Oleh
Nii Abdul Rakib Bin Nik Hassan
Kerajaan Buton khususnya Raja Buton
ke-6, iaitu Timbang Timbangan atau Lakilaponto atau Halu Oleo, diislamkan oleh
Syeikh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman al-Fatani. Mungkin Tuan Sheikh dari
Johor tetapi berasal dari Fatani. Kerana Johor dan Patani dizaman dulu hubungan
sangat rapat. Ini bukan saja berlaku di peringkat pemerintah negeri seperti
perkahwinan Raja Muda Johor dengan Ratu Patani. Bahkan isteri Arena Wati
sendiri pernah memberi tahu kepada penulis bahawa beiau dari Johor tetapi
berasal dari keturunan Melayu Patani.
Disini saya muatkan sebuah artikel dari
laman web Kementerian Agama Republik Indonesia Kantor Wilayah Sulawesi Tenggara
(https://sultra.kemenag.go.id/home/artikel/28712) dengan tajuk :-
Raja
Buton Masuk Islam
Kerajaan
Buton secara resminya menjadi sebuah kerajaan Islam pada masa pemerintahan Raja
Buton ke-6, yaitu Timbang Timbangan atau Lakilaponto atau Halu Oleo. Bagindalah
yang diislamkan oleh Syeikh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman al-Fathani yang
datang dari Johor. Menurut beberapa riwayat bahwa Syeikh Abdul Wahid bin Syarif
Sulaiman al-Fathani sebelum sampai di Buton pernah tinggal di Johor.
Selanjutnya
bersama isterinya pindah ke Adonara (Nusa Tenggara Timur). Kemudian beliau
sekeluarga berhijrah pula ke Pulau Batu atas yang termasuk dalam pemerintahan
Buton. Di Pulau Batu atas, Buton, Syeikh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman
al-Fathani bertemu Imam Pasai yang kembali dari Maluku menuju Pasai (Aceh).
Imam Pasai menganjurkan Syeikh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman al-Fathani pergi
ke Pulau Buton, menghadap Raja Buton.
Syeikh
Abdul Wahid setuju dengan anjuran yang baik itu. Setelah Raja Buton memeluk
Islam, Baginda langsung ditabalkan menjadi Sultan Buton oleh Syeikh Abdul Wahid
pada tahun 948 H/1538 M. Mengenai tahun tersebut, masih dipertikaikan karena
sumber lain menyebutkan bahwa Syeikh Abdul Wahid merantau dari Patani-Johor ke
Buton pada tahun 1564 M. Sultan Halu Oleo dianggap sebagai Sultan Buton
pertama, bergelar Sultan atau Ulil Amri dan menggunakan gelar yang khusus yaitu
Sultan Qaimuddin. Maksud perkataan ini ialah Kuasa Pendiri Agama Islam. Menurut
La Niampe, salah satu putra Buton mengatakan bahwa :
-
Syeikh Abdul Wahid pertama kali sampai di Buton pada tahun 933 H/1526 M.
-
Syeikh Abdul Wahid sampai ke Buton kali kedua pada tahun 948 H/1541 M. Kedatangan
Syeikh Abdul Wahid yang kedua di Buton pada tahun 948 H/1541 M bersama guru
beliau yang bergelar Imam Fathani. Ketika itulah terjadi pengislaman
beramai-ramai dalam lingkungan Istana Kesultanan Buton dan sekaligus melantik
Sultan Murhum sebagai Sultan Buton pertama.
Pendapat
lain dari kertas kerja Susanto Zuhdi berjudul Kabanti Kanturuna Mohelana Sebagai
Sumber Sejarah Buton, menyebut bahwa Sultan Murhum adalah Sultan Buton yang
pertama memerintah dalam lingkungan tahun 1491 M – 1537 M. Menurut Maia Papara
Putra dalam bukunya, Membangun dan Menghidupkan Kembali Falsafah Islam Hakiki
Dalam Lembaga Kitabullah, bahwa ``Kesultanan Buton menegakkan syariat Islam
ialah pada tahun 1538 Miladiyah. Jika kita bandingkan riwayat-riwayat diatas
tahun (1564 M), dengan tahun yang disebutkan oleh La Niampe (948 H/1541 M) dan
tahun yang disebutkan oleh Susanto Zuhdi (1537 M), berarti dalam tahun 948
H/1541 M dan tahun 1564 M,
Sultan
Murhum tidak menjadi Sultan Buton lagi karena masa beliau telah berakhir pada
tahun 1537 M. Setelah meninjau berbagai aspek, nampaknya kedatangan Syeikh
Abdul Wahid di Buton dua kali (tahun 933 H/1526 M dan tahun 948 H/1541 M) yang
diberikan oleh La Niampe adalah lebih meyakinkan. Yang menarik pula untuk
dibahas ialah keterangan La Niampe yang menyebut bahwa Kedatangan Syeikh Abdul
Wahid yang kedua kali di Buton pada tahun 948 H/1541 M itu bersama Imam Fathani
yang mengislamkan lingkungan Istana Buton, sekaligus melantik Sultan Murhum
sebagai Sultan Buton yang pertama. Apa sebab Sultan Buton yang pertama itu
dilantik/dinobatkan oleh Imam Fathani?
Dan
apa pula sebabnya sehingga Sultan Buton yang pertama itu bernama Sultan Murhum,
sedangkan di Patani terdapat satu kampung bernama Kampung Parit Murhum. Kampung
Parit Murhum berdekatan dengan Kerisik, yaitu pusat seluruh aktivitas
Kesultanan Fathani Darus Salam pada zaman dahulu. Semua yang tersebut itu sukar
untuk dijawab. Apakah semuanya ini secara kebetulan saja atau pun memang telah
terjalin sejarah antara Patani dan Buton sejak lama, yang memang belum
diketahui oleh para penyelidik.
Jauh
sebelum ini telah ada orang yang menulis bahwa ada hubungan antara Patani
dengan Ternate.Dan cukup terkenal legenda bahawa orang Buton sembahyang Jumaat
di Ternate.Perbedaan syariat pemerintahan Islam Buton adalah Kerajaan Islam
Buton berdasarkan Martabat Tujuh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kerajaan Islam
Buton lebih mengutamakan ajaran tasawuf daripada ajaran yang bercorak zahiri.
Namun demikian ajaran syariat tidak diabaikan.
Semua
perundangan ditulis dalam bahasa Walio menggunakan huruf Arab, yang dinamakan
Buru Wolio seperti kerajaan-kerajaan Melayu menggunakan bahasa Melayu tulisan
Melayu/Jawi. Huruf dan bahasa tersebut selain digunakan untuk perundangan, juga
digunakan dalam penulisan salsilah kesultanan, naskhah-naskhah dan lain-lain.
Tulisan tersebut mulai tidak berfungsi lagi menjelang kemerdekaan Indonesia
1945.
Referensi
:
-http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Buton
-http://munsirmediagaleri.blogspot.com/2012/12/sejarah-berdiri-runtuh-dan-perkembangan_28.html