Khamis, 31 Disember 2015

Pertemuan Penyair Nusantara (PPN)


Oleh Nik Abdul Rakib Bin Nik Hassan
       Penulis mulai terlibat di dalam acara Pertemuan Penyair Nusantara semenjak Pertemuan Penyair Nusantara ke IV di Bandar Seri Begawan. Kemudian kerana penulis mengalami Strok sehingga terpaksa penulis  menghadkan pergerakan dan kegiatan. Walau bagaimanapun masih mengikuti berita perkembangan acara Pertemuan Penyair Nusantara di beberapa tempat.  Semasa The 1st International Poets Gathering di Medan tahun 2007 penulis diberitahu oleh Pak Viddy ( Viddy Daery) supaya penulis ikut serta di dalam acara tersebut. Tetapi kerana sedikit masalah teknikal dengan pihak atasan di universiti terpaksa penulis batalkan hasrat untuk hadir di acara The 1st International Poets Gathering di Medan tahun 2007 itu"

Pertemuan Penyair Nusantara
adalah acara tahunan yang lahir dari Pertemuan Penyair Indonesia The 1st International Poets Gathering di Medan tahun 2007, diselenggarakan oleh Laboratorium Sastra Medan yang diketuai oleh Afrion. Gagasan tentang perlunya forum tahunan tersebut pertama kali dikemukakan oleh pendiri Komunitas Sastra Indonesia (KSI) Ahmadun Yosi Herfanda dan Viddy AD Daery yang saat itu memimpin rapat dalam pertemuan itu.

PPN diikuti oleh para penyair terpilih dari negara Melayu serumpun; Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Thailand melalui seleksi karya. Perhelatan sastra ini, kali pertama diselenggarakan di Medan, tahun 2007. Beberapa nama sastrawan yang membidani PPN di antaranya Ahmadun Yosi Herfanda, Sosiawan Leak, Jumari HS, Mukti Sutarman Espe, Kurnia Effendi, Chavchay Syaefullah (Indonesia), Moh Saleeh Rahamad (Malaysia), Djamal Tukimin (Singapura), Djefri Arif ( Brunei). Selain menerbitkan antologi puisi, PPN juga menggelar acara diskusi dan pertunjukan seni baca puisi.

Latar belakang
Pertemuan Penyair Nusantara merupakan forum tahunan yang lahir dari Pertemuan Penyair Indonesia The 1st International Poets Gathering di Medan tahun 2007, diselenggarakan oleh Laboratorium Sastra Medan yang diketuai Afrion. Gagasan tentang perlunya forum tahunan tersebut pertama kali dikemukakan oleh pendiri Komunitas Sastra Indonesia (KSI) Ahmadun Yosi Herfanda dan Viddy AD Daery yang saat itu memimpin rapat dalam gathering.

Tujuan PPN antara lain agar ada forum bergilir yang mempertemukan para penyair se-Nusantara guna menjalin kerja sama kegiatan, pertukaran karya, dan berbagi informasi perkembangan sastra di negara masing-masing. Maka, pada hari itu, bersama para penyair empat negara yang hadir, dicanangkanlah forum tahunan yang diselenggarakan secara bergilir di lima negara.

Kuratorial
Semua pihak yang terlibat dslam PPN, baik narasumber maupun peserta diseleksi langsung oleh para kurator. Khusus untuk peserta terpilih, sebelumnya panitia mengadakan seleksi terbuka bagi para penyair yang berminat mengikuti, dengan syarat mengirimkan karya sesuai tema yang ditentukan, dengan melampirkan portofolio atau daftar karya, atau daftar aktivitas (kiprah seni) di tengah masyarakat. Untuk penyelenggaraan di Indonesia, provinsi yang menjadi tuan rumah mendapatkan keistimewaan jatah lima puluh calon peserta. Sedang lima puluh calon peserta lainnya diseleksi dari seluruh Indonesia. Adapun seleksi untuk negara serumpun lainnya menjadi tanggung jawab kurator setempat.

Penyelenggaraan
PPN I - Medan
PPN II - Kediri
PPN III - Kualalumpur
PPN IV - Brunei Darussalam
PPN V - Palembang
PPN VI - Jambi
PPN VII - Singapura
PPN VIII - Thailand
PPN IX - Tanjungpinang
PPN X - Banten
PPN XI - Kudus

Rabu, 30 Disember 2015

Prasasti Kedukan Bukit

Oleh Nik Abdul Rakib Bin Nik Hassan
       Prasasti Kedukan Bukit adalah salah satu prasasti yang terpenting dalam pempejaran perkembangan Bahasa Melayu. Disini penulis muatkan maklumat tentang Prasasti Kedukan Bukit yang diambil dari Wikipedia,
Prasasti Kedukan Bukit
ditemukan oleh M. Batenburg pada tanggal 29 November 1920 di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang, Sumatra Selatan, di tepi Sungai Tatang yang mengalir ke Sungai Musi. Prasasti ini berbentuk batu kecil berukuran 45 × 80 cm, ditulis dalam aksara Pallawa, menggunakan bahasa Melayu Kuna. Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional Indonesia dengan nomor D.146.

