Prasasti
Dong Yen Chau
Prasasti
Dong Yen Chau adalah prasasti berbahasa Cham yang ditulis dalam aksara Brahmi
Selatan Kuno,[3] yang ditemukan pada tahun 1936 di Đông Yen Châu, barat laut
dari Trà Kiệu, tak jauh dari ibu kota lama Kerajaan Champa di Indrapura, yang
saat ini termasuk wilayah negara Vietnam. Prasasti ini ditulis dalam bentuk
prosa, yang merupakan prasasti tertua dalam bahasa Cham, serta memperlihatkan
adat kepercayaan dari orang-orang Cham zaman dahulu di kerajaan Champa.
Meskipun tidak bertanggal, ungkapan yang digunakan mirip dengan yang digunakan
pada prasasti bertanggal dalam bahasa Sanskerta yang dikeluarkan oleh Raja
Bhadravarman I dari dinasti kedua Champa, yang memerintah pada akhir abad ke-4
Masehi. Isi prasasti adalah mantra seruan untuk menghormati 'naga suci
kepunyaan raja', yang besar kemungkinan dipercayai sebagai hewan suci pelindung
dari suatu mata air atau sumur. Penggunaan teks bahasa sehari-hari ini
menunjukkan, bahwa pada abad ke-4, daerah yang sekarang merupakan Vietnam
bagian tengah dihuni oleh populasi masyarakat yang berbahasa Austronesia.
Bukti-bukti monumen dan palaeografi juga menunjukkan bahwa agama Hindu adalah
sistem kepercayaan yang dominan saat itu.
Kemiripan
tata bahasa dan kosakata yang digunakan dalam prasasti ini dengan
prasasti-prasasti berbahasa Melayu, menyebabkan beberapa peneliti berpendapat
bahwa peninggalan ini dapat dipandang sebagai contoh tertua bentuk bahasa
Melayu Kuno; yang bahkan lebih tua tiga abad daripada prasasti terawal
Sriwijaya yang ditemukan di Sumatra bagian tenggara. Namun, sebagian besar
peneliti berpendapat bahwa prasasti ini ditulis dalam bahasa Cham Kuno. Kesamaan
tata bahasa dan kosakata dasar tidak mengherankan, karena bahasa Chamik dan
Melayik berkaitan erat, yang mana keduanya adalah dua subkelompok dari kelompok
rumpun bahasa Malayik-Chamik, yaitu cabang rumpun bahasa Melayu-Polinesia dari
keluarga bahasa Austronesia.
Teks
prasasti
Bahasa
yang dipergunakan dalam prasasti secara tata bahasa dan kosa katanya tidak
terlalu berbeda dengan bahasa Cham dan Melayu modern. Kemiripan dengan tata
bahasa Cham dan Melayu modern terlihat misalnya pada penggunaan penanda relatif
yang dan ya, pemakaian kata dengan dan penanda lokatif di, sintaksis pada
kalimat ekuatif Ni yang naga punya putauv yang artinya "inilah naga suci
kepunyaan raja", pemakaian penanda genitif punya, dan lain-lain. Pengaruh
India tampak pada terminologi Sanskerta Siddham, sebuah mantra seruan yang
sering digunakan untuk keberuntungan; naga "ular, naga"; svarggah
"syurga", paribhu "menghina", naraka "neraka",
dan kulo "keluarga". Teks prasasti itu sendiri, yang berhubungan
dengan sebuah sumur di dekat Indrapura, cukup singkat namun secara kebahasaan
memperlihatkan sbb.:
Transliterasi
Siddham!
Ni yang naga punya putauv.
Ya
urang sepuy di ko, kurun ko jema labuh nari svarggah.
Ya
urang paribhu di ko, kurun saribu thun davam di naraka, dengan tijuh kulo ko.
Terjemahan
bahasa Melayu
Sejahtera!
Inilah naga suci kepunyaan Raja.
Orang
yang menghormatinya, turun kepadanya permata dari syurga.
Orang
yang menghinanya, akan seribu tahun diam di neraka, dengan tujuh keturunan
keluarganya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan