Ekonomi/Bisnis

Jumaat, 27 Februari 2015

Perginya Seorang Tokoh Budayawan Melayu, Pak Tenas Effendy (Tengku Nasaruddin Bin Tengku Said Muhammad Aljuri)


Oleh Nik Abdul Rakb Bin Nik Hassan
        Saya sering bersama Pak Tenas Effendy, tokoh budayawan kebanggaan Riau, di beberapa acara dan seminar baik di Malaysia dan Indonesia. Buku buku tulisan Pak Tenas Effendy juga menjadi bahan simpanan Nusantara Studies Center. Semasa pelajar-pelajar dari Jurusan Pengajian Melayu Prince of Songkla Universiti mengadakan Program Mengenali Bahasa dan Budaya Melayu di Universiti Riau, Pekanbaru, Riau. Saya mewajibkan pelajar-pelajar tersebut pergi jumpa dan menerima nasihat dan ceramah dari Pak Tenas Effendy di Bangunan Lembaga Adat Melayu Riau, Pekanbaru.


Semasa Pak Tenas Effendy sakit dan diterbang dari Pekanbaru ke Hospital Melaka saya tak sempat menziarah Pak Tenas Effendy. Sekarang Pak Tenas Effendy telah pergi mengadap Yang Mahakuasa selama lamanya. Disini saya muatkan sebuah artikel dari Hang Kafrawi (RiauKepri.com) dengan tajuk “Perginya seorang Tokoh Budayawan Melayu”

Pak Tenas Effendy (Tengku Nasaruddin Bin Tengku Said Muhammad Aljuri ) telah meninggal di Rumah Sakit Umum Daerah, Arifin Ahmad, Pekanbaru, Sabtu (28/2/2015), pukul 00.26 WIB
RiauKepri.com, PEKANBARU – Riau kembali kehilangan tokoh terbaiknya, H. Tenas Effendi telah menghadap Sang Maha Pencipta. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Umum Daerah, Arifin Ahmad, Pekanbaru, Sabtu (28/2/2015), pukul 00.26 WIB.

Perginya seorang Tokoh Budayawan Melayu
RiauKepri.com mendapat berita duka ini melalui BBM Kabiro Humas Provinsi Riau, Yoserizal Zen. “Innalillhaiwainnarojiun, telah berpulang ke Rahmatullah Datuk Tenas Effendi bin T. Said Umar, hari ini, Sabtu (28/2/2015), pukul 00.26 WIB, di RSUD Arifin Ahmad, Pekanbaru,” tulis Yoserizal Zen.

Sebelumnya, Ketua Majelis Kerapatan Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau ini dirawat rumah sakit di Melaka. Karena kondisinya semakin memburuk, pihak keluarga dan dokter di Melaka sepakat membawa Tenas Effendi balik ke Riau. Siang tadi, Jumat (27/2/2015) beliau sampai ke Pekanbaru dan langsung dirawat di RSUD Arifin Ahmad. (MK)

 Mengenang Pak Tenas
PEKANBARU – Arif, bijaksana, santun, sabar, itulah yang tercermin ketika berhadapan dengan Tenas Effendy, Sang Panglima Kebudayaan Melayu. Keluhuran orang Melayu melekat pada sosok lelaki yang lahir dengan nama Tengku Nasaruddin Said Effendy atau yang lebih dikenal dengan nama Tenas Effendy.

Tenas Effendy lahir di Dusun Tanjung Malim, Desa Kuala Panduk, Pelalawan, pada tanggal 9 November 1936 dari orang tua Tengku Said Umar Muhammad Aljuri dan Tengku Syarifah Azamah binti Tengku Saib Abubakar. Kebiasaan Tenas Effendy “membaca” peristiwa kebudayaan memang sudah dari kecil. Kepekaannya “membaca” sekaligus “merekam” kebiasaan sehari-hari orang Melayu, sangat dipengaruhi oleh ayahandanya.

Ayahanda Tenas Effendi, Tengku Said Muhammad Aljuri merupakan sekretaris pribadi Sultan Said Hasyim, Sultan Pelalawan ke-8 waktu itu. Ayahnya selalu menulis mengenai semua silsilah Kerajaan Pelalawan, adat-istiadat, dan peristiwa penting lainnya dalam sebuah buku yang dinamakan Buku Gajah.

Setelah Sultan Said Hasyim mangkat pada tahun 1930, Tengku Said Umar Muhammad dan keluarga pindah dari Pelalawan ke Kuala Panduk dan menjalani aktivitas seperti masyarakat lainnya. Di Kuala Panduk, Tengku Said Umar Muhammad diangkat sebagai Penghulu sekaligus sebagai guru agama yang pertama dan guru sekolah desa.

Seperti anak-anak lainnya, Tenas Effendy juga mengasah pengetahuan di sekolah. Pada usia 6 tahun, Tenas Effendy ‘memetik’ ilmu di Sekolah Agama sekaligus menadah hati di Sekolah Rakyat. Di Sekolah Agama, ayahandanya, Tengku Said Umar Muhammad, menjadi guru, membentangkan pengetahuan agama. Untuk pengetahuan umum, Tenas Effendi mengais di Sekolah Rakyat dengan bimbingan Tengku Said Hamzah. Kedua pengetahuan ini, diserap Tenas kecil dan menjadi pondasi pikirannya dalam mengarungi kehidupan ini.

Perjalanan waktu, beranjak usia. Pada tahun 1950, setelah selesai Sekolah Rakyat di Pelalawan, Tenas Effendi menggali ilmu di Bengkalis dengan menempa diri di Sekolah Guru B (SG B). Di pulau yang tidak begitu luas ini, Tenas Effedi merangkai kata, membuat tulisan dan mengirimkan karya-karyanya ke surat kabar Medan. Di pulau ini juga, dibimbing Dt. Adham, Tenas mempertajam rasa dengan merangkul kegiatan Pandu Hisbulwathan.

Tiga tahun berlalu di “Pulau Terubuk” itu, ‘rasa haus’ akan ilmu untuk memenuhi dahaga jiwa, Tenas Effendi pun hijrah ke Padang. Dengan tekat yang membara untuk mengabdikan diri menjadi guru, di Padang, Tenas melanjutkan pendidikannya di Sekolah Guru A (SG A). Di tanah ini, aktivitas Tenas semakin subur. Kegiatan-kegiatan kesenian mendapat tempat di hati Tenas.

Di tanah ini juga, Tenas menceburkan diri masuk organisasi SEMI (Seniman Muda Indonesia). Kecintaan dan kepekaan melalui dunia kesenian, semakin menjadi-jadi pada diri Tenas. Tenas pun terus merajut jiwa dan rasanya dengan mendirikan Himpunan Seniman Muda Padang bersama Salius, salah seorang pendiri Harian Singgalang. Di sinilah Tenas Effendi terus menggeliat dalam kegiatan kesenian. Pementasan drama, tari, musik, membaca puisi dan menulis, semakin tumbuh subur pada diri Tenas Effendi. Tenas semakin piawai merajut keinginan.

Tiada siapa yang dapat membaca perjalanan waktu dengan tepat. Pada tahun 1958, Tanas kembali ke Pekanbaru. Aktivtas kesenian dan semagat menulis, tidak luntur di dirinya. Di Pekanbaru bersama-sama temannya, Tenas terus dan terus menghidupkan rasa keindahan melalui kesenian dan dunia tulis-menulis.

Menyadari bahwa ilmu pengetahuan harus diketahui orang banyak, melalui kepiawaiannya menulis, Tenas Effendi dan kawan-kawan, seperti Umar Ahmad Tambusai, Wan Saleh Tamin berkarya menerbitkan buku. ”Lancang Kuning, Kubu Terakhir” merupakan karya fiksi berbentuk novel yang lahir dari pikiran Tenas Effendy.

Ladang kreativitas menulis, tidak akan pernah penuh ‘ditanami’ ide-ide dan gagasan-gagasan dari waktu ke waktu. Ianya semakin luas dan bertambah luas untuk disemai beribu bahkan berjuta gagasan. Maka seiring perjalanan waktu juga, kematangan, kearifan, kebijaksanaan, kelebutan anak manusia terwujudkan. Dan Tenas Effendy salah anak jati Riau, telah membuktikannya dengan sikap dan perbuatannya. Sosok Tenas Effendy menjadi ‘sumur’ kebudayaan yang tidak pernah kering ditimba ilmunya.

Kini, Tenas Effendy telah mendahului kita menghadap Sang Maha Pencipta. Beliau menghembuskan nafas terakhir pada hari Sabtu, tanggal 28 Februari 2015, pukul 00. 26 WIB, di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Ahmad, Pekanbaru. Selamat jalan Pak Tenas. (Hang Kafrawi, RiauKepri.com)

ตลาดนัดมือสองบริเวณตลาดเทศบาลปัตตานี

โดย นิอับดุลรากิ๊บ  บินนิฮัสาซัน
         ตัวเมืองปัตตานีจะมีตลาดนัดที่เรียกว่าตลาดนัดเทศบาล หรือ จะรู้จักในนามของตลาดนัดขยะ มีการขายสินค้ามือสอง บางครั้ง ก็เจอสินค้าดีๆ ส่วนหนึ่งจะเป็นสินค้าที่นำเข้ามาจากต่างประเทศ ประมวลภาพตลาดนัดเทศบาลเมืองปัตตานี

