Machmud Badaruddin II
di atas kijing rumah
limas
keris dihunus ke depan
belanda dan keparat
yang menginjak-injak
harga diri,
menyusun strategi.
dalam gemuruh ombak kali musi
gelegak dendam dan darah yang
tercecer di kain songket pun
merebak ke ubun-ubun
hingga kebencian menjadi
api
dalam perjalanan
iring-iringan kapal belanda
berlayar dari neraka
moncong meriam dan
selongsong peluru pun
bertebaran ke kajang
angkap
:‘’Nadjamudin, Nadjamudin !!’’
teriakan itu menusuk pilu
lalu,
di atas perapian,
Sultan Machmud Badaruddin
menitikkan kemarahan
dalam cairan darah
di jantungnya.
pistol dan
kelewang pun
kocar-kacir dalam kepungan
yang lengkap
tak hanya darah
siasat dan kekejian pun mengalir
di atas pengkhianatan Nadjamudin
maka,
sejarah pun menghilang
tanpa jejak
’’Machmud Badaruddin!’’
teriakan itu berlayar ke
laut lepas
rantai panjang dan belenggu
membelit di sekujur
perlawanan yang lelah.
tak ada lagi garis komando
tak ada lagi pekik perlawanan
laut hanya lorong sepi
yang membawa kepedihan
sepanjang sejarah gelap
di ternate.
Machmud Badarrudin!
bawalah Plembang
ke
perlawanan yang jauh dan jauh
sebab,
di ujung kemudi kapal
itulah apimu meranggas
dendam.
anto narasoma
September 1985
Tiada ulasan:
Catat Ulasan