Oleh
Nik Abdul Rakib Bin Nik Hassan
Di Provinsi Pattani, Selatan Thailand
terdapat sebuah sekolah agama yang dapat dana bantuan dari Turki. Sekolah
tersebut mulai berkembang dan mendapat sambutan dari masyarakat setempat. Ini
adalah satu hubungan diantara Turki dengan Dunia Melayu khususnya masyarat
Melayu Patani.
Sebenarnya kerjasama dan hubungan di
bidang Pendidikan diantara Turki dengan Dunia Melayu sudah wujud serratus tahun
lepas. Untuk membuktikan kenyataan ini. Saya mengambil sebuah artikel dengan
tujuk “Sejarah Pengiriman Pelajar Nusantara Ke Turki Abad ke 19 dan Pengaruhnya
Terhadap Gerakan Kemerdekaan Indonesia”
yang di tulis oleh Achmal Junmiadi (Manajer Kuliah di Turki dan Founder
Lembaga Pengkajian Indonesia Turki) dan disiarkan di laman “https://beritaturki.com” Isi kandungannya adalah seperti berikiut :-
Potret
2 anak Nusantara asal Batavia dan Buitenzorg (Bogor) Jawa
Ahmed dan Said yg bersekolah di Istanbul Turki Utsmani. Ottoman Archieve pada
tahun 1900.
Dalam
catatan manuskrip yang terdapat dalam buku Turki Utsmani – Indonesia relasi dan
korepondesi berdasarkan dokumen Turki Utsmani yang diterbitkan oleh Hitay
Holding 2017.Menjelaskan adanya korespondensi antara konsulat Turki di Batavia
pada tahun 1889 tentang pengiriman pelajar jawa kepada kekaisaran Turki Utsmani
di Istanbul. Dijelaskan status pelajar tersebut merupakan pelajar muslim untuk
mengikuti jenjang Pendidikan Menengah – Tinggi terbaik di Turki terdapat hampir
20 pelajar yang dikirim notebene adalah para pelajar yang kebanyakan dikirim
oleh organisasi Jamiat Kheir yang didirikan akhir abad 19 dan diakui secara
resmi pada tahun 1901 oleh pemerintah hindia belanda di batavia.
Dokumen yang menjelaskan penerimaan pelajar dari
Nusantara di Istanbul Turki tahun 1900.
Dokumen yang menjelaskan penerimaan pelajar dari Nusantara di Istanbul
Turki tahun 1900. Konsulat Turki di Batavia tidak hanya mencoba aktif untuk
meningkatkan hubungan antara penduduk di Batavia-Jawa dengan Turki Utsmani,
tapi juga menyediakan kesempatan bagi anak-anak bangsawan nusantara untuk
dikirim ke Istanbul untuk belajar disana. Dari tahun 1898 dan seterusnya,
hampir dua puluh siswa belajar di bawah bantuan Kekaisaran Turki Utsmani di
Sekolah seperti Asiret Mektebi (Sekolah Kekaisaran), Mulkiye Mektebi (Sekolah
Menengah Kejuruan), Darussafaka (Sekolah Menengah Pertama Turki untuk anak
yatim), dan Galatasaray High School
(Sekolah
Menengah Atas)*.
Selanjutnya
diperkuat dengan manuskrip catatan penerimaaan pelajar jawa Osman Efendi dan
sayid Muhammad Abdullah Al Attas Efendi di jurusan ilmu politik perguruan
tinggi imperial Turki Utsmani**.
Salah
satu pelajar yang dikirim merupakan anak dari pendiri Jamiat Khair Sayid Ali
bin Ahmad Muhammad Syahab merupakan lulusan akademi militer Turki di Istanbul
yang kemudian hari menjadikan Jamiat Kheir sebagai organisasi pendidikan Islam
modern pertama dinusantara yang mengadopsi sistem pendidikan Islam modern ala
Turki Utsmani. Peran Jamiat kheir tidak hanya berhenti dalam mendidik kalangan
keturunan arab dinusantara namun juga mendidik para kaum pribumi muslim jawa
yang kemudian menjadi tokoh pembaharuan islam dan pergerakan nasional
diantaranya adalah KH. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah dan juga H.O.S
Tjokroaminoto pendiri Sarekat Islam***.