Jumaat, 20 Februari 2015

ชนเผ่า โต บาโล แห่งเกาะสุลาเวซี ประเทศอินโดเนเซีย

โดย นิอับดุลรากิ๊บ  บินนิฮัสซัน
Tak ada manusia yang bisa memilih terlahir dari keluarga atau keturunan tertentu. Seperti juga suku “To Balo” yang tinggal di tempat terpencil di Pegunungan Bulu Pao, yang membentang melintasi wilayah Kabupaten Barru dan Pangkep, Sulawesi Selatan. Sejak menjejakkan kaki ke bumi, setiap orang dari keturunan kelompok ini punya rupa kulit tak lazim: sekujur tubuh terutama kaki, badan, dan tangan, penuh bercak putih. Sementara tepat di tengah dahi mereka, bercak tersebut juga terpampang nyaris membentuk segitiga. Karena itu mereka disebut kaum To Balo. Yang dalam bahasa Bugis, To berarti manusia sedangkan Balo sama dengan belang. MANUSIA BELANG.
Perbedaan itu rupanya membuat mereka mengasingkan diri dari kumpulan sosial sehingga tak pernah membangun koloni di daerah yang ramai. Konon, sikap tersebut sudah mereka lakukan sejak berabad silam saat Kerajaan Bugis masih jaya. Namun, oleh raja-raja zaman dahulu, kelainan tersebut sempat dianggap tanda kepemilikan kesaktian yang membuat mereka sering dipilih menjadi pengawal raja. Di tengah hiruk pikuk kemajuan zaman, kaum To Balo seakan tenggelam ditelan kesunyian pelosok tempat tinggal mereka. Populasi ini kini tinggal segelintir. Maklum, menurut kepercayaan mereka, jumlah satu keluarga tak boleh lebih dari 10 orang. Jika tidak, keluarga ke-11 dan berikutnya harus mati. Entah dibunuh langsung atau dibuang ke suatu tempat sampai diyakini tak bernyawa. Satu di antara yang sedikit itu tersebutlah keluarga Nuru bin Rien. Bersama satu istri, dua anaknya Rakdak dan Mantang, serta beberapa anggota keluarga, dia membangun sebuah gubuk di sebuah sudut Pegunungan Bulu Pao. Di petak sempit inilah, kehidupan Nuru sekeluarga terkotak. Mereka bercengkrama, memasak, bercocok tanam ubi, jagung, dan kacang, serta mengolah gula merah. Tapi sesekali mereka turun gunung juga untuk menjual hasil bercocok tanam serta gula merah ke Pasar Kamboti, Desa Bulo-Bulo. Dari pekerjaan ini, mereka menerima duit yang tak seberapa. Tapi hasil itu sudah membuat senyum mereka tersungging. Cukuplah untuk membeli persediaan ikan asin selama sepekan dan sepasang sandal jepit yang sudah lama diidamkan Rakdak, putra sulung Nuru yang kini duduk di kelas empat sekolah dasar. “Aku ingin jadi polisi,” kata Rakdak dengan tatapan mata lugu ketika ditanya soal cita-citanya. Sebuah keinginan sederhana bagi sebagian orang tapi bak bintang buat Rakdak dan keluarganya. Betapa tidak, Rakdak tak bisa setiap hari ke sekolah karena jarak yang harus ditempuh dari rumahnya dengan berjalan kaki sekitar tiga jam. Belum lagi kegiatan rutinnya. Saban pulang sekolah, bocah yang kini duduk di SD Instruksi Presiden (Inpres) Bulo-Bulo, Kecamatan Pujananting, Kabupaten Barru, ini mesti menjaga adiknya. Kalau tidak, Rakdak menggembalakan kuda yang diberikan pemerintah setempat beberapa waktu silam. Kalaupun bisa belajar, dia tak memiliki peralatan yang lengkap. Pun penerangan hanya didapat dari sinar lampu teplok. Tapi seperti ketangguhannya menaklukkan alam sekitar, begitu pula semangat Rakdak untuk menjadi pintar. Setidaknya sampai sekarang dia tak meninggalkan status pelajar seperti yang dijalani anak-anak Tobalo yang akhirnya sibuk bermain dan membantu keluarga.
Kelainan yang diidap kaum To Balo bukanlah penyakit melainkan pembawaan gen. Namun, masyarakat setempat meyakininya sebagai kutukan dewa. Alkisah suatu hari, ada satu keluarga yang menyaksikan sepasang kuda belang jantan dan betina yang hendak kawin. Bukan hanya menonton, keluarga itu juga menegur dan mengusik kelakuan kedua kuda itu. Maka marahlah dewa lantas mengutuk keluarga ini berkulit seperti kuda belang atau balo. Ada pula kisah versi lain. Para kaum Tobelo percaya, manusia dan kuda turun bersama dari langit saat pertama bumi diciptakan. Artinya, hewan berkaki empat itu bersaudara dengan manusia. Nah, orang-orang yang percaya dengan cerita ini otomatis akan berkulit belang.
Kaum To Balo bisa keluar dari masalah kulit ini jika mereka menikah dengan orang lain yang punya gen kulit normal. “Selama ini kebanyakan mereka kawin antarmereka saja. Padahal terbukti, jika ada kaum To Balo yang kawin dengan orang di luar kelompoknya, sang anak akan berkurang belangnya”. Kelihatannya, perlu ada penyuluh yang menyambangi mereka ke dusun terpencil itu untuk menjelaskan keadaan sebenarnya. Agar mereka segera keluar dari keterkungkungan yang disebabkan perasaan berbeda dari manusia lain.

Rabu, 18 Februari 2015

หลักศิลาจารึกในภูมิภาคมลาย

โดย นิอับดุลรากิ๊บ บินนิฮัสซัน

หลักศิลาจารึกในภูมิภาคมลายู

              หลักศิลาจารึกมีการใช้ภาษต่าง ๆ เช่น

             หลักศิลาจารึกที่ใช้ภาษาสันสกฤต

- หลักศิลาจารึก Malawarman, เมือง Kuta สร้างประมาณปี

- หลักศิลาจารึก Tarumanagara,Ciaruteun จังหวัดชวาตะวันตก สร้างปี

       หลักศิลาจารึกที่ใช้ภาษามลายู

- หลักศิลาจารึก Kedukan bukit จังหวัดสุมาตราใต้ สร้างปี 683

- หลักศิลาจารึก Talang Tuwo, จังหวัดสุมาตราใต้ สร้างปี684

- หลักศิลาจารึก Kata Kapur จังหวัด Bangka Belitungสร้างปี 686

- หลักศิลาจารึก karang Brahiจังหวัดจัมบี สร้างปี 692

- หลักศิลาจารึก Telaga Batu

- หลักศิลาจารึก Melayu Gandasuli,Temanggung,จังหวัดชวากลางสร้างปี 832

- หลักศิลาจารึก Laguna,Manilaประเทศฟิลิปปินส์สร้างปี 900

- หลักศิลาจารึก Terengganu,Kuala Berang,Terengganu สร้างปี 1303

- หลักศิลาจารึก Minye Tujuh,Minye Tjujuh ,Acehสร้างปี 1380

*หลักศิลาจารึก Terengganu เป็นหลักศิลาจารึกเดียวที่ใช้ภาษามลายูจารึกด้วยอักขระยาวี

หลักศิลาจารึกภาษาชวา

- หลักศิลาจารึก Sukabumi,Sukabumi,Pare,Kediri จังหวัดชวาตะวันออกสร้างปี 804

- หลักศิลาจารึก Kakawin Tertua Jawaสร้างปี 856

- หลักศิลาจารึก Singhasari1351, Singosari, จังหวัดชวาตะวันออกสร้างปี 1351

- หลักศิลาจารึก Ngadoman,Ngadoman(Salatiga)จังหวัดชวากลาง สร้างปี 1450

- หลักศิลาจารึก Pakubuwanax,Surakarta จังหวัดชวากลางสรร้างปี 1938

             หลักศิลาจารึกภาษาบาลี

- หลักศิลาจารึก Bebetin,จังหวัดบาหลีสร้างปี 1049 ซึ่งเป็นการคัดลอกจากหลักศิลาจารึกดั้งเดิมที่สร้างปี  

        896

      หลักศิลาจารึกภาษาซุนดา

    - หลักศิลาจารึก Astana Gede,Kawaliจังหวัดชวาตะวันตกสร้างปี 1350

       หลักศิลาจารึกภาษามลายูโบราณ(จาม)

     - หลักศิลาจารึก Dong Yen Chaoเป็นหลักศิลาเป็นหลักศิลาจารึกทีสร้างขึ้นในสมัยศตวรรษที่ 4


การวิวัฒนาการของภาษามลายู

นักภาษาศาสตร์ได้แบ่งการพัฒนาการของภาษามลายูออกเป็น  3  ระดับ  คือ

1.  ภาษามลายูโบราณ (Bahasa Melayu Kuno)

2.  ภาษามลายูคลาสสิค (Bahasa Melayu  Klasik)

3.  ภาษามลายูสมัยใหม่ (Bahasa Melayu  Moden)


ภาษามลายูโบราณ

เป็นส่วนหนึ่งของตระกูลภาษานูซันดารา  มีความรุ่งเรื่องตั้งแต่ศตวรรษที่  7 จนถึงศตวรรษที่  13 ในสมัยอาณาจักรศรีวิชัย  เป็นภาษา lingua  franca  (ภาษาที่ใช้ในการติดต่อสื่อสารระหว่างกัน)  และเป็นภาษาที่ใช้ในการปกครอง  ผู้ที่พูดภาษามลายูโบราณ  ส่วนใหญ่จะอยู่ในแหลมมลายู  ,หมู่เกาะเรียว  และสุมาตรา

ภาษามลายูโบราณกลายเป็นภาษา lingua  franca  และภาษาที่ใช้ในการปกครองเพราะ

1.  มีลักษณะเรียบง่าย  และง่ายต่อการรับอิทธิพลจากภายนอก

2.  ไม่มีการผูกติดกับความแตกต่างทางชนชั้นของสังคม

3.  มีระบบที่ง่ายกว่าเมื่อเปรียบเทียบกับภาษาชวา

ภาษาชวานั้นค่อนข้างจะยากต่อการสื่อสาร เพราะว่าถ้าผู้พูดมีสถานะทางชนชั้นที่แตกต่างกันหรือมีวิจัยที่แตกต่างกัน  ความหมายหนึ่งจะใช้คำที่แตกต่างกันตามสถานะหรือวัยของผู้พูด  ภาษามลายูโบราณได้รับอิทธิพลจากระบบของภาษาสันสฤตมีการใช้คำสันสฤตในการสร้างคำที่เป็นเชิงความรู้

ภาษามลายูง่ายต่อการรับอิทธิพลของภาษาสันสฤตนั้นเป็นเพราะ

1.  อิทธิพลของศาสนาฮินดู

2.  ภาษาสันสฤตอยู่ในสถานะของภาษาของชนชั้นขุนนางและมีสถานะทางสังคมที่ค่อนข้างสูง

3.  ภาษามลายูง่ายต่อการใช้ตามสถานการณ์และตามความต้องการของผู้พูด

ภาษามลายูโบราณที่มีตามหลักศิลาจารึกในศตวรรษที่  7  ซึ่งเขียนด้วยอักขระปัลลาวา (Pallawa)

- ศิลาจารึก  Kedukan  Bukit , Palembang (683)

- ศิลาจารึก Talanh Ruwo ใกล้กับ Palembang (684)

- ศิลาจารึก Kota Kampur , Pulau Bangka (686)

- ศิลาจารึก Karang Brahi , meringin.Jambi (686)

ภาษามลายูโบราณที่มีในหลักศิลาจารึกที่  Gandasuli , ชวากลาง (832)  เขียนด้วยอักขระ Nagiri

ลักษณะของภาษามลายูโบราณ

- เติมไปด้วยคำที่ยืมมาจากภาษาสันสกฤต

- การสร้างประโยคมีลักษณะของภาษามลายู

- เสี่ยง บ (B)  จะเป็นเสียง ว (W) ในภาษามลายูโบราณ  เช่น  บูลัน  -  วูลัน (เดือน) 

- เสี่ยง อือไม่มี เช่น Dengan (ดืองัน) – Dangan (ดางัน) – กับ

- คำว่า Ber  จะเป็น Mar  ในภาษามลายูโบราณ  เช่น  berlepas – marlapas

- คำว่า di  จะเป็น Ni  ในภาษามลายูโบราณ  เช่น  diperbuat – miparwuat

- อักขระ ฮ (h)  จะหายไปในภาษามลายูสมัยใหม่  เช่น  Semua – samuha , Saya – Sahaya

            การเปลี่ยนจากภาษามลายูโบราณสู่ภาษามลายูคลาสสิค

การเปลี่ยนแปลงของภาษามลายูจากภาษามลายูโบราณสู่ภาษามลายูคลาสสิคนั้นมีความเกี่ยวข้องกับอิทธิพลของศาสนาที่เริ่มมั่นคงในเอเชียตะวันออกเฉียงใต้ตั้งแต่ศตวรรษที่  13 หลังจากนั้นภาษามลายูได้เกิดการเปลี่ยนแปลง ไม่ว่าเรื่องโครงสร้างและการเขียนมีหลักศิลาจารึก  3  หลัก  ที่มีความสำคัญ  คือ

1.  หลักศิลาจารึก  Pagar Ruyung, Minangkabau  (1356)

-  เขียนด้วยอักขระอินเดีย

-  มีคำมลายูโบราณ  และมีคำกลอนภาษาสันสกฤต

-  มีความแตกต่างเล็กน้อยจากภาษาที่ใช้ในหลักศิลาจารึกในศตวรรษที่  7

2.  หลักศิลาจารึก Minye  Tujuh , Acheh (1380)

-  ยังคงเขียนด้วยอักขระอินเดีย

-  เป็นครั้งแรกที่มีการใช้คำภาษาอาหรับ  เช่น คำว่า Nabi, Allah และ Rahmat

3.  หลักศิลาจารึก  Kuala  Berang , Terengganu (1303)

-  เขียนด้วยอักขระยาวี

-  เป็นหลักฐานว่าอักขระยาวีมีการใช้ในภาษามลายูในศตวรรษดังกล่าว

ทั้งสามหลักศิลาจารึกนี้เป็นหลักฐานสุดท้ายถึงการพัฒนาการของภาษามลายู  เพราะหลังจากศตวรรษที่  14  แล้วเริ่มเกิดวรรณกรรมมลายูในรูปแบบของการเขียน

ความรุ่งเรืองของภาษามลายูคลาสสิค  แบ่งออกเป็น 3 สมัย  คือ

1. สมัยอาณาจักรมะละกา

2. สมัยอาณาจักรอาเจะห์

3. สมัยอาณาจักรโยโฮร์ – เรียว

บรรดานักเรียนที่มีชื่อเสียงคือ Hanzah  Fansuri , Syamsuddin A1 – Suma trani , Syeikh Nuruddin  A1 – Raniry และ Abdul Rauf  A1 – Singkel

ลักษณะของภาษามลายูคลาสสิค

- ประโยคจะยาว , ซ้ำ ๆ และซับซ้อน

- ใช้ภาษาวัง  

- มักใช้คำว่า Sebermula , alkisah ,hatta , adapun

- มักใช้คำว่า pun และ lah

ภาษามลายูสมัยใหม่

เริ่มตั้งแต่ศตวรรษที่  19  งานเขียนของ Munshi  Abdullan  ถือว่าเป็นงานเขียนแรกเริ่มของยุคภาษามลายูสมัยใหม่


Isnin, 16 Februari 2015

Timeline Politik Dato' Sri Anwar Ibrahim

Oleh Nik Abdul Rakib Bin Nik Hassan

28 Jun 2008 : Bekas pembantu Ketua Pembangkang, Datuk Seri Anwar Ibrahim, Mohamad Saiful Bukhari Azlan, membuat laporan polis mendakwa Anwar meliwatnya di sebuah kondominium di Damansara.

30 Jun 2008 : Anwar memfailkan saman fitnah terhadap Saiful yang membuat laporan polis ke atasnya bagi tuduhan liwat, dengan mendakwa laporan itu palsu dan berniat jahat.

7 Ogos 2008 : Anwar, penasihat Parti Keadilan Rakyat (PKR) mengaku tidak bersalah di Mahkamah Sesyen di sini atas pertuduhan meliwat bekas pembantunya, Mohamad Saiful Bukhari Azlan, 23, di Unit 11-5-1 Kondominium Desa Damansara, Jalan Setiakasih, Bukit Damansara, antara 3.10 petang dan 4.30 petang pada 26 Jun 2008.
Beliau dituduh mengikut Seksyen 377B Kanun Keseksaan yang membawa hukuman maksimum penjara 20 tahun dan sebat jika sabit kesalahan.
Hakim S M Komathy Suppiah membenarkan Anwar dibebaskan dengan bon peribadi RM20,000 tanpa penjamin.

7 Nov 2008 : Hakim Mahkamah Sesyen S M Komathy Suppiah memutuskan supaya kes liwat Anwar dibicarakan di Mahkamah Sesyen selepas mendapati sijil untuk memindahkan kes itu ke Mahkamah Tinggi yang ditandatangani oleh Peguam Negara Tan Sri Abdul Gani Patail, tidak sah.
Dalam menolak permohonan pendakwaan (supaya kes itu dipindahkan ke Mahkamah Tinggi), Komathy berkata sijil itu bercanggah dengan jangkaan perundangan Anwar bahawa Abdul Gani tidak akan terbabit dalam kes itu.

5 Mac 2009 : Mahkamah Tinggi memutuskan kes liwat itu dibicarakan di Mahkamah Tinggi dan bukannya di Mahkamah Sesyen.
Hakim Mahkamah Tinggi Kuala Lumpur, Datuk Mohamad Zabidin Mohd Diah membuat keputusan itu berikutan permohonan pihak pendakwaan supaya dikaji semula keputusan Mahkamah Sesyen mengekalkan perbicaraan kes itu di Mahkamah Sesyen.
Beliau berkata Hakim Mahkamah Sesyen S M Komathy Suppiah terkhilaf dalam memutuskan bahawa sijil pemindahan kes itu yang ditandatangani oleh Peguam Negara Tan Sri Abdul Gani Patail, tidak sah.

6 Mac 2009 : Anwar memfailkan rayuan di Mahkamah Rayuan terhadap keputusan Mahkamah Tinggi supaya kes liwatnya didengar di Mahkamah Tinggi.

10 Mac 2009 : Mahkamah Tinggi menetapkan 1 hingga 24 Julai sebagai tarikh perbicaraan kes liwat itu.
17 Jun 2009 : Anwar memfailkan permohonan untuk mengetepikan pertuduhan liwat beliau di Mahkamah Tinggi.

6 Nov 2009 : Mahkamah Rayuan menolak permohonan Anwar untuk mendapatkan dokumen penting dan sampel DNA yang didakwanya amat penting untuk pembelaannya dalam perbicaraan bagi pertuduhan liwat yang dihadapinya.
Antara dokumen penting itu ialah kenyataan yang direkodkan daripada saksi iaitu Saiful, Dr Osman Abdul Hamid dari Hospital Pusrawi, pemilik kondominium Hassanuddin Abdul Hamid, kenyataan tiga doktor Hospital Kuala Lumpur, nota ahli kimia dan laporan perubatan.

1 Dis 2009 : Mahkamah Tinggi memutuskan bahawa ia tidak boleh membatalkan pertuduhan meliwat terhadap Anwar hanya berdasarkan laporan perubatan yang menyatakan ketiadaan penetrasi.
Semasa menolak permohonan Anwar untuk mengetepikan pertuduhan liwatnya, Hakim Datuk Mohamad Zabidin Mohd Diah berkata laporan perubatan tidak boleh dijadikan asas untuk mahkamah menggunakan kuasa untuk membatalkan pertuduhan itu.

3 Feb 2010 : Perbicaraan kes liwat Anwar dimulakan dengan Saiful memberi keterangan sebagai saksi pertama. Perbicaraan itu, di hadapan Hakim Mohamad Zabidin, bermula selepas 18 bulan Anwar dituduh pada Ogos 2008.
Dalam keterangannya, Saiful memberitahu bahawa Anwar yang didakwa meliwatnya, mengajaknya untuk melakukan hubungan seks di luar tabii.
Saiful berkata insiden itu berlaku pada 26 Jun 2008 selepas beliau dan Anwar selesai berbincang mengenai jadual kerja di sebuah unit kondominium Desa Damansara di sini.

5 Feb 2010 : Saiful memberitahu Mahkamah Tinggi bahawa beliau tidak membuang air besar selama dua hari selepas diliwat oleh Anwar. Beliau juga memberi keterangan bahawa seluar yang dipakainya pada hari insiden itu berlaku adalah hadiah daripada Anwar.

9 Feb 2010 : Perbicaraan kes liwat itu ditangguhkan sekali lagi bagi membolehkan pihak pembelaan memfailkan maklum balas kepada afidavit jawapan terhadap permohonan Anwar supaya hakim menarik diri.
Ia ditangguhkan selepas pembelaan memohon supaya Hakim Mohamad Zabidin Mohd Diah menarik diri daripada mendengar kes itu dengan alasan beliau bertindak berat sebelah.

18 Feb 2010 : Anwar gagal dalam cubaannya untuk meminta Hakim Mohamad Zabidin menarik diri daripada mendengar perbicaraan kes liwatnya.
Hakim Mohamad Zabidin, semasa menolak permohonan itu, memutuskan bahawa tidak ada sebab beliau perlu menarik diri daripada menghakimi kes itu, dan jika beliau berbuat demikian, ia seperti melarikan diri daripada tanggungjawabnya.

25 Feb 2010 : Anwar gagal dalam cubaannya untuk mendapatkan dokumen-dokumen penting termasuk contoh spesimen DNA Saiful sebelum bermulanya perbicaraan kes liwatnya, selepas Mahkamah Persekutuan menolak permohonannya.

3 Mac 2010 : Semasa pemeriksaan balas oleh peguam Anwar, Karpal Singh, Mohd Saiful memberitahu Mahkamah Tinggi bahawa beliau tidak membasuh duburnya selepas insiden liwat yang didakwa berlaku pada 26 Jun 2008 kerana beliau mahu "simpan bukti".
Saiful, saksi utama terhadap kes liwat ketua pembangkang itu, juga memberitahu bahawa beliau tidak mandi selepas insiden itu sebaliknya hanya menyiram tubuhnya.
Beliau mandi pada pagi sebelum insiden itu berlaku, katanya.
16 Ogos 2010 : Anwar gagal dalam cubaan keduanya untuk menggugurkan pertuduhan liwat terhadap dirinya selepas permohonannya ditolak oleh Mahkamah Tinggi.
Dalam usahanya menggugurkan pertuduhan itu, Anwar mendakwa integriti dan kesaksamaan keseluruhan pasukan pendakwaan adalah dicurigai berikutan dakwaan wujudnya hubungan antara Saiful dengan seorang daripada anggota pendakwaan.

20 Sept 2010 : Mahkamah Rayuan menolak rayuan Anwar untuk membatalkan pertuduhan liwatnya kerana ia tidak ada bidang kuasa untuk mendengar dan menentukan perkara berkenaan.

6 Dis 2010 : Anwar sekali lagi gagal dalam cubaan keduanya meminta Hakim Mohamad Zabidin menarik diri daripada menghakimi perbicaraan kes liwatnya selepas Mahkamah Tinggi menolak permohonannya.
Anwar memohon penarikan diri hakim itu berikutan keengganannya mengenakan tindakan terhadap Utusan Malaysia kerana menghina mahkamah kerana mengeluarkan laporan yang didakwa pihak pembelaan sebagai prejudis kepada kes itu.

14 Dis 2010 : Bapa Saiful, Azlan Mohd Lazim, merayu kepada Yang di-Pertuan Agong Tuanku Mizan Zainal Abidin supaya membantu mempercepatkan kes membabitkan anak lelakinya itu.

14 Jan 2011 : Mahkamah Rayuan menolak rayuan Ketua Pembangkang itu untuk mengetepikan keengganan Hakim Mohamad Zabidin menarik diri daripada mendengar perbicaraan itu.

16 Mei 2011 : Mahkamah Tinggi memerintahkan Anwar membela diri atas tuduhan meliwat Saiful tiga tahun lalu, selepas pihak pendakwaan membuktikan kes prima facie terhadap Anwar.
Dalam penghakimannya, Hakim Mohamad Zabidin berkata saksi utama, Saiful, adalah seorang saksi yang benar, boleh dipercayai dan diyakini.

6 Jun 2011 : Anwar gagal dalam percubaan ketiganya supaya Hakim Mohamad Zabidin menarik diri daripada mendengar perbicaraan kes liwatnya. Beliau mengemukakan permohonan itu atas alasan terdapat prapenghakiman dan sikap berat sebelah oleh hakim itu apabila memutuskan bahawa Saiful adalah seorang saksi yang boleh dipercayai pada penggulungan kes pendakwa.

22 Ogos 2011 : Anwar yang memilih untuk memberi keterangan dari kandang tertuduh apabila membacakan kenyataannya yang setebal 32 muka surat, menafikan beliau mengadakan hubungan seks dengan Saiful.
Anwar mempunyai tiga pilihan - memberi keterangan dari kandang saksi yang bermakna beliau boleh disoal balas oleh pihak pendakwaan; memberi keterangan dari kandang tertuduh yang bermakna beliau tidak boleh diperiksa balas oleh pihak pendakwaan tetapi dalam membuat keputusan, mahkamah mengambil kira fakta bahawa pihak pendakwaan belum menyoal balas tertuduh; atau memilih untuk berdiam diri.
Pada perbicaraan kes liwatnya yang pertama pada 1998, Anwar memberi keterangan dari kandang saksi.

6 Okt 2011: Mahkamah Tinggi memutuskan tidak perlu bagi Perdana Menteri, Datuk Seri Najib Razak dan isteri, Datin Seri Rosmah Mansor memberi keterangan sebagai saksi pembela dalam perbicaraan kes liwat Anwar.
Mahkamah membuat keputusan itu selepas membenarkan permohonan Najib dan Rosmah untuk mengetepikan sapina yang mengarahkan mereka menjadi saksi untuk pihak pembela pada perbicaraan kes liwat itu.
Hakim Mohamad Zabidin berkata selepas meneliti afidavit, hujah daripada pihak berkaitan, mahkamah bersetuju dengan peguam yang mewakili Najib dan Rosmah bahawa Anwar gagal menunjukkan kerelevanan dan kepentingan apabila mengemukakan sapina kepada perdana menteri dan isteri.

9 Jan 2012 : Mahkamah Tinggi membebas dan melepaskan Anwar daripada tuduhan meliwat Saiful. Penghakiman 80 muka surat oleh Hakim Mohamad Zabidin menunjukkan adanya kemasukan zakar tetapi ia tidak disokong oleh bukti-bukti lain.
Beliau berkata mahkamah tidak boleh 100 peratus yakin mengenai integriti sampel yang diambil untuk ujian DNA daripada Saiful kerana sampel itu mungkin telah dikompromi sebelum tiba di Jabatan Kimia untuk dianalisis.

9 Julai 2012 : Pihak pendakwaan mengemukakan petisyen rayuan mengandungi sembilan alasan, yang antara lain, supaya Anwar disabitkan atas tuduhan liwat mengikut Seksyen 377B Kanun Keseksaan.

12 Sept 2012 : Anwar menarik balik samannya terhadap Mohd Saiful kerana membuat laporan polis terhadapnya kerana meliwat dan mendakwa laporan itu bersifat palsu dan berniat jahat.

22 Feb 2013 : Mahkamah Rayuan menetapkan dua hari dari 22 Julai 2013 untuk mendengar rayuan pendakwaan terhadap pembebasan Anwar.

18 Sept 2013 : Mahkamah Rayuan menolak permohonan Anwar untuk melucutkan kelayakan peguam kanan Tan Sri Muhammad Shafee Abdullah sebagai pendakwa raya bagi mengetuai pasukan pendakwaan dalam rayuannya terhadap keputusan membebaskan Anwar daripada tuduhan liwat.

2 Okt 2013 : Mahkamah Rayuan menetapkan dua hari mulai 11 Disember untuk mendengar rayuan pihak pendakwa terhadap pembebasan Anwar.

21 Nov 2013 : Anwar gagal dalam rayuannya di Mahkamah Persekutuan untuk melucutkan kelayakan Muhammad Shafee Abdullah daripada bertindak sebagai pendakwa raya untuk mengetuai pasukan pendakwaan dalam kes rayuannya.
Anwar mengemukakan permohonan dengan alasan bahawa Muhammad Shafee tidak boleh bertindak sebagai pendakwa raya dalam kes rayuan itu kerana beliau (Muhammad Shafee) adalah saksi penting pada perbicaraan kes liwat.

11 Dis 2013 : Anwar gagal dalam permohonannya bagi kali kedua untuk melucutkan kelayakan Muhammad Shafee.

20 Dis, 2013 : Anwar gagal dalam permohonannya bagi kali kedua untuk melucutkan kelayakan Muhammad Shafee mengetuai pihak pendakwa raya. Ketika menolak permohonan Anwar, Mahkamah Rayuan memutuskan permohonan itu tidak mempunyai merit.
Kali ini, Anwar menggunakan maklumat daripada akuan berkanun bekas Ketua Jabatan Siasatan Jenayah Kuala Lumpur, Datuk Mat Zain Ibrahim sebagai alasan untuk mengemukakan permohonan.

6 dan 7 Mac 2014 : Mahkamah Rayuan mendengar hujah daripada Muhammad Shafee dan peguam Karpal Singh.

7 Mac 2014 : Anwar dijatuhi hukuman penjara lima tahun oleh Mahkamah Rayuan selepas mahkamah mendapatinya bersalah meliwat Mohd Saiful, enam tahun lepas.
Hakim Datuk Balia Yusof Wahi yang mengetuai panel tiga hakim mendengar rayuan pendakwa dalam kes itu, bagaimanapun membenarkan permohonan Anwar bagi penangguhan pelaksanaan hukuman, sementara menunggu keputusan rayuan dengan mengenakan ikat jamin RM10,000 dengan seorang penjamin.
Ketika mengetepikan keputusan Mahkamah Tinggi untuk membebaskan Anwar, Hakim Balia berkata mahkamah dengan sebulat suara memutuskan bahawa hakim perbicaraan telah tersilap dalam penghakimannya bahawa integriti sampel DNA yang digunakan dalam kes itu telah dikompromi.
Karpal Singh, ketika ditemui pemberita kemudian, berkata berikutan keputusan itu, Anwar tidak dapat mengemukakan borang penamaan calon bagi pilihan raya kecil DUN Kajang pada 10 Mac.

24 April, 2014 : Ketua Pembangkang mengemukakan petisyen rayuan terhadap hukuman penjara lima tahun atas kesalahan liwat di Pejabat Pendaftar Mahkamah Persekutuan dengan mengemukakan 35 alasan mengapa sabit kesalahan dan hukuman ke atasnya harus diketepikan.

14 Ogos 2014 : Mahkamah Persekutuan menetapkan 28 dan 29 Okt untuk mendengar rayuan akhir Anwar. Datuk Seri Gopal Sri Ram mengetuai pasukan pembela berikutan kematian peguam Karpal Singh yang terkorban dalam nahas jalan raya pada 17 April.

14 Okt 2014 : Mahkamah Persekutuan memutuskan Muhammad Shafee ialah seorang yang sesuai dan layak untuk mengetuai pasukan pendakwa dalam kes rayuan Anwar pada 28 Okt.
Panel lima hakim yang diketuai Ketua Hakim Negara Tun Arifin Zakaria mencapai keputusan itu dengan sebulat suara, berkata saluran yang sesuai untuk Anwar mencabar pelantikan Muhammad Shafee ialah melalui semakan kehakiman dan bukan melalui notis usul.

28 dan 29 Okt 2014: Mahkamah Persekutuan mula mendengar hujah daripada pihak pembela dan pendakwa.

7 Nov 2014: Selepas lapan hari prosiding, Mahkamah Persekutuan menangguhkan ke satu tarikh lain keputusan rayuan akhir kes liwat Anwar.

26 Jan 2015: Mahkamah Persekutuan menetapkan 10 Februari keputusan rayuan akhir kes liwat Anwar terhadap Saiful.

10 Feb 2015: Datuk Seri Anwar Ibrahim didapati bersalah selepas Mahkamah Persekutuan menolak rayuan akhir Ketua Pembangkang itu untuk mengenepikan hukuman penjara lima tahun yang dikenakan Mahkamah Rayuan terhadap beliau kerana meliwat bekas pembantunya, Mohd Saiful Bukhari Azlan.

