โดย นิอับดุลรากิ๊บ บินนิฮัสซัน
เมื่อเดือนตุลาคมที่ผ่านมา ผู้เขียนได้เข้าร่วมงานมอบรางวัล Sagang Award ที่จัดโดยมูลนิธิ ซาฆัง (Yayasan Sagang) ซึ่งผู้เขียนจะเล่าในโอกาสต่อไป
Marhalim Zaini Seniman Pilihan Sagang 2011
PEKANBARU — Dewan Juri Anugerah Sagang 2011 menuntaskan tugas akhirnya. Pada rapat dan penilaian dewan juri, Selasa (18/10), berhasil menetapkan para penerima Anugerah Sagang 2011 dari tujuh kategori yang ada. Beberapa kategori patut dicermati, walaupun sebagiannya lagi tidak menghadirkan kejutan berarti. Kategori yang selalu mendapatkan perhatian utama masyarakat tentu saja Seniman Pilihan dan Buku Pilihan. Di tahun 2011 ini, dewan juri akhirnya memutuskan seniman Marhalim Zaini sebagai penerima anugerah. Marhalim selama ini dikenal sebagai sastrawan, kritikus, teaterawan, dan juga pegiat seni yang tunak. Dia mengungguli sembilan nominator lainnya. Persaingan ketat terjadi antara Marhalim dengan Taufik Effendi Aria, Gde Agung Lontar, GP Ade Dharmawi, dan Hang Kafrawi.
“Marhalim adalah seniman serba bisa. Dia tunak melakukan aktivitas berkesenian sudah sejak lama. Karya-karyanya berpengaruh tidak hanya di Riau, tapi juga mampu berbicara di pentas nasional. Ini adalah poin penting yang kami catat sebagai dewan juri,” kata H Rida K Liamsi, Ketua Dewan Juri Anugerah Sagang 2011.
Selain seniman, kategori yang paling dinanti pecinta dan pelaku seni adalah buku pilihan. Tahun ini, Buku Pilihan Sagang 2011 akhirnya jatuh pada Sunting, buku puisi karya Kunni Masrohanti. Ratusan puisi yang terbit di buku Sunting ini dinilai memiliki kualitas bagus, mempunyai pengaruh yang luas, serta kualitas penerbitannya yang bagu. Sunting unggul tipis dari novel Anak-anak Langit karya Muhammad Amin MS.
Kategori lain yang perlu dicermati tahun ini adalah Institusi atau Lembaga Pilihan Sagang. Untuk kategori ini memang agak berbeda dari biasanya. Karena, yang mendapatkan anugerah tahun ini adalah perkampungan Meskom. Perkampungan yang terletak di Kabupaten Bengkalis ini dikenal memiliki dan memelihara budaya berzapin. Hampir semua masyarakat di sana pandai menari zapin. Grup tari jga tumbuh dan berkembang dengan baik di Meskom.
“Ini adalah fenomena kebudayaan yang menarik. Bagaimana sebuah perkampungan, tepatnya sebuah desa, memiliki dan memelihara budaya zapin dengan baik dan berkembang,” kata Rida lagi.
Untuk kategori karya alternatif, tahun ini diberikan kepada drama televisi berjudul Keluarga Bakar. Drama yang banyak mengangkat budaya Melayu ini memang sangat menghibur dan memberikan apresiasi yang baik bagi perkembangan budaya Melayu. Kehadiran Keluarga Bakar ini setidaknya menjadi ‘sitawar sidingin’ di tengah gencarnya budaya sinema elektronik (sinetron) sabun yang banyak berseliweran di televisi.
Untuk tahun ini, Karya Jurnalistik Pilihan Sagang diraih wartawan Riau Pos Fedli Azis dengan karyanya yang berjudul Fiesta Bokor Riviera; Bertandang ke Kampung Wisata. Karya Fedli Azis ini hanya unggul tipis dari karya Alfiadi yang berjudul Melongok Aktivitas di Kampung Meskom; Takkan Zapin Hilang di Bumi yang juga terbit di koran yang sama.
Sedangkan karya penelitian budaya, tahun ini diraih Meramu Tradisi Melayu dalam Cerita Pendek; Upaya Kreatif Melindungi Generasi dari Kealfaan Tradisi. Penelitian ini merupakan karya Bambang Kariyawan, seorang guru di SMA Cendana Rumbai. Menurut dewan juri, Bambang Kariyawan menemukan hal-hal baru dan bisa diadaptasi bagi kebudayaan, khususnya kesusasteraan.
Kategori terakhir adalah Seniman Serantau Pilihan Sagang 2011. Tahun ini, dewan juri memberikan kepada Tom Ibnur, seorang koreografer Indonesia yang banyak mengeksplorasi dan mengeksploitasi kebudayaan Melayu.(
Tiada ulasan:
Catat Ulasan