindikasikan keberadaan sistem matrilineal, yang menerapkan pewarisan harta
kepada kerabat perempuan. Kata karin dapat berarti "gading" atau
"pajak", yang di sini mungkin saja berarti sang raja seorang yang
pemurah.
Penggunaan
istilah Sanskerta tertentu pada teks prasasti, menurut Jean Filliozat,
menunjukkan kemungkinan bahwa epik Ramayana karya Valmiki telah tersebar di
Semenanjung Indocina pada saat dibuatnya prasasti ini. Istilah keagaamaan Hindu
yang digunakan pada prasasti diperkirakan berasal dari masa pra-purana.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan