Rabu, 29 Ogos 2007

Laporan Pak Masnur Muslich dari Universitas Negeri Malang semasa di Prince of Songkla University, Pattani.


Oleh Masnur Muslich
LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN TUGAS
DI PRINCE OF SONGKHLA UNIVERSITY (PSU), KAMPUS PATTANI, THAILAND

Kedatangan kami yang diantar oleh dua petugas Konsulat RI Songkhla di PSU Kampus Pattani pada 26 Juni 2006 disambut oleh Dekan Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora (Faculty of Humanities and Social Sciences) dan Ketua Jurusan Bahasa-bahasa Asia Timur. Setelah kami memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuan kedatangan kami, secara teknis kami diperbantukan oleh pihak Fakultas untuk terlibat dalam penanganan Program Studi Pengkajian Melayu (Malay Studies), khususnya membina matakuliah yang silabusnya terdapat topik-topik yang berkaitan dengan masalah Nusantara dana/atau Indonesia.

Hasil pembicaraan kami yang diikuti dengan penugasan ini berimpilkasi bahwa rencana yang telah kami persiapkan untuk membina matakuliah “Bahasa Indonesia” bagi penutur Thai dan matakuliah “Indonesian Studies” tidak bisa dilaksanakan. Yang bisa kami lakukan adalah menyisipkan materi “ke-Indonesia-an” ke dalam matakuliah-matakuliah yang silabusnya terdapat topik-topik yang berkaitan dengan masalah Nusantara dan/atau Indonesia. Kondisi yang kami anggap “tantangan” ini mendorong kami untuk bisa “berkreasi” lebih lanjut agar visi dan misi kami bisa tercapai secara maksimal, dengan memanfaat kondisi yang ada.

2.2.1 Orientasi
Sebelum tugas pokok kami laksanakan, kami mengadakan orientasi singkat yang kami arahkan pada tiga hal, yaitu (1) gambaran umum tentang PSU Kampus Pattani, (2) gambaran umum tentang program Melayu Studies, dan (3) gambaran umum tentang mahasiswa program Melayu Studies. Berdasarkan orientasi ini, kami akan menentukan program dan langkah-langkah konkret selama enam bulan terkait dengan visi, misi, dan tujuan penugasan kami di PSU Kampus Pattani.

Hasil orientasi singkat tersebut terdeskripsikan sebagai berikut.
(1) Gambaran Umum PSU Kampus Pattani

PSU Kampus Pattani merupakan bagian dari PSU yang berada di Thailand Selatan. PSU ini mempunyai tiga kampus, yaitu PSU Hat Yai Campus, PSU Phuket Campus, dan PSU Pattani Campus. Masing-masing kampus mempunyai fakultas dan jurusan/program studi tersendiri.

PSU Hat Yai Campus mempunyai lima fakultas, yaitu (1) Fakultas Agro Industri (Faculty of Agro-Industry), (2) Fakultas Ilmu Kedokteran (Faculty of Medicine), (3) Fakultas Ilmu Keperawatann (Faculty of Nursing), (4) Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam (Faculty of Sciences), dan (5) Fakultas Ilmu Managemen (Faculty of Management Sciences).

PSU Phuket Campus mempunyai satu fakultas, yaitu Fakultas Ilmu Industri Jasa (Faculty of Service Industies).

PSU Pattani Campus memiliki empat fakultas dan dua lembaga setingkat fakultas yang diberi nama “College” dan “Institut”, yaitu (1) Fakultas Ilmu Pendidikan (Faculty of Education), (2) Fakultas Ilmu Komunikasi (Faculty of Communication Science ), (3) Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (Faculty of Humanities and Social Sciences), (4) Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknologi (Faculty of Science and Technology), (5) College of Islamic Studies (CIS), dan (6) Institute of South East Asia Maritim State Studies.

Dari ketiga kampus ini yang menjadi induknya adalah PSU Hat Yai Campus, walaupun masing-masingnya dikelola secara tersendiri.

Selain kegiatan akademik atau intra kurikuler, PSU Kampus Pattani juga mengagendakan kegiatan ekstra kurikuler secara intensif dan rutin, baik yang berkaitan dengan seni-budaya maupun sosial-ekonomi, baik yang dilaksanakan pada tingkat universitas maupun pada tingkat fakultas. Kegiatan ekstra yang dimaksud antara lain sebagai berikut.

Pasar Malam Kampus” (semacam Ekspo Pembangunan di Malang) yang dilaksanakan dua kali setahun. Tujuan utama kegiatan ini adalah mendekatkan atau mengakrabkan kampus dan masyarakat luas. Pihak PSU menyediakan ratusan stand bertenda yang siap diisi oleh siapa saja yang berminat. Setiap fakultas memamerkan produk unggulan masing-masing. Mahasiswa pun diberikan kesempatan untuk berkreasi semaksimalnya, baik pertunjukan seni, maupun keterampilan lainnya.

Open PSU” yang dilaksanakan setiap semester, yang waktunya disesuaikan dengan liburan sekolah. Tujuan utama kegiatan ini adalah memperkenalkan secara lebih dekat berbagai program yang terdapat di PSU. Para pengunjung pada acara ini tidak hanya siswa setingkat SMA tetapi juga siswa setingkat SD dan SMP.

Pusat Pelayanan Masyarakat” yang terdapat pada setiap fakultas dan/atau program studi. Tujuan utama kegiatan ini adalah memberikan konsultasi secara profesional kepada masyarakat sesuai dengan bidang masing-masing.

Dari serangkaian agenda ekstra kurikuler tersebut, kami bisa memanfaatkannya terkait dengan visi dan misi kami selama enam bulan di kampus ini, dalam program yang sinergis.

(2) Gambaran Umum Program Melayu Studies

Program Studi Melayu Studies merupakan program di bawah Jurusan Bahasa-bahasa Asia Timur. Jurusan ini mempunyai enam program, yaitu Program Bahasa Thailand, Program Bahasa Jepang, Program Bahasa Korea, Program Bahasa Cina, Program Bahasa Melayu, dan Program Pengkajian Melayu (Malay Studies). Dari kelima program tersebut, Program Pegkajian Melayu merupakan program termuda, bediri pada tahun 1998. Setiap tahun hanya membuka satu kelas. Jumlah setiap kelas tidak merata karena tergantung pada jumlah peminat ketika program itu dibuka. Mahasiswa tingkat I berjumlah 50 orang, tingkat II 50 orang, tingkat III 26 orang, dan tingkat IV (tingkat akhir) berjumlah 30 orang. Jumlah tenaga dosennya pun paling sedikit dibanding dengan program yang lain, yaitu hanya 4 orang. Pada tahun mendatang, Program Pengkajian Melayu tidak lagi berinduk ke Jurusan Bahasa-bahasa Asia Timur, tetapi dialihkan ke Fakulas Ilmu Politik (Faculty of Political Science).

Program Studi Melayu Studies ini mempunyai Pusat Informasi Melayu Studies (Malay Studies Information Center). Di tempat ini terdapat berbagai data terkait dengan keperluan Pengkajian Melayu, mulai dari buku-buku referensi, berbagai jurnal dan majalah, berbagai peta, dan monograf sosial budaya (cetak, audio, dan audio-visual); juga karya-karya mahasiswa dan dosen. Hanya saja, sebagian besar “sumber informasi” tersebut didominasi oleh dan bernapas Ke-Malaysia-an. Sumber informasi tentang Nusantara dan/atau Indonesia amat terbatas.

Dalam praktik kesehariannya, tempat ini dipakai sebagai “ajang” berdiskusi dan berkreasi para mahasiswa dan dosen baik dari Program Bahasa Melayu maupun Pengkajian Melayu. Pelayanan kepada masyarakat yang terkait dengan Pengkajian Melayu pun dipusatkan di tempat ini, misalnya penerjemahan, pelatihan seni, penelitian, pemberian informasi sosial-budaya, dan sebagainya.

Dari gambaran ini kami optimis bahwa keterlibatan kami di Program Pengkajian Melayu ini sangat diperlukan.

(3) Gambaran Umum Mahasiswa Program Melayu Studies

Sebagian besar (95%) mahasiswa Program Pengkajian Melayu beragama Islam. Komunikasi sehari-hari mereka menggunakan bahasa Thai. Lebih dari 80% mereka juga bisa berbahasa Melayu walaupun dialeknya berbeda dengan bahasa Melayu di Malaysia. Tetapi, ketika diajak berkomunikasi dengan bahasa Melayu dan bahasa Indonesia, mereka bisa memahaminya, walaupun pemahamannya kurang maksimal, yang disebabkan oleh perbedaan beberapa pilihan kata (diksi). Kemampuan rata-rata pemahaman bahasa Inggris mereka sangat kurang, sehingga tidak memungkinkan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar perkuliahan.

Pada umumnya wawasan mereka tentang Nusantara dan/atau Indonesia saat kurang. Bahkan, hal yang sangat umum, misalnya nama presiden RI Pertama dan hari kemerdekaan RI, banyak yang tidak mengetahuinya. Tetapi, tentang Malaysia – sampai hal-hal kecil – mereka memahaminya, misalnya tentang Petronas (semacam Pertaminanya Indonesia), nama dan pimpinan partai politik, dan peristiwa mutakhir lainnya.

Secara umum, pandangan mahasiswa (juga dosen dan masyarakat Thailand Selatan pada umumnya) terhadap Indonesia adalah positif, walaupun ada beberapa hal yang sampai sekarang menjadi “tanda tanya besar” bagi mereka, yaitu tentang “Aceh”, “Ambon”, dan “Irian Jaya”. Kepositifan itu terlihat pada penilaian dan sikap mereka bahwa “Bangsa Indonesia itu ramah”, “Bangsa Indonesia adalah saudara kita sesama muslim”, “Bangsa Indonesia tidak ada perbedaan dengan kita”, dan sebagainya.

Dari gambaran kondisi mahasiswa tersebut, kami akan bisa menentukan strategi dan kiat perkuliahan bagi mereka, mulai dari bahasa pengantar yang kami gunakan dalam perkuliahan, topik perkuliahan, dan hal-hal lain yang mengarah kepada “pemberian wawasan tentang Nusantara/Indonesia”.

2.2.2 Program
Berdasarkan hasil orientasi singkat tersebut dan hasil konsultasi kami dengan Ketua Program Pengkajian Melayu, kami menyusun dua jenis program, yaitu (1) program intra kurikuler dan (2) program ekstra kurikuler. Program intra kurikuler berkaitan dengan penyusunan silabus matakuliah yang akan kami ampu; sedangkan program ekstra kurikuler berkaitan dengan rencana serangkaian kegiatan di luar perkuliahan yang mendukung visi dan misi “keindosiaan”.

(1) Program Intra Kurikuler
Pada semester Juni-Oktober 2006, kami mendapatlan kepercayaan untuk membina 4 (empat) matakuliah, yaitu (1) Politics and Government in Nusantara, (2) Seminar in Malay Studies, (3) Malay Civilization, dan (4) History of Nusantara. Keempat matakuliah yang masing-masing dihargai 3 sks tersebut kami laksanakan secara team teacihng dengan dosen setempat. Pada semester November-Maret 2006 kami hanya memberikan advis materi kepada dosen pembina untuk empat matakuliah, yaitu Malay Society I, Malay Intellectual Tradition, Political Economy in Nusantara, dan Legal System in Nusantara dan memberikan kuliah awal (masing-masing 4empat kali pertemuan) karena keberadaan kami di PSU sampai dengan awal Desember 2006. Oleh karena itu, kami tidak menyusun topik atas keempat matakuliah yang disebut terakhir ini.

Berdasarkan silabus keempat matakuliah tersebut, dan berdasarkan hasil pembicaraan kami dengan masing-masing dosen yang bersangkutan, topik-topik setiap matakuliah tersusun sebagai berikut.

a. Topik Matakuliah “Politics and Government in Nusantara”

(Khusus Politik dan Pemerintahan Indonesia)

Gambaran Umum Negara Indonesia

Bentuk Negara

Bendera

Lagu Kebangsaan

Dasar Negara

Ibu Kota

Bahasa Resmi

Bentuk Pemerintahan

Presiden dan Wakil Presiden

Luas Wilayah

Penduduk

Agama

Kekayaan atau Potensi Alam

Tanggal Kemerdekaan

Pendapatan Total dan Per Kapita

Mata Uang

Sistem Kekuasaan Indonesia

(Orientasi pada kedudukan dan fungsi masing-masing Lembaga)

Legislatif: MPR, DPR, DPRD

Eksekutif: Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota

Yudikatif: Mahkamah Agung, Pengadilan Tinggi, Pengadilan Negeri

Struktur Pemerintahan Indonesia

(Orientasi pada tugas dan tanggung jawab masing-masing )

Pemerintah Pusat

Pemerintah Daerah Tingkat I

Pemerintah Daerah Tingkat II

Daerah Kecamatan

Desa/Kelurahan

Kampung/RW/RT

Sistem Politik Indonesia

Organisasi Politik

Sifat Kekuasaan dan Kewenangan Presiden

Hak-hak Rakyat

Sistem Pemilihan Umum

(Orientasi pada jenis dan tahapan pemilu)

Pemilihan Parlemen (Pusan dan Daerah)

Pemilihan Presiden

Pemilihan Gubernur dan Bupati/Walikota

Pelaksanaan Pemerintahan Indonesia

(Orientasi pada upaya Indonesia masa lalu)

Susunan Kabinet Indonesia Bersatu

Lemabaga Departemen dan Non Departemen

Lembaga Non Pemerintah

Kasus-kasus Politik di Indonesia

(Orientasi pada kasus politik yang aktual)

Kasus Timor Timur

Kasus Aceh

Kasus Irian Jaya

Kasus Teroris

Kasus Ambon

b. Topik Matakuliah “Seminar in Malay Studies”

(Orientasi pada Indonesian Studies)

Pengertian Melayu Studies

Kehidupan Masyarakat Melayu

Fungsi Keluarga dalam Tradisi Malayu

Upacara Kelahiran

Upacara Perkawinan

Upacara Kematian

Gotong Royong

Koperasi

Pengaruh Kepercayaan dalam Kehidupan Masyarakat

Dukun

Hantu

Tabu

Ruwatan

Perobatan Tradisional

Budaya Tradisional Masyarakat Melayu

Permainan Tradisional

Kesenian Tradisional

Pengaruh Budaya Populer dalam Masyarakat Melayu

c. Topik Matakuliah “Malay Civilization”

(Orientasi pada Kebudayaan Indonesia)

Pengertian Peradaban

Jenis-jenis Peradaban: Sistem Kepercayaan, Sistem Kekerabatan, Sistem Sosial, Sistem Ekonomi

Suku Melayu

Suku Minangkabau

Suku Aceh

Suku Batak

Suku Jawa

Suku Sunda

Suku Madura

Suku Dayak

Suku Bugis

Suku Bali

d. Topik Matakuliah “History of Nusantara”

(Khusus Sejarah Indonesia)

Prasejarah

(Orientasi pada jenis dan ciri-ciri fisik manusia purba Indonesia)

Megantropus

Pithecantropus

Homo Erectus

Masa Kerajaan dan Kesultanan

(Orientasi pada kejayaan bangsa Indonesia pada masa lalu, baik dari segi ekonomi maupun sosial-budaya)

Kerajaan Kutai

Kerajaan Tarumanagara

Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Singasari

Kerajaan Majapahit

Kerajaan Demak

Kesultanan Mataram

Kesultanan Samudara Pasai

Kesultanan Ternate dan Tidore

Masa Kolonial

(Orientasi pada kegigihan perjuangan bangsa Indonesia)

Kedatangan Portugis

Kedatangan Belanda

Kedatangan Inggris

Penyerahan Kekuasaan Inggris ke Belanda

Kedudukan Jepang

Proklamasi

(Orientasi pada langkah konkret upaya pendirian negara Indonesia)

Dasar Negara

Lambang Negara

Teks Proklamasi

UUD 1945

Orde Lama

(Orientasi pada pelaksanaan pemerintahan Indonesia)

