Selasa, 25 November 2025

Dari Pulau ke Peradaban | Prof. Dr. Drs. Firdaus L.N., M.Si.

Oleh Nik Abdul Rakib Bik Nik Hassan

Kali ini akan dikenujakan sebuah artikel tulisan dari Prof. Dr. Drs. Firdaus, Universiti Riau di Pekanbaru, Provinsi Riau, Sumatra. Prof. Dr. Drs. Firdaus pernah menziarah pejabat Nusantara Studies Center semasa terletak di bawah Fakulti Kemasnusiaan dan Sains Sososial di Prince of Songkla University, Pattani. Artikelnya yang disiarkan di Surat khabar Indragiri (www.indragiri.com). Isinya Adalah berikut:-


Pulau sering dipersepsikan sebagai pinggiran. Jauh dari pusat, terbatas oleh laut, dan seakan tertinggal oleh arus besar perubahan. Namun sejatinya, dari pulau-pulau kecil inilah sejarah peradaban Melayu dan Islam Nusantara pernah bersemi, tumbuh, dan menyebar ke penjuru dunia.


Pertanyaannya hari ini bukan lagi soal jarak geografis, melainkan jarak kesadaran:

apakah kita, khususnya para sarjana Muslim dari wilayah kepulauan, siap menjadikan pulau sebagai titik tolak peradaban, bukan sekadar tempat pulang?


Kita hidup di masa ketika teknologi melaju lebih cepat daripada kebijaksanaan. Kecerdasan buatan, media sosial, dan digitalisasi telah mengubah cara manusia berpikir, bekerja, bahkan beragama. Ilmu pengetahuan mudah diakses, tetapi makna sering kali terlepas dari akhlak.


Di sinilah letak ujian sarjana Muslim hari ini. Ilmu yang dimiliki bukan sekadar bekal mencari kerja, tetapi amanah untuk menerangi. Gelar akademik bukan tanda selesai belajar, melainkan tanda dimulainya tanggung jawab sosial dan moral.


Bagi masyarakat kepulauan seperti Lingga dan Kepulauan Riau, tantangan itu terasa lebih nyata. Potensi maritim, budaya, dan sumber daya lokal sangat besar, tetapi tidak akan bermakna tanpa manusia yang berilmu, beriman, dan berani berbuat.


Dalam Islam, ilmu bukan sekadar kumpulan pengetahuan, melainkan cahaya. Ia seharusnya membimbing manusia pada kebaikan, bukan menjauhkannya dari nilai. Karena itu, teknologi—betapapun canggihnya—harus berada di bawah kendali etika dan spiritualitas.


Sarjana Muslim dituntut menjadi pribadi yang utuh: cerdas akalnya, lembut hatinya, dan lurus niatnya. Ia tidak hanya piawai menggunakan teknologi, tetapi juga bijak dalam memaknainya.


Di ruang digital, dakwah dan komunikasi keagamaan menuntut kehati-hatian. Tanpa adab, ilmu bisa berubah menjadi senjata yang melukai; tanpa hikmah, kebenaran bisa kehilangan keindahannya.


Tanah Melayu mewariskan lebih dari sekadar adat dan tradisi. Ia mewariskan cara hidup: menjunjung adab, mendahulukan musyawarah, dan menjaga harmoni antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.


Nilai-nilai Melayu sejatinya sangat sejalan dengan ajaran Islam. Ketika kearifan ini dirawat dan dipadukan dengan ilmu modern, ia menjadi modal peradaban yang kokoh-tidak mudah goyah oleh arus globalisasi.


Melestarikan budaya bukan berarti menolak kemajuan. Justru dari akar budaya yang kuat, inovasi yang berkarakter dapat tumbuh: ekonomi kreatif berbasis tradisi, pendidikan yang membumi, dan kepemimpinan yang berjiwa kolektif.


Dalam konteks kepulauan, sarjana Muslim setidaknya dipanggil untuk menapaki tiga jalan pengabdian. Pertama, menjadi pencerah masyarakat. Ilmu disampaikan dengan adab, dakwah dilakukan dengan kasih sayang, dan keteladanan ditunjukkan melalui laku hidup sehari-hari.


Kedua, menjadi inovator sosial. Ilmu tidak berhenti di ruang kelas, tetapi hadir dalam solusi nyata: mendampingi UMKM, menguatkan literasi digital, mengembangkan ekonomi syariah, dan memberdayakan masyarakat pesisir.


Ketiga, menjadi penggerak peradaban. Menjembatani tradisi Melayu-Islam dengan dunia global, sehingga identitas lokal tidak hilang, tetapi justru menjadi sumber kekuatan.


Perguruan tinggi adalah pintu, bukan tujuan akhir. Setelah itu, setiap sarjana akan diuji di “universitas kehidupan”: di tengah masyarakat, di dunia kerja, dan dalam pergulatan nurani.


Ilmu yang tidak diamalkan akan layu. Ilmu yang dibagikan akan tumbuh. Ilmu yang disertai akhlak akan melahirkan peradaban.


Sarjana Muslim hendaknya menjadi produsen pengetahuan, bukan sekadar pengguna. Menulis, meneliti, dan mengabdi—sekecil apa pun—adalah bentuk syukur atas ilmu yang dianugerahkan Allah SWT.


Pulau mungkin kecil di peta, tetapi tidak kecil di hadapan Tuhan. Dari pulau-pulau inilah cahaya bisa dinyalakan—asal ada manusia yang mau menjaga iman, menajamkan ilmu, dan menghidupkan akhlak.


Jika tidak mampu melakukan perubahan besar, lakukanlah perubahan kecil dengan niat yang besar. Karena peradaban tidak selalu dibangun oleh langkah gigantis, tetapi oleh langkah-langkah tulus yang istiqamah.


Dari pulau ke peradaban, semoga perjalanan itu dimulai dari hati yang bersih dan ilmu yang diamalkan. (*)


 --------------------------------------------

Prof. Dr. Drs. Firdaus L.N., M.Si. adalah akademisi asal Kampung Tengah, Desa Raya, Kecamatan Singkep Barat, Kabupaten Lingga, yang meniti pendidikan dari SD hingga SMA di Dabosingkep sebelum meraih gelar Sarjana Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau (1988) dengan predikat cum laude dan sebagai lulusan tercepat serta pemuncak wisuda; melanjutkan Magister  Sains bidang Ekofisiologi Tumbuhan di Universitas Gadjah Mada (1995), dan meraih gelar Ph.D di bidang yang sama dari École Nationale Agronomique de Montpellier (ENSAM), Prancis (2001), sekaligus menjadi doktor pertama dari Pulau Singkep. Ia mencapai puncak karier akademik sebagai Guru Besar Ekofisiologi Tumbuhan FKIP Universitas Riau pada 1 April 2007 dan tercatat sebagai profesor pertama dari Kabupaten Lingga, dengan pengalaman kepemimpinan akademik dan nasional yang luas, termasuk sebagai Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Riau, Wakil Rektor I Universitas Maritim Raja Ali Haji, Wakil Dekan FKIP Universitas Riau, serta alumni PPSA XVI Lemhannas RI, dan telah mengunjungi lebih dari 30 perguruan tinggi di 16 negara.


Catatan Redaksi Surat Khabar Indragiri


Artikel ini merupakan catatan reflektif oleh Penulis dari Naskah Lengkap Orasi Ilmiah dalam Rangka Wisuda Sarjana III Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Lingga (STIT-LG)  Dabosingkep, 13 Desember 2025 berjudul “Dari Pulau ke Peradaban: Peran Sarjana Muslim dalam Transformasi Ilmu, Teknologi, dan Kearifan Melayu Menuju Indonesia Berkemajuan”.

Khamis, 13 November 2025

Puisi Para Peminum tulisan Sutardji Calzoum Bachri berasal dari Riau, Indonesia.

Oleh Nik Abdul Rakib Bin Nik Hassan

Kali ini kita mendalami pemikiran Saudara Sutardji Calzoum Bachri melalui karyanya, Puisi Para Peminum


PARA PEMINUM


di lereng-lereng


para peminum


mendaki gunung mabuk


kadang mereka terpeleset


jatuh


dan mendaki lagi


memetik bulan


di puncak


mereka oleng


tapi mereka bilang


kami takkan karam


dalam laut bulan –


mereka nyanyi nyanyi


jatuh


dan mendaki lagi


di puncak gunung mabuk


mereka berhasil memetik bulan


mereka menyimpan bulan


dan bulan menyimpan mereka


di puncak


semuanya diam dan tersimpan




Isnin, 10 November 2025

Puisi Hilang (Ketemu) tulisan Sutardji Calzoum Bachri berasal dari Riau, Indonesia.

Oleh Nik Abdul Rakib Bin Nik Hassan

Kali ini kita cuba kenali pemikiran Saudara Sutardji Calzoum Bachri melalui karyanya, Puisi Hilang (Ketemu).


HILANG (KETEMU)


batu kehilangan diam


jam kehilangan waktu


pisau kehilangan tikam


mulut kehilangan lagu


langit kehilangan jarak


tanah kehilangan tunggu


santo kehilangan berak



Kau kehilangan aku


batu kehilangan diam


jam kehilangan waktu


pisau kehilangan tikam


mulut kehilangan lagu


langit kehilangan jarak


tanah kehilangan tunggu


santo kehilangan berak


 Kamu ketemu aku




 

Ahad, 9 November 2025

คุณซูตาร์ยี กัลซูม บัครี (Calzoum Bachri Sutardji) นักกวีชาวมลายูเรียว อินโดเนเซีย

โดยนายนิอับดุลรากิ๊บ  บินนิฮัสซัน

ด้วยผู้เขียนมักจะเดินทางไปร่วมงานวรรณกรรมของอินโดเนเซียบ่อย จนจำไม่ได้แล้วครั้งแรกเจอกับคุณซูตาร์ยี กัลซูม บัครี (Calzoum Bachri Sutardji) เมื่อไร แต่เมื่อเจอกันบ่อยๆ จนกลายเป็นคนคุ้นหน้า และเมื่อค้นประวัติดู จะบอกว่าคุณซูตาร์ยี กัลซูม บัครี (Calzoum Bachri Sutardji) ไม่ธรรมดา เพราะเขามักได้รับการชมเชยจากงานสัมมนาวรรณกรรมต่างๆที่ผู้เขียนร่วมว่า เขาเป็นประธานนักกวีนิพนธ์อินโดเนเซีย หรือ  Presiden Penyair Indonesia


สำหรับประวัติของคุณซูตาร์ยี กัลซูม บัครี (Calzoum Bachri Sutardji ถือว่าเป็นนักกวีนิพนธ์ชาวมลายูเรียว สุมาตรา อินโดเนเซีย เกิด 24 มิถุนายน 1941 เป็นนักกวีร่วมสมัยชั้นนำของอินโดเนเซีย ด้วยความทุ่มเทของเขาในการพัฒนากวีนิพนธ์ในอินโดเนเซีย เขาจึงได้รับฉายาว่าประธานนักกวีนิพนธ์แห่งอินโดนีเซีย(Presiden Penyair Indonesia) และได้รับยศเป็น ดาโต๊ะสรีปูยังกา อุตามา (Dato’ Seri Pujangga Utama) นอกจากนี้เขายังเป็นนักกวีผู้บุกเบิกในช่วงทศวรรษ 1970 อีกด้วย1

คุณสุตาร์ยี กัลซูม บัครี (Calzoum Bachri Sutardji) ยังเป็นที่รู้จักจากที่ว่าเป็น Kredo Puisi หรือ "หลักจรรยาบรรณกวีนิพนธ์" ซึ่งระบุว่าคำพูดต้องปราศจากความหมายและภาระของความคิด หลักจรรยาบรรณกวีนิพนธ์นี้ช่วยให้ผู้อ่านเข้าใจผลงานกวีนิพนธ์และทัศนคติทางกวีนิพนธ์ของคุณซูตาร์ยี กัลซูม บัครี (Calzoum Bachri Sutardji) ได้ดียิ่งขึ้น2


ชีวิตส่วนตัวคุณซูตาร์ยี กัลซูม บัครี (Calzoum Bachri Sutardji) เป็นบุตรชายของนายโมฮัมหมัด บัครี (Mohammad Bachri) และนางเมย์ คัลซูม (May Calzoum) บิดาของเขามาจากเมืองเปรมบุน (Prembun) จังหวัดชวากลาง และมารดามาจากเมืองตัมเบลัน (Tambelan) หมู่เกาะเกาะเรียว บิดาของเขาได้ย้ายไปอยู่ที่เรียวเมื่อตอนเป็นวัยรุ่น และตั้งรกรากอยู่ที่นั่นจนกระทั่งได้เป็นผู้ช่วยสารวัตรตำรวจที่สำนักงานตำรวจแห่งชาติ กระทรวงมหาดไทย เขาเป็นบุตรคนที่ 5 จากทั้งหมด 11 คน

เส้นทางชีวิตของคุณซูตาร์ยี กัลซูม บัครี (Calzoum Bachri Sutardji) 

หลังจากจบการศึกษาระดับมัธยมปลาย เขาศึกษาต่อที่สาขาวิชารัฐประศาสนศาสตร์ คณะสังคมศาสตร์และรัฐศาสตร์ มหาวิทยาลัยปายาจารัน บันดุง มหาวิทยาลัยแห่งนี้มีภูมิประเทศที่น่าอยู่มาก ผู้เขียนเคยพาคณะนักศึกษาจากสาขาวิชามลายูศึกษา มอ. ปัตตานี ได้เยี่ยมมาแล้ว ขณะที่คุณซูตาร์ยี กัลซูม บัครี (Calzoum Bachri Sutardji) ยังเป็นนักศึกษา เขาเริ่มต้นเส้นทางสร้างสรรค์เมื่ออายุ 25 ปี ในปี 1966 เขาส่งบทกวีและบทความไปตีพิมพ์ในหนังสือพิมพ์และนิตยสารรายสัปดาห์ในบันดุงและจาการ์ตา ในปี 1971 ผลงานรวมบทกวีชุดแรกของคุณซูตาร์ยี กัลซูม บัครี (Calzoum Bachri Sutardji) ชื่อ "O" ได้รับการตีพิมพ์ในนิตยสารวรรณกรรม Horison เป็นนิตยสารทางวรรณกรรม จากนั้นในปี 1972 ผลงานรวมบทกวีชุดใหม่ของเขาชื่อ "Amuk" ได้รับการตีพิมพ์โดยนิตยสารเดียวกัน ผลงานนี้ได้รับรางวัลกวีนิพนธ์ของสภาศิลปะจาการ์ตา หรือ Dewan Kesenian Jakarta ในปี 1976/19773  สำหรับสภาศิลปะจาการ์ตา หรือ Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) จัดตั้งขึ้นมาโดยสาธรณชน ทางเทศบาลกรุงจาการ์ตาได้จัดตั้งขึ้นเมื่อปี 1968 ในสมัยมีผู้ราชการกรุงจาการ์ตาชื่อ นายพล Ali Sadikin สำหรับสภาศิลปะจาการ์ตา หรือ Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) นี้ครั้งหนึ่งผู้เขียนเคยไปเยี่ยม สัมผัสการทำงานของสมาชิก สภาศิลปะจาการ์ตา หรือ Dewan Kesenian Jakarta (DKJ)


เมื่อวันที่ 30 มีนาคม 1973 คุณซูตาร์ยี กัลซูม บัครี (Calzoum Bachri Sutardji) เป็นที่รู้จักจาก Kredo Puisi หรือ "หลักคำสอนบทกวี" ของเขา ซึ่งแสดงความคิดและความรู้สึกของเขาเกี่ยวกับคำและภาษาในบทกวี ใน "หลักคำสอนบทกวี" เขาโต้แย้งว่าคำควรมีอิสระที่จะกำหนดความหมายของตัวเอง เพราะตัวคำเองก็คือความหมายอยู่แล้ว ดังนั้น คำในบทกวีของคุณซูตาร์ยี กัลซูม บัครี (Calzoum Bachri Sutardji) จึงสามารถเขียนย้อนกลับ ตัด หรือแม้กระทั่งกลับด้านได้ ตามที่คุณซูตาร์ยี กัลซูม บัครี (Calzoum Bachri Sutardji) กล่าว การเขียนบทกวีเป็นการกลับไปสู่ต้นกำเนิดของคำในฐานะมนตรา ซึ่งขยายมุมมองของบทกวีอินโดเนเซียในขณะนั้น แถลงการณ์นี้ได้รับการตีพิมพ์ใน นิตยสาร Horison ในเดือนธันวาคม 19744 นิตยสาร Horison เป็นนิตยสารทางวรรณกรรม ที่ก่อตั้งในปี 1966 ดำเนินการโดยมูลนิธิที่ชื่อว่า Yayasan Indonesia (Indonesian Foundation) พิมพ์ครั้งแรกเมื่อ กรกฎาคม 1966 การตั้งนิตยสารเป็นความคิดของนักเขียนสำคัญๆอย่าง คุณมอคตาร์  ลูบิส นายเอช.บี ยัสซีน  นายไซนี นายอารีฟ บูดีมาน (Su Haw Hin) นายดี.เอส. มูลียาโน