Keterangan
Pada baris ke-8 terdapat unsur pertanggalan, namun bagian akhir unsur pertanggalan pada prasasti ini telah hilang. Seharusnya bagian tersebut diisi dengan nama bulan. Berdasarkan data dari fragmen prasasti No. D.161 yang ditemukan di Situs Telaga Batu, J.G. de Casparis (1956:11-15) dan M. Boechari (1993: A1-1-4) mengisinya dengan nama bulan Asada. Maka lengkaplah pertanggalan prasasti tersebut, yaitu hari kelima paro-terang bulan Asada yang bertepatan dengan tanggal 16 Juni 682 Masehi.

Menurut George Cœdès, siddhayatra berarti semacam “ramuan bertuah” (potion magique), tetapi kata ini bisa pula diterjemahkan lain. Menurut kamus Jawa Kuna Zoetmulder (1995): sukses dalam perjalanan. Dengan terjemahan tersebut kalimat di atas dapat diubah: “Sri Baginda naik sampan untuk melakukan penyerangan, sukses dalam perjalanannya.”

Dari prasasti Kedukan Bukit, didapatkan data sebagai berikut: Dapunta Hyang berangkat dari Minanga dan menaklukan kawasan tempat ditemukannya prasasti ini (Sungai Musi, Sumatra Selatan). Karena kesamaan bunyinya, ada yang berpendapat Minanga Tamwan adalah sama dengan Minangkabau, yakni wilayah pegunungan di hulu sungai Batanghari.

Ada juga berpendapat Minanga tidak sama dengan Malayu, kedua kawasan itu ditaklukkan oleh Dapunta Hyang, tempat penaklukan Malayu terjadi sebelum menaklukan Minanga dengan menganggap isi prasasti ini menceritakan penaklukan Minanga. Sementara itu Soekmono berpendapat bahwa Minanga Tamwan bermakna pertemuan dua sungai (karena tamwan berarti 'temuan'), yakni Sungai Kampar Kanan dan Sungai Kampar Kiri di Riau, yakni wilayah sekitar Candi Muara Takus. Kemudian ada yang berpendapat Minanga berubah tutur menjadi Binanga, sebuah kawasan yang terdapat pada sehiliran Sungai Barumun (Provinsi Sumatra Utara sekarang). Pendapat lain menduga bahwa armada yang dipimpin Jayanasa ini berasal dari luar Sumatra, yakni dari Semenanjung Malaya.

Kiagus Imran Mahmud dalam bukunya Sejarah Palembang menyatakan bahwa Minanga tidak mungkin Minangkabau, karena istilah tersebut baru muncul setelah masa Sriwijaya. Ia berpendapat bahwa Minanga yang dimaksud adalah Minanga di daerah Komering, Sumatra Selatan. Tamwan berarti pertemuan dua sungai (di Minanga), yaitu Sungai Komering dan Lebong. Tulisan Matayap tidak terlalu jelas sehingga mungkin yang dimaksud adalah Lengkayap, sebuah daerah juga di Sumatra Selatan.

Ahad, 20 Disember 2015

Prasasti Talang Tuo



Oleh Nik Abdul Rakib Bin Nik Hassan
       Prasasti Talang Tuo adalah salah satu prasasti yang terpenting dalam pempejaran perkembangan Bahasa Melayu. Disini penulis muatkan maklumat tentang Prasasti Talang Tuo yang diambil dari Wikipedia,

Prasasti Talang Tuo ditemukan oleh Louis Constant Westenenk (Residen Palembang) pada tanggal 17 November 1920 di kaki Bukit Seguntang / Bukit Siguntang dan dikenal sebagai salah satu peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Keadaan fisiknya masih baik dengan bidang datar yang ditulisi berukuran 50 cm × 80 cm. Prasasti ini berangka tahun 606 Saka (23 Maret 684 Masehi), ditulis dalam Aksara Pallawa, Berbahasa Melayu Kuno,

dan terdiri dari 14 baris. Sarjana pertama yang berhasil membaca dan mengalihaksarakan prasasti tersebut adalah van Ronkel dan Bosch, yang dimuat dalam Acta Orientalia. Sejak tahun 1920 prasasti tersebut disimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta dengan nomor inventaris D.145.p

Berikut di bawah ini adalah terjemahan prasasti tersebut menurut George Cœdès.

Pada tanggal 23 Maret 684 Masehi, pada saat itulah taman ini yang dinamakan Sriksetra dibuat di bawah pimpinan Sri Baginda Sri Jayanasa. Inilah niat baginda: Semoga yang ditanam di sini, pohon kelapa, pinang, aren, sagu, dan bermacam-macam pohon, buahnya dapat dimakan, demikian pula aur, buluh, betung, dan sebagainya;

dan semoga juga tanaman-tanaman lainnya dengan bendungan-bendungan dan kolam-kolamnya, dan semua amal yang saya berikan, dapat digunakan untuk kebaikan semua makhluk, yang dapat pindah tempat dan yang tidak, dan bagi mereka menjadi jalan terbaik untuk mendapatkan kebahagiaan.

Jika mereka lapar waktu beristirahat atau dalam perjalanan, semoga mereka menemukan makanan serta air minum. Semoga semua kebun yang mereka buka menjadi berlebih (panennya). Semoga suburlah ternak bermacam jenis yang mereka pelihara, dan juga budak-budak milik mereka. Semoga mereka tidak terkena malapetaka, tidak tersiksa karena tidak bisa tidur. Apa pun yang mereka perbuat, semoga semua planet dan bintang menguntungkan mereka,

dan semoga mereka terhindar dari penyakit dan ketuaan selama menjalankan usaha mereka. Dan juga semoga semua hamba mereka setia pada mereka dan berbakti, lagipula semoga teman-teman mereka tidak mengkhianati mereka dan semoga istri mereka menjadi istri yang setia. Lebih-lebih lagi, di mana pun mereka berada, semoga di tempat itu tidak ada pencuri,

atau orang yang mempergunakan kekerasan, atau pembunuh, atau penzinah. Selain itu, semoga mereka mempunyai seorang kawan sebagai penasihat baik; semoga dalam diri mereka lahir pikiran Boddhi dan persahabatan (...) dari Tiga Ratna, dan semoga mereka tidak terpisah dari Tiga Ratna itu. Dan juga semoga senantiasa (mereka bersikap) murah hati, taat pada peraturan,

dan sabar; semoga dalam diri mereka terbit tenaga, kerajinan, pengetahuan akan semua kesenian berbagai jenis; semoga semangat mereka terpusatkan, mereka memiliki pengetahuan, ingatan, kecerdasan. Lagi pula semoga mereka teguh pendapatnya, bertubuh intan seperti para mahasattwa berkekuatan tiada bertara, berjaya, dan juga ingat akan kehidupan-kehidupan mereka sebelumnya, berindra lengkap, berbentuk penuh,

berbahagia, bersenyum, tenang, bersuara yang menyenangkan, suara Brahma. Semoga mereka dilahirkan sebagai laki-laki, dan keberadaannya berkat mereka sendiri; semoga mereka menjadi wadah Batu Ajaib, mempunyai kekuasaan atas kelahiran-kelahiran, kekuasaan atas karma, kekuasaan atas noda, dan semoga akhirnya mereka mendapatkan Penerangan sempurna lagi agung.

Kosakata Melayu Kuno
Berikut adalah beberapa kosakata Bahasa Melayu Kuno yang digunakan dalam prasasti ini dan hingga kini masih dapat ditemukan dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Ditemukan banyak persamaan dengan sedikit perubahan, antara lain awalan di- dahulu adalah ni- dan awalan me- dahulu adalah mar- atau ma-.

wulan = bulan
tatkalaña = tatkalanya
niparwuat = diperbuat
sawañakña = sebanyaknya
nitanam = ditanam
ñiyur = nyiur
hanau = enau
rumwiya = rumbia
dangan = dengan
nimakan = dimakan
wuahña = buahnya
tathapi = tetapi
haur = aur
wuluh = buluh
pattun = betung
talaga = telaga
punyaña = punyanya
tmu = temu, bertemu
margga = marga
sukha = suka
niminumña = diminumnya
wuatña = buatnya
manhidupi = menghidupi
prakara = perkara
janan = jangan
waran = barang
wuataña = buatannya
marwwanun = membangun

เยียมบ้านผู้สูงอายุ เกาะบาตัม

โดย  นิอับดุลรากิ๊บ   บินนิฮัสซัน

       ได้เดินทางไปเยี่ยมเมืองบาตัม จังหวัดหมู่เกาะเรียว ประเทศอินโดเนเซีย และได้มีโอกาสไปเยี่ยมบ้านผู้สูงอายุ ซึ่งได้จัดตั้งขึ้นโดยภรรยาของอดีตสมาชิกสภาผู้แทนราษฎรเขตเมืองบาตัม โดยบ้านผู้สูงอายุนี้ ได้จัดกิจกรรมต่างๆสำหรับผู้สูงอายุ รวมทั้งจัดโครงการทัศนศึกษา ประมวลภสพบ้านผู้สูงอายุ