Rabu, 4 Februari 2015

"ศูนย์นูซันตาราศึกษา" นาวาเล็กๆในมหาสมุทร"โลกวัฒนธรรมมลายู"


โดย นิอับดุลรากิ๊บ บินนิฮัสซัน
       เมื่อวันที่ 7 กรกฎาคม 2007 หรือ 07-07-07 เมื่อ 6 ปีกว่าๆที่ผ่านมา ผู้เขียนได้ร่วมกับนักศึกษามลายูศึกษาอีก 2 คน ถือว่าวันเดือนปีเลขสวยนี้ก็ได้จัดตั้ง"ศูนย์นูซันตาราศึกษา" หรือ “Nusantara Studies Center” เพื่อเป็นหน่วยงานทางเลือก และหน่วยงานคู่ขนานเพื่อสนับสนุนกิจกรรมภายนอกของแผนกวิชามลายูศึกษา ภาควิชาภาษาตะวันออก คณะมนุษยศาสตร์และสังคมศาสตร์ มหาวิทยาลัยสงขลานครินทร์ วิทยาเขตปัตตานี ด้วยการทำกิจกรรมภายนอกของแผนกวิชามลายูศึกษา บางโครงการ บางครั้งค่อนข้างมีปัญหา

          แรกเริ่มผู้เขียนจะใช้ชื่อว่า “ศูนย์มลายูศึกษา” หรือ “Malay Studies Center” แต่อาจารย์มัสนูร์ มุสลิค (Masnur Muslich) ปัจจุบันเสียชีวิตแล้ว อาจารย์ชาวอินโดเนเซียจากมหาวิทยาลัยแห่งรัฐมาลัง (State University of Malang) เมืองมาลัง ประเทศอินโดเนเซีย ท่านเคยมาสอนที่แผนกวิชามลายูศึกษา ได้เสนอให้ใช้คำว่า “นูซันตารา” แทนคำว่า“มลายู” ซึ่งคำว่า“นูซันตารา”จะได้รับการยอมรับในอินโดเนเซียมากกว่า เพราะในอินโดเนเซียมีการตีความของคำว่า“มลายู”ที่แตกต่างจากมาเลเซีย บรูไน สิงคโปร์ และจังหวัดชายแดนภาคใต้

           การทำกิจกรรมของ"ศูนย์นูซันตาราศึกษา" นอกจากการสร้างเครือข่ายกับนักวิชาการ นักกิจกรรมทางสังคมในประเทศต่างๆในกลุ่มโลกวัฒนธรรมมลายู อันประกอบด้วยอินโดเนเซีย มาเลเซีย บรูไน สิงคโปร์ ยังสามารถสร้างเครือข่ายกับนักวิชาการชาวมลายู/มลายูศึกษาในประเทศอื่นๆอีกด้วย ไม่ว่าจากประเทศฟิลิปปินส์ ศรีลังกา อัฟริกาใต้ อังกฤษ เยอรมัน ฮอลันดา ตีมอร์เลสเต้ นอกจากนั้นมีกิจกรรมพานักศึกษามลายูศึกษาเพื่อสัมผัสพื้นที่จริงในกลุ่มประเทศอาเซียน โดยนักศึกษามลายูศึกษาได้เดินทางมาแล้วทั้งในประเทศมาเลเซีย อินโดเนเซีย บรูไน สิงคโปร์ ฟิลิปปินส์ ลาว เวียดนาม กัมพูชา  มีเพียงเมียนมาร์เท่านั้นที่นักศึกษามลายูศึกษายังไม่ได้สัมผัส

      ศาสตาราจารย์ ดร. ครองชัย  หัตถา นักวิชาการนามอุโฆษแห่งมหาวิทยาลัยสงขลานครินทร์ หนึ่งในคณะที่ปรึกษาของ"ศูนย์นูซันตาราศึกษา"ได้กล่าวว่า "ศูนย์นูซันตาราศึกษา"ได้ก้าวข้ามพ้นมหาวิทยาลัยสงขลานครินทร์ วิทยาเขตปัตตานีแล้ว ก็นับว่าเป็นความจริง แม้จะเป็นนาวาเล็กๆในจังหวัดชายแดนภาคใต้ รวมทั้งในโลกวัฒนธรรมมลายู แต่ก็ได้สร้างเครือข่ายกว้างใหญ่กับหน่วยงาน องค์กรภายนอก เช่น สร้างความร่วมมือกับ สถาบันวิจัยและเผยแพร่วัฒนธรรมมลายู เมืองยอกยาการ์ตา (Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu Yogyakarta) ประเทศอินโดเนเซีย ผู้จัดทำเว็บไซต์ Melayuonline เป็นเว็บไซต์ที่มีผู้คนเข้าไปดูมากถึง 96,244,271 คน (9 มกราคม 2014) หรือความร่วมมือกับ ศูนย์วิจัยอารยธรรมมลายูนูซันตารา (Pusat Riset Tamadun Melayu Nusantara) ของมหาวิทยาลัยอินโดเนเซีย

       นอกจากนั้น"ศูนย์นูซันตาราศึกษา"ยังได้รับการยอมรับในระดับภูมิภาค โดยเป็นคณะกรรมการขององค์กรโลกมลายูโลกมุสลิม หรือ Dunia Melayu Dunia Islam ซึ่งเป็นองค์กรที่สร้างเครือข่ายทางสังคม วัฒนธรรม เศรษฐกิจระหว่างสมาชิกในโลกมลายูโลกมุสลิม และเป็นคณะทำงานขององค์กรมลายูโปลีเนเซียแห่งโลก หรือ World Malay-Polynesian Organisation  ส่วนการดำเนินกิจกรรมทางวรรณกรรมมลายู ภาษามลายู วัฒนธรรมมลายู นับว่า"ศูนย์นูซันตาราศึกษา"ได้รับการยอมรับเช่นเดียวกัน

ประมวลภาพกิจกรรมส่วนหนึ่งที่"ศูนย์นูซันตาราศึกษา"ได้ทำ