Sistem Pemerintahan

Penggalangan Kerja Sama dengan Luar Negeri

Pembangunan Ekonomi

Beberapa Kasus yang Menonjol dan Upaya Pemecahannya

Orde Baru

(Orientasi pada upaya pemakmuran bangsa dan stabilisasi nasional)

Pembangunan Manusia Indonesia Seutuhnya

Penggalakan Penanaman Modal Luar Negeri

Orde Reformasi

(Orientasi pada penataan masa depan Indonesia secara menyeluruh)

Penataan Politik

Penataan Ekonomi

Penataan Sosial dan Budaya

Program Ekstra Kurikuler

Kegiatan ekstra kurikuler yang kami programkan dalam rangka mengemban visi dan misi “ke-Indonesia-an” adalah sebagai berikut.

Program “Indonesian Corner”. Program ini bertujuan memberikan pelayanan kepada mahasiwa (juga dosen dan masyarakat) yang ingin belajar bahasa Indonesia dan yang ingin memperoleh informasi tentang Indonesia – juga Nusantara – (khususnya menyangkut sosial budaya).

Program Pameran Pendidikan Indonesia bertepatan dengan “Open House PSU”. Program ini bertujuan mengenalkan program pendidikan yang ada di Indonesia, utama program pemberian bea siswa yang disediakan oleh pemerintah dan/atau perguruan tinggi di Indonesia.

Program “Indonesian Night”. Program ini bertujuan memberikan tampilan ekspresi kesenian Indonesia sebagai khasanah budaya bangsa yang layak untuk diapresiasi.

Program “Studi Banding” ke Indonesia. Program ini bertujuan memberikan informasi dan pengalaman langsung (lewat pengamatan real) kepada mahasiswa tentang sosial budaya Indonesia.

2.2.3 Pelaksanaan

Intra Kurikuler

Pelaksanaan perkuliahan keempat matakuliah tersebut kami lakukan secara team teaching (2 orang), dengan porsi sajian tiga jam per minggu (@ 50 menit). Topik-topik yang telah kami susun dalam silabus setiap matakuliah telah tersajikan sesuai dengan rencana. Bahkan, ada beberapa topik yang menjadi minat mahasiswa untuk didalami dalam tugas akhir perkuliahannya.

Sebagian besar materi perkuliahan kami akses dari internet. Setiap mahasiswa memperoleh garis-garis besar materi sebelum perkuliahan berlangsung sehingga mereka bisa mengikuti dan memahami setiap perkuliahan kami. Gambar dan foto untuk menunjang perkuliahan pun kami tampilkan lewat slide sehingga lebih menarik dan lebih memantapkan pemahaman mahasiswa. Bahkan, kami pun memutarkan beberapa kali film Indonesia agar mereka mempunyai gambaran tentang “keadaan” Indonesia.

Hasil evaluasi akhir (semester) terhadap setiap matakuliah menunjukkan gambaran sebagai berikut.

(1) Politics and Government in Nusantara

Jumlah Peserta: 30 orNG

Rentang Nilai:

Yang memperoleh nilai A : 5 orang (16,66%)

Yang memperoleh nilai B+ : 4 orang (13,33%)

Yang memperoleh nilai B : 11 orang (36,66%)

Yang memperoleh nilai C+ : 8 orang (26,66%)

Yang memperoleh nilai C : 2 orang ( 6,66%)

Yang memperoleh nilai D+ : 0 orang ( 0,00%)

Yang memperoleh nilai D : 0 orang ( 0,00%)

Yang memperoleh nilai E : 0 orang ( 0,00%)

(2) Seminar in Malay Studies

Jumlah Peserta: 34 orang

Rentang Nilai:

Yang memperoleh nilai A : 4 orang (11,75%)

Yang memperoleh nilai B+ : 4 orang (11,75%)

Yang memperoleh nilai B : 15 orang (44,11%)

Yang memperoleh nilai C+ : 9 orang (26,47%)

Yang memperoleh nilai C : 2 orang ( 5,88%)

Yang memperoleh nilai D+ : 0 orang ( 0,00%)

Yang memperoleh nilai D : 0 orang ( 0,00%)

Yang memperoleh nilai E : 0 orang ( 0,00%)

(3) Malay Civilization

Jumlah Peserta: 52 orang

Rentang Nilai:

Yang memperoleh nilai A : orang (%)

Yang memperoleh nilai B+ : orang (%)

Yang memperoleh nilai B : orang (%)

Yang memperoleh nilai C+ : orang (%)

Yang memperoleh nilai C : orang (%)

Yang memperoleh nilai D+ : 0 orang ( 0,00%)

Yang memperoleh nilai D : 0 orang ( 0,00%)

Yang memperoleh nilai E : 0 orang ( 0,00%)

(4) History of Nusantara

Jumlah Peserta: 27 orang

Rentang Nilai:

Yang memperoleh nilai A : 5 orang (18,51%)

Yang memperoleh nilai B+ : 0 orang ( 0,00%)

Yang memperoleh nilai B : 8 orang (29,62%)

Yang memperoleh nilai C+ : 7 orang (25,92%)

Yang memperoleh nilai C : 7 orang (25,92%)

Yang memperoleh nilai D+ : 0 orang ( 0,00%)

Yang memperoleh nilai D : 0 orang ( 0,00%)

Yang memperoleh nilai E : 0 orang ( 0,00%)

Penilaian ini kami lakukan secara silang dengan dosen setempat sehingga keobjektifannya bisa terjaga.

Ekstra Kurikuler

Dari keempat program ekstra-kurikuler, yang sudah terealisasikan hanya tiga kegiatan, yaitu “Indonesian Corner”, “Open PSU”, dan “Indonesian Night”. Program “Studi Banding” ke Indonesia baru bisa terlaksana sekitar April-Mei 2007.

Kegiatan Indonesian Corner mendapat sambutan positif dari mahasiswa dan dosen, terutama pelatihan bahasa Indonesia dan informasi tentang sosial budaya Indonesia. Bahkan, ada beberapa orang dari luar kampus (pengusaha travel) yang berkonsultasi tentang daerah wisata di Indonesia yang layak dikunjungi.

Pada acara Open PSU pada 14 – 18 Agustus 2006 kami membuka stand “Indonesia” bekerja sama dengan Konsulat Indonesia di Songkhla. Taggapan pengunjung sangat baik sehingga brosur tentang informasi pendidikan di perguruan tinggi Indonesia yang tercetak sekitar 500 buah habis dalam tempo dua hari. Kegiatan ini mendapatkan dukungan penuh dari Konsulat RI di Songkhla.

Acara Indonesian Night yang berlangsung 30 Agustus 2006 (jam 19.00 – jam 23.00) di Hall PSU berlangsung secara meriah. Dihadiri sekitar 400 orang (mahasiswa, dosen, dan masyarakat umum). Acara yang ditampilkan secara live ini menampilkan gending Jawa, tari Jawa, tari Bali, irama Melayu, dengan melibatkan sekitar 30 orang. Bapak Konsul RI di Songkhla berkenan memberikan sambutan pada acara ini. Kegiatan ini sepenuhnya mendapatkan dukungan finansial dari Konsulat RI di Songkhla.

Kegiatan Studi Banding ke Indonesia akan dilaksanakan sekitar April-Mei 2007. Yang berminat mengikuti program ini sekitar 15 orang mahasiswa, yang semuanya dari angkatan tahun ketiga. Kegiatan tersebut kami arahkan ke Jawa Timur karena di daerah ini banyak peninggalan sejarah yang bisa dikunjungi, yaitu Trowulan (Mojokerto), Singosari (Malang), dan Penataran (Blitar). Di samping itu, para mahasiswa bisa berkunjung ke kampus Universitas Negeri Malang untuk memperoleh informasi berkaitan dengan program Indonesian Studies.

2.2.4 Penutup

Berdasaran hasil pelaksanaan program dan pengamatan kami selama Juni-Desember 2006 di PSU Kampus Pattani kami memberikan simpulan dan saran sebagai berikut.

Simpulan

Program “Indonesian Studies” belum bisa dilaksanakan secara mandiri di PSU Pattani karena selain tenaganya masih tidak memenuhi syarat, program ini belum menjadi prioritas bagi PSU. Bahkan, program Pengkajian Melayu yang selama ini sudah berjalan empat tahun masih perlu pembenahan yang cukup serius.