ในปี 1979 เขาได้ตีพิมพ์รวมบทกวีชุดที่ 3 ชื่อ "Kapak" ผลงานทั้งสามชิ้นนี้ถูกรวมและตีพิมพ์ซ้ำโดยหนังสือพิมพ์ Sinar Harapan ในชื่อ "O, Amuk, Kapak" นอกจากการเขียนบทกวีแล้ว เขายังเขียนเรื่องสั้นอีกด้วย หนึ่งในนั้นคือรวมเรื่องสั้นชื่อ Hujan Menulis Ayam ซึ่งตีพิมพ์โดย Indonesia Tera ในปี 2001 คุณซูตาร์ยี กัลซูม บัครี (Calzoum Bachri Sutardji) ทำงานเป็นบรรณาธิการที่นิตยสาร Horison และได้เป็นบรรณาธิการอาวุโสในปี 1966 เขายังทำงานที่นิตยสารรายสัปดาห์ Fokus อีกด้วย หลังจากลาออกจาก Horison เขาได้เป็นบรรณาธิการคอลัมน์วัฒนธรรม "Bentara" ในหนังสือพิมพ์รายวัน Kompas และดูแลบทกวีตั้งแต่ปี 2000 ถึง 2002งานของเขาในฐานะบรรณาธิการที่ "Bentara" ทำให้เขามีโอกาสได้เขียนบทความ บทความรวมเล่มของเขา "Gerak Esai dan Ombak Sajak Anno 2001" และ " Hijau Kelon & Puisi 2002" เป็นบทความสองเรื่องที่ทำหน้าที่เป็นคำนำให้กับบทกวีรวมเล่ม "Bentara"6

ในฤดูร้อนปี 1974 คุณซูตาร์ยี กัลซูม บัครี (Calzoum Bachri Sutardji) ได้เข้าร่วมงานอ่านบทกวีนานาชาติที่เมืองรอตเตอร์ดัม ประเทศเนเธอร์แลนด์ จากนั้นเขาได้เข้าร่วมสัมมนาโครงการ  International Writing Program ที่มหาวิทยาลัยไอโอวา รัฐไอโอวา สหรัฐอเมริกา ตั้งแต่เดือนตุลาคม 1974 ถึงเดือนเมษายน 1975


มีบทกวีจำนวนหนึ่งของคุณซูตาร์ยี กัลซูม บัครี (Calzoum Bachri Sutardji) ได้รับการแปลโดยคุณ Harry Aveling เป็นภาษาอังกฤษ มีบทกวีที่จัดพิมพ์เป็นบทกวีนิพนธ์รวมเล่ม antologi Arjuna in Meditation พิมพ์ที่เมืองกัลกัตตา อินเดีย ในปี 1976

บทกวีรวมในชื่อ Writing from the World พิมพ์ที่สหรัฐ

Westerly Review พิมพ์ที่ออสเตรเลีย


สองบทกวีรวมภาษาฮอลันดา ชื่อ  Dichters in Rotterdam พิมพ์ที่สำนักงาน Rotterdamse Kunststichting เมืองรอตเตอแดม เนเธอร์แลนด์ ปี 1975  และ Ik wil nog duizend jaar leven, negen moderne Indonesische dichters พิมพ์ปี 1979.


สี่บทกวีชื่อ "Shang Hai", "Solitude", "Batu", และ "Tanah Air Mata" ได้รับการแปลเป็นภาษารัสเซีย และรวมอยู่ในหนังสือบทกวีนิพนธ์ชื่อ Mencari Mimpi. Puisi Modern Indonesia ที่แปลโดย ดร. Victor Pogadaev พิมพ์ที่กรุงมอสโคว์ ปี 2016.


ผลงานของคุณซูตาร์ยี กัลซูม บัครี (Calzoum Bachri Sutardji)

  • O, kumpulan puisi (Stensilan 1973)
  • Amuk, kumpulan puisi (1973—1976)
  • Kapak, kumpulan puisi (1976—1979)
  • O, Amuk, Kapak, kumpulan puisi (1981)
  • Hujan Menulis Ayam, kumpulan cerpen (2001)
  • Isyarat, kumpulan esai (2007)
  • Atau Ngit Cari Agar, kumpulan puisi (2008)
  • Kecuali, kumpulan puisi (2021)

รางวัลของคุณซูตาร์ยี กัลซูม บัครี (Calzoum Bachri Sutardji)

  • รวมบทกวีชื่อ  Amuk (1976) ได้รับรางวัลจาก Dewan Kesenian Jakarta 1976/1977
  • รางวัลซีไรต์ หรือ The S.E.A. Write Award ปี 1979
  • รางวัล Anugerah Seni Pemerintah Republik Indonesia (1993)
  • รางวัล Anugerah Sastra Chairil Anwar จาก  Dewan Kesenian Jakarta ปี 1998
  • รางวัล Anugerah Sastra Dewan Kesenian Riau ปี 2000
  • รางวัล Sastrawan Perdana โดยจังหวัดเรียว ปี 2001
  • รางวัล Anugerah Sastra Majelis Sastra Asia Tenggara ปี 2006 ที่บรูไน
  • รางวัล Anugerah Seni จาก สถาบันที่ชื่อ Akademi Jakarta ปี 2007
  • เครื่องอิสริยภรณ์ Bintang Budaya Parama Dharma จากประธานาธิบดีสุสิโล บัมบัง ยูโธโยโน ปี 2008
  • เครื่องยศ "Datuk Seri Pujangga Utama" จาก Lembaga Adat Melayu Riau ปี 2018

·       ปลายปี 2025 ทางมูลนิธิ Yayasan Hari Puisi มอบรางวัล Anugerah Kebudayaan Indonesia

 

งานวิจัยเกี่ยวกับคุณซูตาร์ยี กัลซูม บัครี (Calzoum Bachri Sutardji)

  • Popo Iskandar. "Sutardji Calzoum Bachri: Potret Seorang Penyair Muda dan Karyanya". Budaya Jaya. Desember 1973
  • Umar Junus. "Misteri dalam Mantra". Budaya Jaya. Januari 1979
  • Dami N. Toda. Hamba-Hamba Kebudayaan. 1984.
  • A. Teeuw. "Terikat dalam Pembebasan Kata" dalam Tergantung Pada Kata. Pustaka Jaya: 1983 (พิมพ์ครั้งที่ 2 )[8]


งานสารนิพนธ์ วิทยานิพนธ์เกี่ยวกับคุณซูตาร์ยี กัลซูม บัครี (Calzoum Bachri Sutardji)

1. Ahyatun Maghfiroh, Mitos Kredo Puisi Dalam Antologi O, Amuk  Kapak Karya Calzoum Bachri Sutardji: Kajian Pemikiran Ronald Barthes, Univesitas Jambi, Februari 2023

2. Fajar Setio Utomo, Dimensi Sufistik Dalam Puisi Tapi dan Belajar Membaca karya Calzoum Bachri Sutardji dam Iplikasinya, UIN Syarif Hidayaullah, Jakarta, 2014.

3. Rudi Ilham, Analis Bentuk-Bentuk Deviasi Kumpulan Puisi O,

Amuk, Kapak Karya Calzoum Bachri Sutardji Kajian Stilistika , Univesitas Mataram, 2016.


อ้างอิง

1.      "Sutardji Calzoum Bachri" - Ensiklopedia Sastra Indonesia". ensiklopedia.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 23 Desember 2021.

2.      "Kredo Puisi" - Ensiklopedia Sastra Indonesia". ensiklopedia.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 23 Desember 2021.

3.     "O, Amuk, Kapak" - Ensiklopedia Sastra Indonesia". ensiklopedia.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2021-12-24.

4.     Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. (2004). Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu. ISBN 9799012120 hlm. 436

5.     Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. (2004). Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu. ISBN 9799012120 hlm. 780

6.     Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. "Sutardji Calzoum Bachri". Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Diakses tanggal 23 Desember 2021.

7.     В поисках мечты. Современная поэзия Индонезии в переводах Виктора Погадаева. М.: Ключ-С, 2016, с. 34-37 ISBN 978--5-906751-78-3

8.     A. Teeuw. 1983. Tergantung Pada Kata. Pustaka Jaya (cetakan kedua)

Jumaat, 7 November 2025

ร้านอาหารไทย (Restoren Singgora) สขลา เมืองโกตาบารู รัฐกลันตัน

โดย นิอับดุลรากิ๊บ  บินนิฮัสซัน

เมื่อพูดถึงอาหารไทย เรามักจะหมายถึงคนจากสามจังหวัดชายแดนภาคใต้ ร่วมกันเดินทางไปเปิดร้านอาหารไทย ซึ่งได้กลายเป็นอาหารยอดนิยมของคนมาเลเซีย เมื่อกล่าวถึงร้านอาหารไทย สิ่งที่ขาดไม่ได้คือความไม่สมดุลระหว่างชาวสามจังหวัดชายแดนภาคใต้กับชาวมาเลเซีย  เมื่อมีเพื่อนถามแย้งว่าทำไมหรือ ก็ตอบว่า มันไม่ win-win กันสักเท่าไร ถ้าเรามองในมุมมองของชาวมาเลเซีย จะเห็นถึงความไม่สมดุล จนถ้ามีใครสักคนจุดกระแสท้องถิ่นนิยมขึ้นมา มันจะกระทบกับวงการร้านอาหารไทยอย่างมาก นั้นคือ เราไปเปิดร้านอาหารในมาเลเซีย เงินทุนไม่ว่าจะนำเอามาจากสามจังหวัดชายแดนภาคใต้ก็ตาม เพราะเมื่อเจ้าของเป็นคนมาจาก หรือมีรากเง้ามาจากสามจังหวัดชายแดนภาคใต้ ย่อมที่จะเอาคนทำอาหาร คนงานล้วนมาจากสามจังหวัดชายแดนภาคใต้ เมื่อถามว่า ทำไมไม่เอาคนมาเลเซีย หรือคนรัฐกลันตัน ที่มีวัฒนธรรมคล้ายกับคนสามจังหวัดชายแดนภาคใต้  ก็ได้รับคำตอบว่า คนมาเลเซีย ค่อนข้างที่จะขี้เกียจ หรือไม่ก็ จะไม่ทำงานชนิดที่ต้องใช้แรงงาน ก็จะบอกผู้นั้นว่า งั้นคุณก็ทำงานแบบเอาเปรียบเจ้าบ้าน เอาเงินจากเจ้าบ้าน แล้วนำกลับไปใช้จ่ายในสามจังหวัดชายแดนภาคใต้ ถ้าร่วมอาศัย แบบ win-win มันจะเป็นเกราะป้องกันเราเองด้วย

ยังมีอีกประเภทหนึ่งที่เรามองข้าม นั้นคือ การที่ชาวมาเลเซีย ใช้ประโยชน์จากการที่อาหารไทยได้รับความนิยม แล้วเปิดเอง โดยใช้แบรนด์อาหารไทย ในครั้งนี้ มายกตัวอย่างของร้านอาหารที่สร้างโดยชาวมาเลเซีย คือ ร้านที่ชื่อว่า ร้านสงขลา หรือ Restoren Singgora ใช้แบรนด์ชื่อว่า สงขลา มีการตกกแต่งร้าน ซึ่งเป็นบ้านไม้เก่าๆ มาเป็นร้านที่เรียกว่า Antique


ผู้เขียนไม่เคยไปลองอาหารของร้านสงขลา พอถามว่า ร้านอยู่ที่ไหน ได้รับคำตอบว่า อยู่บริเวณลุนดัง ในตัวอำเภอโกตาบารู และเมื่อสอบถามญาติในเมืองโกตาบารู ว่าอรู้จักร้านสงขลาไหม ได้รับคำตอบว่า น่าจะอยู่ไม่ไกลจากตัวเมือง


ร้านสงขลา อาจจะเป็นร้านพื้นๆ แต่เจ้าของ นามนายมูฮัมหมัด บินซอลและห์ จบปริญญาตรีจากมหาวิทยาลัยแห่งชาติมาเลเซีย (Universiti Kebangsaan Malaysia) เป็นคนใกล้อำเภอยือลี ถือว่า เป็นลูกหลานของชาวเมืองระแงะในส่วนอยู่รัฐกลันตัน ได้ใช้โซเชียลมีเดีย ในการประชาสัมพันธ์ร้าน จนได้รับการยอมรับ และมีนักการทูตจากต่างประเทศไปทานอาหารที่ร้านของเขา

อยากให้ชาวสามจังหวัดชายแดนภาคใต้ลองศึกษาบทเรียนร้านสงขลา และร้านอื่นๆ แล้วนำมาใช้ประโยชน์กับธุรกิจวงการร้านอาหารไทยของชาวสามจังหวัดชายแดนภาคใต้