Mengutip
pidato pembukaan Sri Sultan Hemengkubowono X pada Kongres Umat Islam Indonesia
di Jogjakarta pada tahun 2015 menjelaskan “Pada tahun 1903 Jamiat Khair mengadakan
Kongres Umat Islam di Batavia Sultan Turki mengutus Muhammad Amin Bey dalam
kongres tersebut, hasil kongres menetapkan Haram Hukumnya setiap muslim tunduk
terhadap pemerintahan Belanda”. Dari hasil kongres tersebut menjadikan patokan
untuk semua organisasi yang didirikan oleh anggota Jamiat Kheir termasuk
Sarekat Islam untuk menggagas Ide Zelf Bestur bentuk pemerintahan mandiri yang
dikemudian hari akan diteruskan oleh Ir. Soekarnomurid didik H.O.S
Tjokroaminoto dalam suksesi memerdekakan Indonesia ditahun 1945 dari
kolonialisme Belanda.
Selain
kutipan tentang manuskrip yang menjelaskan tentang pengiriman para pelajar
nusantara ke Turki, tidak kalah pentingnya adanya manuskrip informasi mengenai
fatwa jihad yang juga sampai di konsulat Turki di batavia pada tahun 1919
manakala ketika itu Turki Utsmani sedang menghadapi Perang Dunia 1 informasi
tersebut juga sampai kepada komunitas Muslim di Jawa sehingga memperkuat alasan
gerakan nasional kebangsaan untuk lebih aktif dalam mewujudkan cita cita
melepaskan diri dari Kolonialisme belanda. Hal ini diperkuat dengan dibentuknya
surat kabar Oetoesan Hindia yang berbahasa arab dan melayu aktif memberitakan
informasi pro ottoman (Turki Utsmani) didirikan oleh anggota Jamiat Kheir pada
26 Januari 1913 melalui N.V Handel-Maatschappij Setija Oesaha bidang ekonomi
Jamiat khair dalam bentuk percetakan surat kabar guna mendapatkan simpati yang
lebih luas di dunia Internasional. Setija Oesaha didirikan di Surabaya oleh
anggota Jamiat Kheir Muhammad bin Saleh bin Aqil dan kepengurusannya
dipercayakan kepada H.O.S Tjokroaminoto yang menjabat sebagai direktur
sekaligus menjadi pemimpin redaksi surat kabar Oestoesan Hindia.
Dibidang
Politik, Jamiat Khair melibatkan diri dalam organisasi Sarekat Islam. Disamping
itu kegiatan Jamiat Khair dalam masalah politik dapat dilihat dari hubungan
mereka dengan negara muslim diluar Indonesia. Hubungan ini menunjukkan pula
sikap mereka sebagai penduduk Hindia Belanda umumnya dan anggota Jamiat Khair
khususnya, yang tidak sejalan dengan pemerintah kolonial belanda. Melalui
perantara anggota jamiatul kheir inilah yang notebene memiliki jaringan kuat di
timur tengah hingga Turki yang kemudian dimanfaatkan oleh Sarekat Islam dalam
mendapatkan dukungan usaha perjuangan kemerdekaan Indonesia di dunia
internasional khususnya Mesir yang kemudian kelak menjadi negara pertama yang
mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia pasca proklamasi yang diproklamirkan
oleh Ir. Soekarno melalui tokoh diplomasi berasal dari Sarekat Islam yang
dipimpin oleh diplomat ulung K.H Agus Salim setelah wafatnya pendiri Sarekat
Islam H.O.S Tjokroaminoto.
*Turki
Utsmani-Indonesia Relasi dan Korespondensi berdasarkan dokumen Turki Utsmani.
Hal 72-72, Hitay Istanbul 2017
**Opcit.
Hal 461-476 Arsip 52.
***Jamiat
Kheir Sejarah dan Perkembangannya, Edrus Alwi Al- Masjhoer Halaman 16 & 31,
Jakarta