Rencana membuka sajian matakuliah “Bahasa Indonesia” pada semester November 2006 pun belum bisa terlaksana karena masih berkonsentrasi pada sajian matakuliah pada Program Pengkajian Melayu.

PSU Kampus Pattani, khususnya program Pengkajian Melayu, masih memerlukan keterlibatan dan uluran tangan “kita”, terutama – secara makro – pembenahan tentang “wawasan” Pengkajian Melayu. Sebab, selama ini Pengkajian Melayu lebih – bahkan hanya – diarahkan pada wawasan Malaysia saja, baik matakuliah yang berlabel “Malay” maupun “Nusantara. Pendangkalan ini terjadi karena semua tenaga dosen Pengkajian Melayu berasal dari alumni perguruan tinggi di Malaysia.

Sebagian besar buku bacaan dan dokumen-dokumen yang berada di Pusat Sumber Pengkajian Melayu berasal dari Malaysia. Kondisi ini selain akan memperkuat wawasan mereka terhadap Malaysia, sekaligus bisa mempersempit dan membatasi wawasan mereka terhadap Indonesia.

Saran

Berdasarkan simpulan tersebut, beberapa hal yang patut diperhatikan adalah sebagai berikut.

Program kerja sama yang sudah dirintis selama satu semester ini perlu ada kesinambungan sehingga peletakan dasar-dasar pemahaman (wawasan) tentang “Indonesia” yang telah dilakukan bisa dikembangkan bahkan dimantapkan lebih lanjut.

Pelaksanaan Program lanjutan ini perlu ada koordinasi yang baik dari semua pihak (yaitu antara Kedutaan Besar RI di Bangkok c.q. Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Dikti, Perguruan Tinggi Penyedia Tenaga, dan Perguruan Tinggi Penerima) sehingga tidak terjadi sikap “setengah hati” oleh pihak-pihak tertentu.

Tenaga yang dikirimkan hendaknya dipersiapkan sedemikian rupa sehingga benar-benar bisa menjalankan tugasnya sesuai dengan visi dan misinya. Persiapan ini akan lebih efektif apabila terlebih dahulu diketahui gambaran umum dan kondisi kampus tempat bertugas, terutama kondisi programnya.

Fasilitas-fasilitas utama untuk menunjang kelancaran tugas pun perlu dilengkapi, misalnya komputer, buku-buku bacaan, dan sebagainya.

Perlu disusun materi yang relatif lengkap tentang “Indonesian Studies”, terutama yang menyangkut bidang sejarah, ekonomi, politik, sosial, dan budaya.

Refleksi

Sekiranya program kerja sama ini perlu dilanjutkan, perlu pembenahan serius mulai dari kejelasan kewajiban dan tanggung jawab setiap pihak yang terlibat dalam kerja sama tersebut, pemantapan program, pengembangan materi, sampai dengan penyediaan penggajian dan/atau penyedaiaan sarana dan prasarana yang memadai.

Yang terkait dengan kejelasan kerja sama, misalnya seberapa jauh kewenangan UM menyediakan tenaga, apa konrtibusi yang bisa diterima UM dari hasil kerja sama tersebut, apa kewajiban dan tanggung jawab Dubes (c.q. Atase Dikbud) sebagai inisiator kerja sama, dan apa pula kewajiban lembaga sasaran sebagai penerima manfaat langsung dari kerja sama tersebut.

Yang terkait dengan pemantapan program, misalnya bagaimana sasaran setiap satuan program, bagaimana kesinambungan program, dan bagaimana pula tindak lanjutnya.

Yang terkit dengan pegembangan materi, misalnya bagaimana penyediaan materi setiap program, siapa yang menyusunnya, dan bagaimana strategi penerapanya.

Terkait dengan penyediaan penggajiaan dan/atau penyediaan sarana dan prasarana, misalnya siapa yang berkewajiban memberikan gaji bagi tenaga pelaksana, beaya transportasi dan akomodasi, dan penyiapan sarana dan prasana selama menjalankan tugas.

Tiada ulasan: